Menyadari raut wajah Giyan tidak terlalu baik, Miana segera menuangkan segelas air dan memberikannya. "Minumlah air hangat."Aldo menghela napas.Lihatlah betapa baiknya hubungan pasangan muda ini.Giyan meraih gelas air itu, merasakan kehangatan di dalam hatinya.Pada masa lalu, saat bersosialisasi di luar, tidak pernah ada yang peduli apakah dia merasa nyaman atau tidak.Kini, dengan Miana di sampingnya, dia tahu bahwa Miana akan peduli padanya dan merawatnya.Meskipun mereka belum benar-benar menjadi suami istri, dia sudah sangat puas.Miana menuangkan segelas air lagi dan meletakkannya di hadapan Aldo dengan hormat, "Paman Aldo, silakan diminum airnya!""Kamu adalah presiden Grup Arca?" Aldo mengangkat matanya melihat Miana.'Gadis ini cantik sekali!'Miana tersenyum kecil dan menjawab, "Aku hanya wakil CEO."Yang menjabati CEO adalah Sherry, tetapi Miana sengaja tidak mengatakannya."Giyan sudah beri tahu masalah tender, aku sudah meminta orang untuk menanganinya. Besok akan ada h
Miana menatap dengan mata terbelalak, seakan mendengar sesuatu yang lucu, "Dia ingin menikah lagi denganku? Itu gila!"Bagaimana mungkin Henry ingin menikah lagi dengannya.Sekalipun Henry berniat menikah lagi dengannya, dia tidak akan setuju!Sampai sekarang, penderitaan yang dialaminya dulu masih terasa menyakitkan saat diingat.Mengapa dia harus kembali menderita!"Kamu nggak akan menikah lagi dengannya, 'kan?" tanya Giyan yang sangat gelisah, takut Miana akan tiba-tiba meninggalkannya."Tentu saja nggak akan!" jawab Miana dengan tegas.Dia bukan orang bodoh, bagaimana mungkin dia kembali ke sisi Henry.Mata Giyan terlihat berbinar. "Aku lihat tadi kamu cuma makan sedikit, bagaimana kalau aku temani kamu makan sesuatu lagi."Pada masa lalu, Giyan pernah melihat sidang di mana Miana di pengadilan menunjukkan ketajaman dan kewibawaannya yang luar biasa. Sering kali, dia teringat akan penampilan Miana yang cantik dan berani.Beberapa tahun terakhir ini, Miana sudah tidak muncul lagi di
Siska tahu bahwa Yosef berkata seperti itu hanya untuk menolaknya."Menjauh dariku!" hardik Yosef, sama sekali tidak menghormatinya.Siska hanya bisa menggigit bibirnya, lalu pergi.Yosef mengeluarkan ponselnya dan menelepon."Jemput aku!"Begitu dia mengatakan itu, panggilan seketika putus.Yosef mengangkat alisnya, dan amarahnya langsung meluap.'Beraninya wanita ini menutup telepon!'Sambil berpikir seperti itu, dia menelepon lagi.Begitu terhubung, suara wanita itu langsung terdengar, "Suruh para selingkuhanmu yang jemput kamu, aku nggak punya waktu!""Alisa! Beraninya kamu menutup teleponku!" teriak Yosef marah."Yosef, aku ingin bercerai denganmu!""Cerai? Hmph ... memangnya kamu berani?""Tentu saja aku berani! Kita bicarakan lagi saat kamu punya waktu!""Kalau nggak tahan, pulang saja ke rumah orang tuamu! Tapi ingat, aku nggak akan menceraikanmu!" seru Yosef, lalu menutup telepon.Yosef harus mengakui bahwa meskipun Alisa arogan, dia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam me
Alisa merasa darah di seluruh tubuhnya membeku.Bagaimana bisa ayah kandungnya mengatakan hal seperti itu!Orang tua seharusnya menjadi sandaran dan sumber keberanian bagi anak-anak, tetapi ayahnya hanya tahu menyalahkannya! Seolah-olah semua keburukan Yosef adalah karena dia!Di depan ayahnya, dia serendah debu!"Alisa, kuperingatkan, kalau kamu berani bercerai dengan Yosef, jangan pernah kembali ke rumah!" seru Aldo dengan nada dingin, kemudian menutup telepon.Dia tidak akan bisa menanggung malu itu.Alisa menengadah, memaksa air matanya kembali ke mata, lalu berkata pada telepon yang sudah ditutup, "Rumah itu, aku juga nggak ingin kembali lagi!Orang tuanya memperlakukannya seperti pion.Hanya kakaknya yang baik padanya.Tampaknya, jika dia ingin bercerai dengan lancar, hanya kakaknya yang bisa membantunya.Di tengah kesedihannya, telepon dari Farel masuk. Dia menghapus air matanya, lalu segera menjawab telepon."Kak! ...."Air mata mengalir deras sebelum dia sempat berbicara.Hati
Jika asumsinya benar, berarti Sherry terlibat karenanya?Satpam sudah pergi.Setelah menutup pintu dengan baik, Miana kembali ke ruang tamu dan memikirkan kata-kata satpam.Rekaman video pengawasan hari itu belum diperiksa.Sekarang, dia tiba-tiba mendapat informasi bahwa ada seseorang yang membawa fotonya dan mencarinya.Masalah ini makin janggal.Siapa yang ingin melawannya?Namun, mengapa akhirnya yang tertabrak adalah Sherry?Di sofa, Giyan yang mabuk duduk dengan patuh, menatap Miana dengan mata seperti anak kecil yang menginginkan permen."Mia, ingin peluk!"Miana berjongkok di sampingnya, dengan lembut memegang tangannya, lalu berkata pelan, "Aku akan memasak sup penawar mabuk, kamu berbaring sebentar, jangan bergerak, oke?""Mia, peluk!" Giyan menatap Miana dengan pandangan yang sangat lembut.Miana tersenyum lembut, merentangkan tangannya, dan memeluk Giyan. "Sudah aku peluk, jadi sekarang aku akan memasak sup dulu.""Cium." Giyan mendekatkan bibirnya, matanya tertuju pada bib
"Nona Miana begitu hebat, kenapa nggak bisa menyelidiki siapa aku?" Nada suara pria itu penuh dengan kesombongan.Mata indah Miana menyipit tajam. "Jangan khawatir, identitasmu akan kuselidiki! Saat itu tiba, jangan pernah memohon padaku untuk melepaskanmu!""Coba saja! Kita lihat siapa yang akan menang!" Pria itu tetap terdengar sombong. "Bertahun-tahun kamu nggak tahu identitasku, dan ke depannya kamu juga nggak akan berhasil menyelidikiku!"Sebuah pikiran tiba-tiba muncul di benak Miana. Dia terkejut sejenak. "Kamu adalah ...."Belum selesai bicara, lawan bicara sudah menutup telepon.Miana memegang erat ponselnya, pikirannya berlomba dengan waktu.Lima tahun lalu, gurunya tiba-tiba meninggal.Tiga tahun lalu, semua kejahatan Janice terungkap, serta kemunculan Sofia ....Sekarang, orang tersebut ingin menabraknya.Miana mulai menyatukan semua orang dan peristiwa tersebut dalam pikirannya.Selain dia dan Janice yang terkait dengan Henry, dua orang lainnya benar-benar tak ada sangkut
Miana berjalan mendekat, merentangkan lengannya dan memeluk pinggang Giyan. "Giyan, terima kasih."'Terima kasih telah mencintaiku, merawatku, menemani aku.'Giyan terkejut untuk sesaat, lalu mematikan kompor, berbalik, dan memegang wajah Miana dengan kedua tangan."Bukankah sudah kubilang nggak perlu sungkan? Kenapa berterima kasih lagi padaku?" ujar Giyan dengan kening yang sedikit berkerut, menunjukkan ketidaksenangan."Aku merasa, kata terima kasih adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaanku saat ini." Miana mengulurkan tangan dan memijat kening Giyan yang berkerut. "Semalam kamu mabuk berat, sekarang masih terasa nggak nyaman?"Usai berbicara, Miana memegang pergelangan tangan Giyan dan memeriksa denyut nadinya.Giyan tertawa melihat tindakannya. "Bagaimana hasil pemeriksaan? Apakah tubuhku ada masalah?""Tubuhmu baik-baik saja!" jawab Miana dengan serius."Oh iya, semalam aku mabuk, apakah aku melakukan sesuatu yang tidak pantas?" Giyan tidak ingat apa yang dilakukann
Saat bibir Miana baru saja menyentuh bibir Giyan, tiba-tiba suara dering ponsel memotong momen itu. Miana menghela napas, lalu berdiri tegak dan mengeluarkan ponsel dari sakunya.Ekspresi kecewa melintas sejenak di wajah Giyan, tetapi segera sirna.Miana menjawab telepon."Nona Miana, segera datang ke sini! Ada seorang wanita yang membuat keributan di kamar pasien!" seru perawat Sherry, yang dipilih langsung oleh Miana, dengan suara penuh kecemasan.Raut wajah Miana berubah serius. "Aku akan segera ke sana. Tekan tombol panggil untuk meminta bantuan mengusirnya!""Baik, aku mengerti!"Miana menutup telepon dan memeluk Giyan dengan wajah penuh penyesalan. "Giyan, aku harus pergi ke rumah sakit untuk melihat Sherry. Maaf, aku nggak bisa menemanimu sarapan."Giyan bangun pagi-pagi untuk memasak, tetapi Miana harus pergi tanpa mencicipi masakan tersebut, membuatnya merasa sangat bersalah.Giyan tahu betapa pentingnya Sherry bagi Miana, jadi dia segera menarik tangannya dan berjalan keluar.
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,