"Miana, apa yang ingin kamu lakukan? Kenapa kamu diam-diam menemui dia!" Janice panik, memelototi Amanda sebelum berbalik dan buru-buru meninggalkan kantor.Amanda menghela napas panjang.Ketua baru ini auranya sangat kuat dan menakutkan.'Janice keluar dari kantor langsung menuju lift. Dia masih mengancam dengan tergesa-gesa, "Miana, cepat kembali ke kantor, jangan temui dia! Kalau nggak, kamu langsung kupecat!"Miana terlalu malas untuk meladeninya, jadi langsung menutup telepon.Setelah menyimpan ponselnya, dia pun menoleh melihat ke arah gedung Firma Hukum Astera di seberang jalan, sepasang matanya berbinar dan terlihat makin indah.Setelah menunggu beberapa saat, sampai sosok yang tergesa-gesa tertangkap oleh matanya, dia baru mengalihkan pandangannya, berbalik dan memasuki kedai kopi.Melihat Miana tiba, Felica langsung memarahinya dengan ekspresi kesal, "Hanya perlu menyeberang saja, tapi kamu membuatku menunggu setengah jam. Miana, apa kamu mengira aku nggak berani melakukan ap
Miana mengira Felica sudah menyerah dengan rencana itu.Kini tampaknya Felica tidak pernah menyerah!Felica telah menahan diri selama tiga tahun, sekarang dia tiba-tiba menemui Miana pasti ada kaitannya dengan saham yang diberikan Eddy.Dia sangat ingin Miana bercerai dengan Henry. Setelah mereka bercerai, dia akan menempatkan wanita lain di ranjang Henry.Setelah nasi sudah menjadi bubur, Henry tidak punya pilihan selain bertanggung jawab.Felica juga berpikir, lagi pula, dulu Miana juga menggunakan cara itu untuk memaksa Henry menikahinya."Oh? Kenapa aku sendiri nggak tahu aku telah berselingkuh atau melakukan pernikahan ganda?" Suara dingin seorang pria tiba-tiba terdengar dari belakang, punggung Miana seketika menegang.Kenapa Henry ada di sini?'Miana segera menenangkan dirinya, merapikan rambutnya dan perlahan berbalik. Dia tersenyum sambil menatap Henry dan berkata, "Ini tempat umum, kalian adalah publik figur, yakin ingin membahas topik ini di sini?"Janice memandang Miana den
Miana begitu kesakitan hingga matanya mulai berkaca-kaca. "Henry, kamu nggak bisa lihat kalau dia hanya pura-pura pingsan?"Bagaimana mungkin seseorang secerdas Henry tidak dapat menyadari bahwa Janice sedang berpura-pura?Namun, dia tetap memilih untuk memanjakan Janice!Sementara Miana yang jelas-jelas terluka, Henry tidak bertanya kondisinya, malah mengatakan dia hanya berpura-pura.Hanya karena tidak mencintai, maka dia begitu tidak berperasaan pada Miana?"Yang aku lihat sekarang, dia pingsan dan kamu berdiri di sini baik-baik saja! Miana, ikut aku pergi! Kalau nggak, kamu nggak usah pergi bekerja lagi mulai besok!" Setiap kata yang diucapkan Henry begitu pelan dan jelas.Miana menatap pria di depannya ini dengan terkejut, pada saat yang sama, hatinya sudah hancur berkeping-keping. "Aku pikir, orang sepertimu seharusnya bisa membedakan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan! Ternyata, semua itu hanya pemikiran sepihakku saja!"Wanita simpanan memfitnahnya, sementara suaminya malah
Miana sekarang mengerti mengapa Henry tidak pernah mengajaknya menghadiri pesta apa pun meskipun sudah menikah tiga tahun lamanya. Ternyata, Henry mengira dia tidak memahami etiket, akan bersikap kasar di hadapan orang-orang dan membuatnya malu.Meskipun Miana tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya pada masa kecilnya, dia tumbuh besar bersama neneknya. Neneknya secara khusus mempekerjakan guru untuk mengajari Miana tata krama. Dari cara tersenyum, menggerakkan tubuh, bahkan tata krama di meja makan, Miana telah mempelajari semuanya.Miana yakin bahwa dirinya tidak akan kalah dari wanita kalangan atas mana pun di Kota Jirya.Selain itu, dia malah makin memperhatikan hal-hal kecil setelah menikah dengan Henry.Dia selalu berpikir bahwa dia telah melakukan semuanya dengan baik, bahwa dia merupakan seorang istri orang kaya yang bermartabat.Namun, semua itu hanyalah pemikirannya sendiri. Kenyataannya, Henry selalu menganggapnya hanya sebagai teman tidur, karena tidak diperlukan etika
Miana menatap Henry dengan tatapan dingin dan berkata, "Ya, dia bukan orang luar, tapi wanitamu! Akulah yang orang luar!"Setelah berkata demikian, Miana berbalik dan pergi.Jika pembicaraan itu terus berlanjut, dia bisa saja langsung menampar Henry.Sungguh nggak tahu malu!'Henry menyipitkan matanya sedikit, raut wajahnya dipenuhi rasa kesal. "Miana! Pikiranmu sungguh sempit, hanya sebesar ujung jarum!" serunya.Menurutnya, Janice adalah kakak iparnya, menantu keluarga Jirgan. Janice bahkan sudah masuk ke dalam silsilah keluarga Jirgan, jadi bukan orang luar, melainkan anggota keluarga.Miana menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Henry dan berkata, "Kalau kamu merasa aku nggak sebanding dengan kakak iparmu, cepat tanda tangan surat perceraian kita! Dengan begitu, kita bisa menjalani hidup masing-masing tanpa saling mengganggu."Pria berengsek ini menolak untuk bercerai meskipun tidak menyukai dirinya, berarti Henry sengaja ingin menyiksanya."Miana! Coba katakan bercerai sekali la
Miana sengaja menunjukkan kekuatannya, tetapi Henry malah mendukungnya!Hal ini tentu membuat Janice merasa sangat malu.Melihat Janice yang marah dan hampir terjatuh, ekspresi Henry menjadi masam. "Aku berjanji padanya banyak hal, tapi nggak semuanya bisa kutepati! Kamu sekarang sedang hamil, jaga emosimu, jangan terlalu sering berubah-ubah, itu nggak baik untuk bayi di dalam perutmu!"Setelah Janice mendengar ini, dia menarik kembali air matanya dan segera menjawab sambil tersenyum, "Ya, aku mengerti, aku akan menjaga suasana hatiku agar tetap baik!"Suasana hatinya sepenuhnya bergantung pada sikap Henry padanya, tetapi apakah dia berani mengungkapkannya?"Kamu kembali ke firma hukum dulu, ada beberapa hal yang perlu kubicarakan dengan Miana.""Kamu sungguh nggak ingin mampir dulu? Ayolah, kita pergi bersama!" Janice menatapnya dengan penuh harap.Dia tahu bahwa Henry jarang menolaknya.Kedua mata indah Miana menyipit.Biarkan Henry membuat pilihan, dia pasti akan memilih Janice.'Sa
"Nona Miana, apa kamu mendengarku?"Miana tersadar dari lamunannya dan segera merespons.Setelah menutup telepon, dia segera mengambil tasnya dan keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa.Saat keluar, dia berpas-pasan dengan Henry dan Janice yang baru masuk.Dia berpura-pura tidak melihat mereka dan berjalan melewati mereka."Miana, kamu mau pergi ke mana lagi?" tanya Janice. Miana tidak ingin memprovokasi mereka, tetapi Janice tidak membiarkannya pergi begitu saja.Miana berhenti, berbalik dengan perlahan, menatap Janice dan berkata dengan tenang, "Aku mau ke rumah sakit."Setelah berpikir berkali-kali, dia tetap tidak ingin meminta obat khusus baru itu dari Henry.Dia masih berusaha mencari cara lain.Jika semua cara sudah dicoba dan tidak berhasil, dia baru akan mencari Henry.Jika hal seperti ini terjadi dulu, Henry pasti orang pertama yang terpikirkan olehnya untuk meminta bantuan.Namun, ada banyak hal sudah berubah.Henry mengernyit, teringat kembali dengan ucapan Wiley sebelumny
Mendengar kata-kata itu, air mata yang ditahan Miana akhirnya mengalir tak terkendali. "Aku sudah bilang aku ada urusan mendesak, tapi dia masih mencegahku pergi. Nenekku sekarang sedang dalam penanganan darurat di ICU, tapi kamu malah menyuruhku untuk kooperatif dengannya! Henry, kalau kamu begitu khawatir dia akan ditindas orang lain, jangan biarkan dia bekerja, toh, kamu mampu menafkahinya!"Ekspresi Henry seketika menjadi kaku.Dia sungguh tidak menyangka neneknya Miana sedang dalam kondisi darurat."Pak Henry, aku sudah boleh pergi, 'kan? Aku takut nggak akan bisa melihat nenekku untuk terakhir kalinya kalau terlambat!" Miana menyeka air matanya, mendorong Henry menjauh, membuka pintu dan berjalan keluar.Janice sebelumnya berdiri di depan pintu, merasa ragu apakah harus mengetuk pintu atau tidak. Kemudian, dia kaget hingga tertegun ketika Miana tiba-tiba membuka pintu. Saat dia tersadar kembali, Miana sudah berjalan jauh. Dia hendak memanggil Miana, tetapi Henry sudah keluar.Mel
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut
"Apa kamu bilang?" tanya Miana terkejut.Amanda mengambil napas panjang, kemudian berkata dengan tegas, "Henry meminta aku menjadi pengacaranya untuk memenangkan Nevan!"Miana sekarang mendengar dengan jelas dan menyadari situasinya. Wajah dinginnya menegang seketika. "Bilang padanya untuk mencari pengacara lain untuk merebut anakku. Dia pengadilan nanti, aku akan meminta sidang disiarkan secara langsung, dan lihat bagaimana aku mempermalukannya di depan seluruh penduduk Kota Jirya!"Henry berani sekali mencoba merebut anaknya!"Aku sudah menolaknya, tapi dia mengancam akan menghancurkan karirku di dunia hukum di Kota Jirya!" Amanda sekarang adalah seorang pengacara terkenal dengan penghasilan besar, jadi dia tidak takut pada Henry.Dengan Miana sebagai pendukungnya, apa yang perlu dia takutkan?"Beritahu dia, silakan lakukan itu! Lihat bagaimana aku akan mempermalukannya!" Miana berbicara dengan dingin. "Kalau dia masih mencarimu, suruh dia datang langsung padaku!"Miana ingin melihat
Giyan berjalan ke sofa dan duduk di samping Miana.Dia merasa senang dan seluruh tubuhnya rileks.Ada perasaan bahagia yang mendalam saat Miana berada di sisinya.Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Miana membuka mata, secara refleks mengulurkan tangan untuk meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa dia memukul seseorang.Dia tertegun."Sudah bangun?"Detik berikutnya, matanya bertemu dengan sepasang mata yang penuh cinta."Giyan, kenapa kamu ada di tempat tidurku?" Dia ingat berbaring di sofa semalam dan tertidur.Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi."Kamu ketiduran di sofa, jadi aku menggendongmu ke kamar. Saat menaruhmu di tempat tidur, kamu memeluk pinggangku dan nggak mau melepaskannya, jadi aku akhirnya tidur di sini," jelas Giyan dengan suara lembut. "Kamu tidur larut sekali, jadi tidurlah sebentar lagi. Aku akan bangun dulu untuk menyiapkan sarapan. Nanti, kalau sudah siap, aku akan membangunkanmu."Baru saja Miana hendak berbicara, ponselnya berdering.Dia cepat-cepat mer
Mobil itu sengaja tidak dipasang pelat nomor.'Heh, mereka kira tanpa pelat nomor, pemilik mobil itu nggak akan bisa dilacak?'Mobil penghuni kompleks ini sudah terdaftar, sementara mobil orang luar yang ingin masuk harus menunjukkan KTP dan dicatat kedatangannya. Oleh karena itu, baik penghuni maupun bukan, biasanya informasi pemilik mobil sudah tercatat dan dapat dilacak.Namun, karena niat orang ini menabrak Sherry, dia mungkin menggunakan informasi palsu.Ada juga kemungkinan bahwa pemilik rumah di kompleks ini telah memberi tahu penjaga sehingga mobil bisa langsung masuk.Apa pun situasinya, Miana akan menemukan informasi pemilik mobil dalam waktu singkat.Saat Miana bersiap melanjutkan penyelidikannya, terdengar ketukan di pintu.Dia menutup laptopnya dan menyahut, "Ya, sebentar!"Dia berdiri dan berjalan menuju pintu.Setelah membuka pintu, dia melihat pria berwajah lembut yang membuatnya merasa tenang."Masaknya sudah selesai? Cepat sekali! Ayo, kita turun makan," ujar Miana sa
Sherry yang sangat peduli pada penampilan, bagaimana mungkin bisa menerima kenyataan bahwa dia kehilangan satu kakinya.Dengan wajah dingin, Miana mengikuti petugas medis masuk ke kamar perawatan.Setelah memastikan segala sesuatunya, barulah Miana merasa tenang meninggalkan Sherry pada petugas medis.Dia memandang Farel dengan tatapan dingin, lalu berkata dengan ketus, "Ikut aku ke luar, ada sesuatu yang mau kutanyakan padamu!"Farel mendekati sisi ranjang, lalu membungkuk untuk melihat Sherry yang terbaring di sana.Melihat kondisi Sherry yang begitu lemah saat ini, Farel merasa seakan-akan Sherry bisa menghilang kapan pun dari hadapannya.Dengan ekspresi yang tetap dingin, Miana menatap Farel dan berkata, "Kamu nggak bisa melindunginya, nggak ada gunanya kamu menyesal dan bersedih sekarang! Keluar! Ada yang mau kutanyakan padamu!"Farel terpaksa mengalihkan pandangannya, dan mengikuti Miana keluar dari kamar perawatan."Kenapa kamu ada di sana? Apa yang terjadi saat itu?" tanya Mian