Ucapan Miana membuat amarah Henry bertambah. "Apa yang kamu bicarakan! Aku dan Janice nggak ada hubungan apa pun, nggak pernah melakukannya!"Dengan sangat jelas, dia ingat pernah menjelaskan hubungannya kepada Miana sebelumnya, tetapi dia bingung mengapa Miana masih berkata seperti itu!Dia merasa Miana benar-benar tidak memperhatikan apa yang dia katakan."Malam setelah kita bercerai, Janice mengirim banyak swafoto dirinya di kamar tidur ini padaku. Setelah mengenakan pakaian yang begitu seksi, kamu nggak menyentuhnya?"Miana tidak percaya. Bagaimanapun, Henry bukan pertama kali berbohong padanya.Setelah dibohongi berkali-kali, dia tentu tidak akan percaya."Nggak! Aku di ruang kerja! Selain itu, aku juga nggak tahu dia datang!" Jika dulu, Henry tidak akan repot-repot menjelaskan seperti ini.Namun, setelah mengalami perceraian dengan Miana, dia mulai memahami beberapa cara berkomunikasi dalam pernikahan.Jika ada keraguan, tanyakan langsung. Karena dipendam terlalu lama, hanya akan
Tekad dan kecemasan yang belum pernah ada sebelumnya terlihat di mata Janice. Kedua tangannya mencengkeram erat seprai, seakan-akan hanya itu satu-satunya sandaran yang dia miliki saat ini.Di samping ranjangnya berdiri Yosef yang sedang menatapnya dengan ekspresi yang tidak jelas."Yosef, aku mohon, bantu aku keluar dari sini," pinta Janice dengan suara yang bergetar dan penuh ketulusan.Mata Janice sudah merah berkaca-kaca, sorot matanya dipenuhi rasa ketakutan akan masa depan dan ketidakberdayaan terhadap situasi saat ini.Sosok Yosef yang bertubuh tinggi menciptakan bayangan berat di dalam kamar yang remang-remang.Dia menatap Janice dalam-dalam, tatapan yang dipenuhi emosi yang rumit. Ada kasihan, tidak berdaya, dan tekad yang sulit untuk diungkapkan. "Janice, aku janji akan membantumu, tapi kamu harus mengerti itu bukan hal yang mudah. Batasan internasional jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan. Aku hanya bisa melakukan sebisaku, menyediakan jalan pelarian untukmu."Dia berka
Mendengar ucapan Yosef, Nadia langsung menangis dengan keras. "Yosef, aku adalah ibumu, bagaimana kamu bisa memperlakukanku seperti ini!"Mentalnya terguncang sejak tahu suaminya berselingkuh, dan menjadi sangat posesif.Dia tidak bisa mengendalikan suaminya, tetapi putranya adalah miliknya. Oleh karena itu, dia harus menjaga putranya erat-erat di sisinya dan tidak membiarkan wanita lain merebutnya.Selama beberapa hari ini, Yosef sangat tersiksa karena sikap ibunya itu. Dia merasa kesal, mengusap keningnya, lalu berteriak, "Diam!"Dia heran, mengapa ibunya tidak mengamuk pada ayahnya yang berselingkuh, malah mencari masalah dengannya.Yosef hampir dibuat gila oleh ibunya."Kukatakan lagi, Yosef, kamu hanya boleh menikahi Alisa Ingra! Wanita lain nggak boleh, terutama Janice, si wanita licik itu! Kalau kamu berani menikahinya, aku akan bunuh diri di depanmu!" Berita tentang Janice telah memenuhi internet selama dua hari ini. Setiap kali melihat berita itu, dia selalu mengutuk Janice.M
'Bukankah demi aku, Yosef bahkan bersedia melepaskan segalanya?'Kenapa sekarang ....'"Janice, maafkan aku." Wajah Yosef penuh dengan rasa bersalah.Kehilangan Janice, dia mungkin masih bisa menemukan orang yang dia cintai di masa depan.Sementara jika dia kehilangan ibunya, tidak akan ada lagi orang yang akan sepenuh hati memikirkannya.Janice tersenyum dan berkata, "Kenapa kamu bicara seperti itu! Dasar bodoh!"Janice tiba-tiba merasa bingung akan masa depannya."Istirahatlah, aku akan menelepon dulu, akan aku selesaikan secepatnya." Yosef memeluk Janice, dan dengan hati-hati mencium pipinya.Mungkin tidak ada lagi kesempatan untuk bisa bersama di masa depan.Mata Janice seketika menjadi merah.Dia bertanya-tanya seandainya dulu dia memilih Yosef, apakah dia sudah hidup bahagia sekarang?Sayang sekali, tiada seandainya di dunia ini.Dia sendiri yang telah memilih jalan ini, jadi sekalipun penuh kesulitan, dia tetap harus menjalaninya."Jangan menangis! Tunggu beberapa tahun. Setelah
"Aku mencari tahu apa yang ingin aku ketahui," ujar Henry dengan suara datar, seolah-olah sedang membicarakan hal yang tidak penting.Yosef merasa agak gelisah.Mungkin karena sudah terlalu lama berteman dengan Henry, dan tidak pernah ada konflik di antara mereka, dia bahkan lupa bahwa Henry sebenarnya adalah serigala!Serigala yang sangat ganas.Siapa pun yang menjadi musuh Henry akan berakhir mengenaskan."Kita bisa bicara lain kali kalau kamu nggak ingin mengatakannya sekarang, tapi ... Kota Jirya itu kecil, sangat mudah bertemu dengan siapa pun," ujar Henry, lalu menutup teleponnya.Genggam Yosef pada ponselnya mengerat, dan kedua tangannya gemetar.Kata-kata Henry itu jelas merupakan peringatan baginya.Untuk sesaat, dia tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Henry.Yang dia maksud ....''Ibuku atau orang itu?'Meskipun ada banyak kekhawatiran di hatinya, dia tetap memutuskan untuk membantu Janice pergi.Dia memutuskan untuk bertaruh.Mungkin saja kali ini dia beruntung!Setelah yaki
"Aku sudah mengatur semuanya tadi. Besok malam pukul tujuh, akan ada orang yang menjemputmu, mereka juga akan memberimu identitas baru!" Yosef mengernyit ketika matanya tanpa sengaja tertuju pada luka di dada Janice, dan bertanya, "Bagaimana kalau lukamu terinfeksi saat di tengah perjalanan?""Aku akan memikirkan cara untuk membawa lebih banyak obat." Bagaimanapun, dia harus segera meninggalkan Kota Jirya, jadi luka seperti ini bukanlah hal penting.Selain itu, nyawanya lebih terancam jika terus berada di kota ini.Dia tidak berani mempertaruhkan nyawanya."Oh ya, rumah dan mobil yang kamu minta aku jual, aku belum menemukan pembeli yang cocok. Jadi, aku akan memberimu uang dulu, dan pelan-pelan mencari pembeli yang cocok," ujar Yosef sambil mengeluarkan sebuah kartu bank. "Semua uang yang bisa kuberikan sudah ada di sini, totalnya ada sepuluh miliar. Simpanlah!"Tindakan Yosef membuat Janice terharu.Dia bahkan berpikir, jika dia tidak terpaksa harus melarikan diri, dia akan tetap di
"Aku baru dapat kabar, mantan istrimu ke kantor polisi dengan membawa cukup bukti yang menunjukkan kejahatan Janice. Ah, ada juga bukti dirimu ...." Pria itu belum selesai berbicara, Henry sudah memotongnya, "Kapan dia pergi ke sana?""Belum lama! Dia pasti sudah tahu, kamu membantu Janice membuatkan identitas palsu untuk ke luar negeri, makanya dia segera membuat laporan ke kantor polisi! Sekarang, polisi sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan. Kamu dan Janice ... nggak akan bisa kabur! Hahaha!" Pria itu tertawa dengan keras, sama sekali tidak terlihat berbahaya.Namun, Henry tahu bahwa pria itu sebenarnya adalah orang yang berbahaya."Kamu pun aneh, kenapa nggak beri tahu mantan istrimu kalau kamu sengaja membantu Janice melarikan diri untuk membuatnya lengah, sehingga polisi bisa menangkapnya!""Rumordi Ferno! Tutup mulutmu!" seru Henry dengan suara dingin.Pria itu berhenti tertawa dan menatap Henry dengan tatapan tajam. "Jangan panggil namaku!"Dia tidak suka dengan namanya
'Lebih baik tunggu sampai semuanya selesai baru bilang pada Sherry.''Kalau nggak, Sherry pasti akan khawatir.'"Bagaimana kalau aku menemanimu?" Sherry masih merasa tidak tenang."Sher, aku sungguh baik-baik saja," ujar Miana dengan tulus."Baiklah." Sherry tidak memaksa lagi dan menutup telepon.Miana menarik napas panjang dan berkata di hatinya, 'Sher, maafkan aku.'Dia memutuskan untuk meninggalkan Kota Jirya, tetapi untuk sementara tidak berniat memberi tahu Sherry.Dia memerlukan reaksi Sherry terhadap apa yang akan dia lakukan selanjutnya.Jika Sherry tahu yang sebenarnya, reaksi Sherry tidak akan terlihat alami.Itulah sebabnya, dia harus menyembunyikan rencananya dari Sherry untuk sementara waktu.Setelah kembali ke rumah, dia hanya mengambil laptop dan dokumen penting, serta dua kotak yang sebelumnya dia simpan di brankas.Barang-barang lainnya tidak dia bawa.Ketika dia kembali ke mobil, Kevin bingung melihatnya yang hanya membawa sebuah ransel, jadi bertanya, "Kamu nggak me
Henry seketika menyadari bahwa selama tiga tahun pernikahannya dengan Miana, dia benar-benar merasakan kehangatan rumah.Sayangnya, dia menyadarinya terlalu terlambat.Wiley masuk untuk membereskan kotak makan, tetapi melihat isinya hampir tidak disentuh. Dia melirik Henry yang duduk dengan mata terpejam, lalu bertanya, "Apakah makanan dari restoran ini nggak sesuai selera? Bagaimana kalau besok coba restoran lain?"Dia selalu memasa makan siang di restoran yang sama, dan Henry tidak pernah mengeluh rasanya tidak enak."Mulai sekarang nggak perlu pesan makanan dari luar lagi, aku akan makan di kantin perusahaan," ujar Henry dengan nada datar.Wiley agak terkejut dan bertanya untuk memastikan, "Mulai besok makan di kantin perusahaan?"Meskipun makanan di kantin perusahaan cukup baik, Henry biasanya hanya makan masakan dari koki Michelin."Ya. Kamu bawa keluar makanan di meja."Wiley membereskan kotak makan sambil sesekali melirik Henry.'Nggak ada yang aneh, tapi kenapa perilaku Pak Hen
Sherry mengusap air matanya, menatap asistennya, dan berkata, "Aku berencana menjual studio ini, lalu meninggalkan kota in."Kematian Miana telah membuatnya kehilangan satu-satunya orang yang bisa dia andalkan di kota ini, dan sekarang kota ini hanya penuh dengan kenangan sedih.Dia ingin meninggalkan kota ini dan memulai hidup baru."Ah? Kenapa?" tanya Asisten yang heran mengapa begitu tiba-tiba."Aku ingin pindah ke kota lain.""Lebih baik mengubah cara berpikir daripada pindah kota! Bu Sherry, kamu terlalu serius dalam menjalani hidup."Sherry tersenyum. "Ya, sepertinya memang begitu."Menurutnya, bukankah hidup memang harus dijalani dengan serius?"Kalau ingin pindah ke kota lain, sebaiknya kamu nggak menjual studio ini, kalau nanti nggak terbiasa di kota baru, kamu masih bisa kembali ke sini."Sherry menatap asisten di depannya, tiba-tiba sebuah pikiran muncul di benaknya.'Mungkinkah Miana sebenarnya nggak mati? Dia hanya pindah ke kota lain?''Mungkin saja Miana akan kembali lag
Saat Sherry tiba di studio, Wiley masih ada di sana.Melihat Wiley, Sherry agak terkejut.'Kenapa dia belum pergi?'Asistennya segera mendekat dan berbisik, "Aku sudah bilang padanya, tapi dia bersikeras menunggumu di sini! Aku nggak bisa melakukan apa-apa!""Kamu lanjutkan pekerjaanmu, aku akan bicara dengannya." Sherry tahu bahwa Wiley tidak pergi pasti karena perintah dari Henry, jadi dia memutuskan untuk berbicara baik-baik dengan Wiley."Apakah nggak bisa setuju untuk bekerja sama?" tanya Asistennya tiba-tiba, yang merasa menolak bisnis besar seperti itu sangatlah merugikan.Dia tidak pernah melihat ada yang menolak uang begitu saja."Beberapa hal nggak sesimpel yang terlihat, masalah ini rumit, nanti aku akan beri tahu kamu. Sekarang, kamu lanjut kerja dulu." Saat mendorong asistennya pergi, Sherry menambahkan, "Oh ya, pasang iklan lowongan kerja di internet."Setelah asisten pergi, Sherry berjalan mendekati Wiley, dan berkata dengan nada formal, "Pak Wiley, aku tahu apa yang ing
Setelah bangkit dari lantai, Farel berdiri di sebelah tempat tidur, menatap Sherry yang marah, dan berkata dengan pelan, "Miana sudah nggak ada. Kalau kamu terus menjauh dariku, nggak akan ada orang yang bisa kamu andalkan lagi."Sherry duduk di tempat tidur, dan berkata dengan tatapannya dingin, "Meskipun hanya aku sendiri, aku nggak akan bersamamu lagi!"Bersama dengan pria yang sudah memiliki tunangan, pada akhirnya diri sendiri yang akan tersakiti.Daripada berakhir seperti itu, lebih baik berpisah lebih awal."Sherry, hanya kamu satu-satunya wanitaku! Nggak ada wanita lain!" Farel mencoba menjelaskan, "Kamu harus percaya padaku!"Sherry menatap wajah Farel, tersenyum sinis, dan berkata, "Meskipun kamu nggak menganggapnya sebagai wanitamu, hubungan pertunangan kalian nggak akan berubah! Kamu sudah punya wanita lain dan masih ingin bersamaku, apakah kamu ingin mencelakaiku? Apakah akhir Miana ini masih belum cukup untuk menyadarkanku?"Seandainya Miana meninggalkan Henry lebih cepat
"Henry, apa yang kamu inginkan agar kamu melepaskan Janice?" Yosef tidak bisa menahan diri untuk bertanya lagi ketika melihat Henry tidak menjawab.Dengan tatapan tajam, Henry berkata kepada Yosef, "Itu adalah akhir bagi Janice, dan nggak ada yang bisa mengubahnya! Kamu bisa pergi sekarang."Henry langsung mengusir Yosef.Ekspresi Yosef menjadi makin masam. "Kenapa kamu begitu kejam!" serunya.Henry tidak menjawab pertanyaan itu, bangkit dari sofa dan naik ke atas.Dulu Miana pernah mengatakan bahwa dia kejam, tetapi dia tidak mengindahkannya.Sejak kecil, dunianya hanya dipenuhi oleh orang-orang yang dingin dan tanpa perasaan.Yosef masih duduk di sofa, matanya terus menatap sosok Henry. Setelah Henry menghilang dari pandangannya, dia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, menahan segala emosi dalam hatinya, lalu perlahan berdiri.Pada saat ini, dia tiba-tiba memahami perasaan ibunya.Ternyata, tidak cukup kuat hanya akan diinjak-injak oleh orang lain.Setelah masuk ke mobil, dia
Wiley berpikir, 'Kalau Nona Miana benar-benar jatuh ke laut, bagaimana mungkin bisa menemukannya.'Meskipun memiliki pemikiran seperti itu, dia tidak berani benar-benar mengatakannya.Karena dia yakin Henry akan marah setelah mendengarnya."Cepat urus masalah ini. Aku akan panggil sopir untuk mengantarku pulang."Karena sudah mendapatkan perintah, Wiley segera pergi.Dia harus mematuhi apa yang dikatakan Henry.Henry membuka selimutnya, turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju toilet.Dia menyentuh bekas tamparan di wajahnya, mengingat ekspresi penuh kesedihan dan kemarahan Sherry saat itu, sama sekali tidak terlihat seperti pura-pura.'Kalau Miana nggak mati, nggak mungkin Sherry nggak tahu, bukan?''Kalau Miana benar-benar mati ....'Henry tidak berani memikirkan lebih jauh, segera membuka keran air, mencuci wajahnya dengan air dingin.Air dingin yang membasuh wajahnya membuatnya merasa lebih segar.Sopir sudah tiba ketika dia sedang berganti pakaian.Setelah selesai, dia segera
Henry menyesal, sangat menyesal.Akan tetapi, tidak ada obat penyesalan di dunia ini!Sherry berbalik, memandang Henry dengan senyum penuh sindiran, senyum yang tampak menusuk hingga ke hati."Miana sudah pergi dari dunia ini, kamu ingin mendapatkan simpati siapa dengan berakting seperti itu?"Suaranya tidak tinggi, tetapi memiliki kekuatan yang tak bisa diabaikan, membuat udara di sekitarnya seakan membeku.Wajah Henry seketika pucat. Dia mengatupkan bibirnya erat, mencoba menahan emosi yang berkecamuk di hatinya. Namun, rasa sakit itu begitu kuat, seperti ombak besar yang menghantam dan hampir menenggelamkannya.Dia mengepalkan tangannya erat hingga urat-urat di punggungnya mencuat dan ujung jemarinya memutih, seakan-akan rasa sakit yang menusuk di hatinya hanya dapat berkurang dengan cara itu.Sherry menatap Henry, mendengus dingin, lalu berkata dengan suara penuh dengan penghinaan dan kesedihan, "Penyesalan yang terlambat lebih rendahan dan nggak berharga dibandingkan dengan rumput
Sherry menatap mata Farel dengan tajam, tanpa sedikit pun kehangatan, hanya ada keterkejutan, kemarahan, dan kesakitan."Ada urusan apa?" Suara Sherry rendah tetapi tegas, dan penuh dengan tekanan emosional yang kuatTubuh Farel gemetar sesaat, dan sorot matanya meredup. Perasaannya makin rumit saat dia mendengar suara Sherry.Dia perlahan melangkah maju, mencoba mendekati sosok yang selalu menghantui mimpinya tetapi tidak terjangkau. Namun, aura dingin dan ketegasan yang terpancar dari Sherry seperti membuat ada penghalang tak terlihat di antara mereka."Kalau nggak ada urusan, tolong keluar dulu, nanti baru masuk lagi!" seru Sherry tanpa ragu sedikit pun.Sherry mengepalkan kedua tangannya erat-erat, hingga urat-urat di punggung tangannya terlihat jelas, mencerminkan emosi yang meluap-luap di hatinya.Pada saat ini, dia bukan lagi wanita yang lembut dan manis. Dia sudah berubah menjadi pendendam, bersumpah untuk menuntut keadilan bagi sahabatnya yang telah meninggalkan dunia ini.Mel
"Plak! Plak!" Dua suara tamparan yang tajam terdengar di ruang yang sunyi, bagaikan guntur yang tiba-tiba mengguncang hati dan pikiran orang.Mata Sherry merah berkaca-kaca. Air mata berkilauan dengan keteguhan dan kebencian. Dia menggigit bibir bawahnya, tidak membiarkan dirinya mengeluarkan suara tangisan sedikit pun, seolah-olah ingin melampiaskan semua kesedihan dan rasa sakitnya melalui tindakan sederhana ini.Henry ditampar hingga matanya mulai berkunang-kunang, membiarkan rasa sakit yang panas menyebar di pipinya.Dia menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gelombang emosi di hatinya. Dalam pikirannya, senyum Miana yang bagaikan bunga yang baru mekar, suaranya yang lembut, dan momen indah yang mereka habiskan bersama, datang seperti gelombang pasang, lalu menenggelamkannya."Kalau saja Miana masih hidup, pasti ...." Henry berkata dengan suara yang rendah dan serak, penuh dengan kesedihan dan penyesalan yang tak berujung.Dia perlahan membuka matanya, mena