Miana berjalan mendekat, merentangkan lengannya dan memeluk pinggang Giyan. "Giyan, terima kasih."'Terima kasih telah mencintaiku, merawatku, menemani aku.'Giyan terkejut untuk sesaat, lalu mematikan kompor, berbalik, dan memegang wajah Miana dengan kedua tangan."Bukankah sudah kubilang nggak perlu sungkan? Kenapa berterima kasih lagi padaku?" ujar Giyan dengan kening yang sedikit berkerut, menunjukkan ketidaksenangan."Aku merasa, kata terima kasih adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaanku saat ini." Miana mengulurkan tangan dan memijat kening Giyan yang berkerut. "Semalam kamu mabuk berat, sekarang masih terasa nggak nyaman?"Usai berbicara, Miana memegang pergelangan tangan Giyan dan memeriksa denyut nadinya.Giyan tertawa melihat tindakannya. "Bagaimana hasil pemeriksaan? Apakah tubuhku ada masalah?""Tubuhmu baik-baik saja!" jawab Miana dengan serius."Oh iya, semalam aku mabuk, apakah aku melakukan sesuatu yang tidak pantas?" Giyan tidak ingat apa yang dilakukann
Saat bibir Miana baru saja menyentuh bibir Giyan, tiba-tiba suara dering ponsel memotong momen itu. Miana menghela napas, lalu berdiri tegak dan mengeluarkan ponsel dari sakunya.Ekspresi kecewa melintas sejenak di wajah Giyan, tetapi segera sirna.Miana menjawab telepon."Nona Miana, segera datang ke sini! Ada seorang wanita yang membuat keributan di kamar pasien!" seru perawat Sherry, yang dipilih langsung oleh Miana, dengan suara penuh kecemasan.Raut wajah Miana berubah serius. "Aku akan segera ke sana. Tekan tombol panggil untuk meminta bantuan mengusirnya!""Baik, aku mengerti!"Miana menutup telepon dan memeluk Giyan dengan wajah penuh penyesalan. "Giyan, aku harus pergi ke rumah sakit untuk melihat Sherry. Maaf, aku nggak bisa menemanimu sarapan."Giyan bangun pagi-pagi untuk memasak, tetapi Miana harus pergi tanpa mencicipi masakan tersebut, membuatnya merasa sangat bersalah.Giyan tahu betapa pentingnya Sherry bagi Miana, jadi dia segera menarik tangannya dan berjalan keluar.
Hanya Nyonya Winata yang menganggap suaminya seperti harta karun."Aku sudah membaca semua riwayat pesan mereka di ponsel suamiku!" Mendengar dari orang lain tidak akan cukup meyakinkan, tetapi dia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri."Kenapa kamu nggak berpikir lebih jauh, kenapa suamimu membiarkanmu melihat riwayat pesannya? Atau apakah dia selalu menunjukkannya kepadamu?" tanya Miana secara langsung.Mendengar itu, Nyonya Winata tertegun.Dia sama sekali tidak memikirkan kemungkinan seperti itu.Setelah melihat riwayat pesan itu, dia langsung marah besar dan pergi ke rumah sakit untuk menemui Sherry, tanpa memikirkan kemungkinan lain yang sebenarnya terjadi."Sebagai wakil CEO di Grup Arca, aku bisa memastikan bahwa setiap pembicaraan kerja sama dengan Pak Eko selalu melibatkan aku dan Sherry bersama. Nggak pernah hanya mereka berdua saja!" Dalam hati, Miana mulai menduga-duga siapa yang mungkin merencanakan semua ini.Wajah Miana di mata Nyonya Winata seolah lukisan sempurn
"Rika kamu sudah tahu siapa yang melakukannya?" Melihat Rika menggeleng dan mengernyit, Jodi yakin Rika mengetahui sesuatu.Rika menggeleng dan bersikeras menjawab, "Nggak tahu!"Farel menangani seluruh proses pemakaman ibunya dengan penuh tanggung jawab sebagai menantu keluarga Sutara.Pada saat itu, dia menerima banyak pujian karena memiliki pasangan yang begitu perhatian dan peduli, hingga membuat banyak orang merasa iri.Dulu, dia percaya bahwa hidupnya begitu sempurna, dipenuhi kebahagiaan, dan yakin mereka akan selalu bersama hingga akhir hayat.Sejak hari Farel mengajukan pembatalan pernikahan, dia mulai merasakan adanya retakan pada citra sempurna Farel.Mungkin saja, di balik sikapnya yang terlihat baik, tersimpan sisi yang lebih kejam dari yang pernah dia bayangkan."Bagaimana hubunganmu dengan Farel sekarang? Apa dia pernah menyebutkan kapan kalian akan menikah?" tanya Jodi, dia baru teringat bahwa sudah cukup lama Farel tidak datang ke rumah.Sikap Farel sudah berubah!"Hub
Farel tahu betul bahwa perintah orang tuanya bukanlah sesuatu yang bisa dia tolak, tetapi sikapnya dengan jelas menunjukkan penolakannya.Dia memilih diam, berbalik, dan meninggalkan ruangan.Menikahi Rika? Baginya, itu adalah hal yang mustahil.Melihat Farel berjalan pergi, Aldo makin marah. "Farel! Berhenti!"'Anak berengsek ini benar-benar membuatku marah!'Keluar dengan langkah cepat, Farel segera menghubungi Henry lewat ponselnya.Segera, panggilan tersambung. "Ada apa?" tanya Henry dengan suara dingin.Meneleponnya sepagi ini pasti ada sesuatu yang serius."Apakah Zeno dan Veno kembar?" tanya Farel langsung.Henry terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku hanya tahu Zeno. Veno ... nggak kenal!"Nama itu, yang baru dia dengar dari Rumordi tadi malam, dan sekarang Farel kembali menyebutnya."Aku menemukan Veno memiliki wajah persis seperti Zeno.""Aku akan mengirim seseorang untuk menyelidikinya," ujar Henry dengan nada tegas. Bahkan tanpa panggilan dari Farel, dia sudah berencana unt
"Hmm?" Henry menggumam pelan, hatinya terasa sedikit campur aduk.Jika orang tua kandung Rania ditemukan, apakah itu berarti Rania harus kembali pada mereka?Apakah itu berarti dia tidak akan pernah bisa bertemu Rania lagi?"Orang tuanya bekerja di Kota Rofar," ujar Rumordi lagi. "Perlu panggil mereka untuk bertemu dan melakukan tes DNA?"Henry menarik napas panjang. "Aku pikirkan lagi dulu."Setelah merawat Rania selama tiga tahun penuh kasih sayang, Henry tak ingin melepaskannya begitu saja.Kini, dia harus mempertimbangkan langkah berikutnya dengan hati-hati."Baiklah, cepatlah pikirkan!" Rumordi menguap. "Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup sekarang! Lain kali jangan meneleponku sepagi ini lagi, oke?"Dalam dunia mimpinya, dia hampir bersama dengan Miana.Namun, dering telepon dari Henry menariknya kembali ke kenyataan.Rasanya frustrasi sekali!Henry mendengus, lalu langsung menutup telepon.Rumordi, "...."'Malah gampang marah daripada diriku. Sungguh orang aneh!'Henry memega
'Mungkinkah Miana dan Nevan?'"Papi, bagaimana? Sudah dapat nomor kakak cantik itu?" Rania bertanya riang, seolah melupakan pembicaraan sebelumnya.Henry menggeleng pelan dengan ekspresi bersalah. "Belum, Rania."Dokter hebat itu sangat misterius, bahkan untuk mendapatkan kontaknya saja sangat sulit.Namun, ketika dipikirkan lagi, Henry merasa, jika kontak dokter itu mudah didapatkan, pasti akan kewalahan menghadapi orang-orang yang mencarinya setiap hari."Nggak apa-apa, aku nggak buru-buru!" ujar Rania dengan senyum penuh pengertian.Dia merasa ayahnya sudah melakukan yang terbaik, dan itu cukup untuknya.Miana baru saja menyelesaikan pemeriksaan untuk Sherry ketika ponselnya berdering."Bos, keluarga pasien kecil dengan masalah jantung berusia tiga tahun meminta nomor kontakmu, apakah boleh diberikan?""Nggak!" jawab Miana dengan tegas. 'Untuk apa Henry membutuhkan kontakku?''Apakah dia sudah tahu identitasku?'"Baik, aku akan segera memberi tahu mereka.""Untuk sementara, aku ngga
Sherry menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. "Orang tua Farel nggak pernah menyukaiku dan selalu menentang hubungan kami. Selain itu, Farel sebenarnya sudah bertunangan dengan putri keluarga Sutara tiga tahun yang lalu. Orang tua Farel terus mendesak agar mereka segera menikah, tapi entah kenapa pernikahan itu terus tertunda. Sementara itu, hubunganku dengan Farel juga belum sepenuhnya ...."Dia tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi Miana mengerti maksudnya."Aku mengerti maksudmu," ujar Miana dengan nada serius sambil mengerutkan kening. "Aku sudah mengatur beberapa orang untuk berjaga di luar. Kejadian tadi nggak akan terjadi lagi. Jadi, selama waktu ini, fokuslah untuk beristirahat. Jangan berpikir yang macam-macam, oke? Kita pernah berjanji akan selalu bersama seumur hidup, jangan lupa itu."Kehilangan satu kaki membawa dampak besar bagi Sherry, bukan hanya masalah penampilan, tetapi juga dalam rutinitas sehari-hari.Miana khawatir, ketika sendirian, Sherry akan terlalu ba
"Ibu, kalau merawatnya jadi beban, aku bisa gunakan uangku untuk merawatnya! Aku punya uang sangat banyak!" Dengan percaya diri, Nevan membuat gerakan melingkar besar dengan tangannya untuk mempertegas pernyataannya."Jangan bicara lagi!" seru Miana dengan suara rendah.Jika Henry mengetahui bahwa anak berusia tiga tahun telah menipunya sebesar empat ratus miliar, dia mungkin akan marah besar hingga muntah darah.Bahkan, dia mungkin akan memaksa Nevan untuk mengembalikan uang itu.Henry bukanlah sosok yang berhati baik."Oh, aku lupa!" seru Nevan, lalu menjulurkan lidahnya dengan nakal.Dia sama sekali lupa mengenai hal itu.Untung saja, ayahnya yang berengsek itu tidak mendengar percakapan mereka.Henry berjalan di belakang mereka. Suara mereka begitu pelan hingga sulit untuk didengar dengan jelas, tetapi firasatnya mengatakan bahwa mereka sedang membicarakannya.Nevan menggandeng Miana menuju sisi tempat tidur. Tatapan penuh harapan Rania melekat pada Miana.'Hmm?''Kenapa wajah Bibi
"Miana, kamu tahu konsekuensi dari membuatku marah!" Henry tidak mengalah sedikit pun.Dia paham betul bahwa selama Nevan berada di sisinya, Miana akan dengan patuh menemuinya.Henry yakin bahwa dengan semakin seringnya interaksi mereka dari waktu ke waktu, benih-benih cinta di hati Miana akan kembali tumbuh, hingga pada akhirnya Miana akan mencintainya lagi dengan sepenuh hati.Miana menatap Henry, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Aku tahu itu, tapi aku tetap akan membawa putraku pergi! Henry, kalau kamu masih menghalangiku, aku akan panggil polisi sekarang juga!"Sembari berkata, dia telah mengeluarkan ponselnya dan menghubungi polisi.Selama tiga tahun ini, Miana telah memahami dan mempelajari banyak hal.Dia yang sekarang bukan lagi sosok wanita yang selalu memikirkan dan mengutamakan kepentingan Henry. Bahkan, jika situasi mengharuskannya, dia tidak akan segan untuk melawan Henry.Henry mencoba meraih ponsel Miana sambil berseru, "Nggak boleh panggil polisi! Itu akan menakuti pu
Miana tidak berniat menjadikan Henry sebagai musuh bebuyutannya.Meskipun pada kenyataannya mereka telah menjadi musuh, situasinya belum sampai pada titik konflik yang terbuka."Lupakan, tuntut lain kali saja. Yang penting sekarang, jemput aku pulang, Bu! Aku sama sekali nggak mau lagi berada di dekatnya. Aku nggak suka dia!" Nevan kesal dengan sikap Henry yang dingin dan nada suaranya yang tajam tanpa sedikit pun kasih sayang.Dia membenci Henry dengan alasan yang jelas!"Nevan! Ingat sopan santun!" Miana menegur dengan nada serius, menunjukkan ketidaksenangannya."Tapi, Bu, aku nggak suka orang seperti dia!" seru Nevan dengan nada penuh emosi.Dia berpikir bahwa rasa tidak sukanya terhadap Henry bermula dari informasi yang dia peroleh sebelumnya.Prasangka itu muncul sebelum mereka bertemu, dan sikap Henry yang tidak ramah hanya memperburuk keadaan.Anak-anak memiliki cara pandang yang sederhana: suka ya suka, tidak suka ya tidak suka, tanpa ada kebohongan dalam perasaan mereka."Mes
"Rania, kamu sudah bangun, ya?" Nevan merasa sangat senang setelah mendengar suaranya. Dia mendorong Henry sambil berseru, "Turunkan aku!"Mengetahui tentang perlakuan Henry kepada Miana membuatnya sulit untuk bersikap sopan terhadap Henry.Henry membungkuk perlahan, menurunkan Nevan ke tempat tidur. "Kalian bermain bersama sebentar, aku keluar dulu."Setelah berkata demikian, dia berbalik dan meninggalkan ruangan dengan tenang.Dia sengaja memberi mereka waktu bersama, berharap bahwa dengan bermain, hubungan mereka akan tumbuh menjadi erat.Dalam hatinya, Henry hanya ingin mereka akur seperti saudara kandung, tanpa perlu khawatir tentang pertengkaran di antara mereka.Setelah keluar, dia pergi ke kantor dokter.Di kamar perawatan, dua anak kecil sedang mengobrol."Kamu sakit apa? Kenapa sampai tinggal di rumah sakit?" Nevan tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.Sebelumnya, mereka telah bertemu dua kali dan Rania tampak baik-baik saja.Jadi, mengapa sekarang tiba-tiba harus dira
Meskipun Henry dan Nevan terhubung oleh ikatan darah, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Nevan masih merasa bahwa Henry adalah sosok yang asing, jadi tidak ingin terlalu dekat dengannya."Aku membawamu bertemu dengan adik perempuanmu. Mulai sekarang, kamu akan tinggal bersama kami. Rumah kami adalah rumahmu juga." Henry membungkuk untuk menggendong Nevan. "Nevan, apakah kamu nggak ingin tinggal bersama ayah, ibu, dan adikmu?"Nevan menatap Henry dengan mata besarnya, berpikir sejenak. "Kalau aku bilang nggak, apa kamu akan membiarkanku pulang?""Nggak akan!" Henry menjawab tegas, tanpa sedikit pun keraguan."Kalau begitu, kamu ini seorang diktator! Kalau nggak ada pilihan, untuk apa menanyakan pendapatku?" keluh Nevan dengan wajah masam.Henry menyipitkan mata.'Anak nakal ini reaksinya cepat, dan pandai berbicara.''Sifat ini persis seperti Miana!'Saat Henry terdiam, hati Nevan diliputi rasa waswas.Bagaimanapun, mereka baru saja bertemu untuk pertama kalinya, dan dia khawati
"Henry, apa maksudmu membawa pergi anakku dari sekolah!" seru Miana dengan nada tinggi, tidak bisa menahan amarahnya lagi.Perilaku Henry yang seperti ini benar-benar membuat darahnya mendidih."Dia juga anakku. Apa salahku kalau membawanya pergi?" balas Henry dengan suara datar, namun tegas.Dalam perjalanannya dari taman kanak-kanak ke rumah sakit, dia sudah yakin bahwa Nevan adalah anaknya.Nevan sangat pintar.Cara berpikir Nevan juga cepat.Sama seperti dirinya!Keputusan Henry sudah bulat. Dia akan membawa anak itu ke sisinya terlebih dahulu. Dengan cara ini, dia bisa memastikan Miana akan kembali kepadanya."Aku sudah bilang, dia bukan anakmu!" seru Miana, dia mulai gelisah.Anak Henry atau bukan, melalui tes DNA, semua kebenaran akan terungkap.Jika Henry melakukannya sekarang, segala sesuatunya bisa berubah dalam sekejap.Dia menarik napas panjang, lalu berkata dengan nada yang lebih terkontrol, "Aku mau bicara dengan anakku. Kalau nggak, aku nggak akan tenang."Setelah itu, k
Miana menatap asisten itu. "Kita masuk ke kantor dulu," ujarnya dengan nada yang mencerminkan otoritas seorang pemimpin."Silakan masuk, Bu Miana," ujar Ariz, dengan gerakan tangan yang mempersilakannya masuk terlebih dahulu.Miana berjalan lurus ke depan dengan langkah mantap.Ariz mengikuti di belakang, menjaga jarak yang sopan.Begitu sampai di depan lift, dia dengan cekatan menekan tombolnya.Miana mengatupkan bibirnya.Dia mulai memahami alasan di balik rekomendasi Sherry.Ariz ternyata sangat cakap dalam pekerjaannya.Saat di kantor, dia melihat bahwa Ariz telah mengatur berkas-berkas dengan sangat rapi—mana yang mendesak untuk segera ditangani.Bahkan, dia menyelipkan catatan kecil berisi poin-poin penting untuk mempermudah pencarian informasi.Setelah menandatangani dua berkas yang mendesak, Miana meletakkan pena sambil memandang Ariz. "Apa ada yang kamu butuhkan? Kenaikan gaji, rumah, atau hal lainnya? Katakan saja, aku akan membantumu menyelesaikannya!"Dia sadar bahwa talent
Pria itu menunjukkan sisi gelapnya yang menakutkan, membuat selingkuhannya gemetar dalam ketakutan.Dia tidak pernah menyangka bahwa pria itu akan menimpakan seluruh tanggung jawab atas kejadian tersebut kepadanya."Karena kamu sudah menjadi istriku, bersikaplah seperti seharusnya! Kalau nggak, aku akan memberimu pelajaran!" Pria itu berbicara dengan nada dingin, memperlihatkan sisi kejamnya yang tidak lagi disembunyikan.Setelah menonton video itu, Miana menghela napas sambil mengusap keningnya. "Bukti lainnya sudah aku susun. Besok, aku akan ke pengadilan untuk menyelesaikan kasus ini."Pria itu sebenarnya memiliki pilihan untuk bercerai dengan istrinya secara damai, tetapi keserakahannya pada harta membuatnya memilih untuk membunuh istrinya.Sementara itu, selingkuhannya yang masih muda, yang seharusnya bisa menjalani hidup bahagia dengan seseorang seusianya, malah dengan angkuh menghancurkan keluarga orang lain dan bersekongkol untuk membunuh istri sahnya.Pasangan seperti ini tida
Kerumunan tercengang. 'Apa? Wanita ini menyelamatkan nyawa pria itu?''Tapi pena itu menusuk tubuhnya, bagaimana mungkin itu nggak membunuhnya?'"Cepat lepaskan dia! Apa kalian nggak dengar?" Dokter berteriak tegas kepada para pria yang memegang Miana.Dalam pikirannya, dia tidak habis pikir bagaimana orang-orang ini memperlakukan seseorang yang baru saja menyelamatkan nyawa orang dengan cara seperti ini.Miana menoleh dengan tenang, menatap beberapa pria itu. "Kalau kalian nggak tahu apa-apa, coba biasakan membaca buku, belajar lebih banyak. Jangan cuma buang waktu menonton video pendek yang nggak ada manfaatnya!"Keadaan berubah drastis. Orang-orang yang menonton akhirnya menyadari bahwa mereka telah diperdaya oleh wanita tadi.Ketika mereka mulai mencari Celine, dia sudah menghilang, melarikan diri secara diam-diam dan bersembunyi di tempat yang aman.Celine tidak habis pikir bagaimana Miana bisa memiliki kemampuan medis, bahkan tampaknya begitu ahli.Kali ini dia gagal, dan dia tid