Sherry cepat-cepat mengeluarkan ponselnya untuk memotret.Menyadari hal itu, Miana pun bertanya dengan bingung, "Apa yang kamu potret?""Tentu saja kamu, mau kuposting di WhatsApp Story!" jawab Sherry sambil menunduk memilih foto-foto di ponselnya. Dia kemudian menghela napas. 'Memang benar-benar cantik!'Melihat Sherry tersenyum, Miana tidak menghentikannya untuk memposting fotonya.Sedetik setelah foto itu diposting, Farel kebetulan melihatnya.Karena tahu suasana hati Henry sedang buruk, dia meneruskan foto yang diposting Sherry ke Henry.Setelah menunggu beberapa saat dan tidak mendapatkan balasan, dia langsung menelepon Henry."Ada urusan apa?" tanya Henry dengan suara yang sedingin ruang es, bisa membuat tubuh orang menggigil."Sudah lihat foto yang kukirim barusan?" tanya langsung Farel dengan nada bercanda, mengabaikan sikap dingin Henry.Henry ingin berpura-pura tidak peduli, tidak memberi Farel kesempatan untuk menggodanya."Farel, kamu sangat nggak punya kerjaan, ya?" Henry
Setelah keheningan sesaat, Miana baru bertanya, "Tahu siapa mereka?"Meskipun suaranya kecil, nada bicara penuh dengan ketegasan yang sukar diabaikan.Kepala pelayan menggeleng sambil mengernyit dan berkata, "Masih belum tahu siapa mereka. Melihat ada begitu banyak orang, aku khawatir dengan keselamatan orang-orang di rumah ini ...." Sampai di sini, dia tiba-tiba menyadari sesuatu dan tampak menjadi canggung, "Maaf, Nyonya, aku ... lupa Nyonya dan Tuan Muda Henry sudah ...."Seketika hanya keheningan yang terdengar.Saat kepala pelayan mengira telepon akan ditutup, suara Miana yang tegas terdengar, "Segera gunakan persiapan darurat, pastikan semua orang di rumah aman, cari tahu siapa yang mengepung kalian. Ingat lakukan semuanya tanpa menarik perhatian mereka, dan jangan biarkan Kakek Eddy menyadari kejadian ini."Miana memberikan instruksi secara jelas, menunjukkan otoritas yang tidak bisa dibantah.Mendengar ini, kening kepala pelayan sudah tidak mengerut lagi. Dia mendesah panjang s
Setelah melakukan banyak kejahatan, Janice masih bisa hidup dengan baik berkata Henry!Terlalu baik hanya akan diinjak-injak orang lain, jadi harus jahat sedikit.Melihat air di panci sudah mendidih, Miana memasukkan mi yang sudah diuleni, lalu membuka keran untuk mencuci sayuran.Selesai mencuci dan mematikan keran, dia pun berkata dengan suara lembut, "Wajar saja kalau Kakek Eddy memprioritaskan Henry. Meskipun demikian, aku tetap nggak bisa mengabaikan kebaikan Kakek padaku selama ini! Selain itu, dia masih memberiku saham Grup Eskaria padaku meski sudah tahu aku akan bercerai dengan Henry. Hanya dengan alasan ini, sudah cukup untuk aku harus mengkhawatirkan Kakek!"Mungkin orang lain akan menganggapnya bodoh.Sebenarnya, dia hanya ingin membalas budi.Sherry terdiam.Apa yang dikatakan Miana ada benarnya.Air susu dibalas dengan air tuba.Tidak boleh menjadi orang yang seperti itu!"Yang bersalah padaku adalah Henry, jadi nggak ada hubungannya dengan Kakek Eddy!" Miana mulai memoto
"Bu Sherry, ibu itu ada di ruang rapat," ujar Olivia sambil menunjuk ke arah ruang rapat.Sherry merapatkan bibirnya sebelum berkata, "Oke, kamu lanjut kerjaanmu.""Oh ya, Bu Sherry, ada rumor," bisik Olivia. "Dengar-dengar, ada proyek baru milik Grup Eskaria yang baru selesai dibangun, dan sedang melakukan tender terbuka untuk desain lanskap, mau coba ikut?""Persyaratan untuk ikut tender perusahaan Grup Eskaria sangat tinggi, jadi nggak ada peluang untuk studio kita yang masih berskala kecil. Sudahlah, nggak perlu dipikirkan hal itu, lanjutkan kerjaanmu saja," balas Sherry sambil tersenyum, tidak menganggap tender itu serius.Mereka bisa membuat proposal desain, tetapi studio mereka terlalu kecil, tidak memenuhi syarat."Sayang sekali!" Oliva mendesah pelan.Jika bisa mendapatkan proyek desain lanskap itu, reputasi studio mereka akan meningkat.Sherry hanya tersenyum, lalu berjalan ke arah ruang rapat.Sinar lembut yang masuk melalui jendela menciptakan bayangan yang indah dan berkil
Ucapan Farel membuat perasaan Sherry menjadi campur aduk. Dia menggigit bibirnya perlahan, lalu menjawab dengan serius, "Aku tahu itu, Farel, tapi kita harus melihat ke depan. Apa pun yang terjadi di masa depan, aku akan menghadapinya dengan berani.""Aku nggak bilang putus, jadi jangan berpikir kamu bisa putus dariku!" teriak Farel lalu menutup teleponnya.Sherry tersenyum pahit.'Dia ingin mengikatku di sisinya untuk selamanya.''Benar-benar kejam!'....Jari-jari Miana masih menari-nari di atas papan ketik. Cahaya dari layar membuat sepasang matanya yang fokus terlihat seperti bintang paling terang di langit malam.Seperti biasanya, dia membuka panel kontrol situs web tempat dia mempublikasikan komiknya. Dengan cepat, notifikasi pesan masuk muncul bagaikan badai yang menerpa tanpa ada tanda-tanda.Miana menyipitkan matanya, memindai angka yang terus meningkat dengan cepat. Pengikutnya sudah melonjak hingga mencapai empat miliar. Kejutan yang mendadak ini membuatnya refleks menahan n
"Apa?" tanya Miana sambil memijat lehernya yang terasa pegal."Henry sedang mengurus dokumen keberangkatan ke luar negeri untuk Janice. Sepertinya dia akan segera mengirim Janice ke luar negeri." Suara di ujung telepon mengecil, seolah-olah takut Miana akan merasa sedih."Baiklah, aku sudah tahu." Miana tersenyum sinis sebelum melanjutkan ucapannya dengan suara pelan, "Kamu terus perhatikan masalah ini. Segera kabari aku kalau ada perkembangan lain!""Kamu nggak apa-apa?" tanya pria itu dengan hati-hati.Miana tersenyum dan berkata, "Aku baik-baik saja, nggak perlu khawatir."Dia sudah tidak mencintai Henry, jadi mendengar berita tentang Henry tidak lagi membuatnya menjadi emosional.Dia hanya merasa bahwa Henry terlalu baik terhadap Janice!Selalu diam-diam membantu dan membersihkan segala rintangan yang dihadapi Janice.Bahkan memercayai Janice tanpa syarat.Apa pun yang Janice katakan, Henry akan percaya.Karena kepercayaan itulah, perilaku Janice makin menjadi-jadi."Baguslah kalau
Setelah dijelaskan, Wiley akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.'Pantas saja Pak Henry tadi begitu marah, ternyata karena ini.''Gawat, kalau tim teknis nggak bisa menyelesaikannya hari ini, mereka semua akan dipecat!'Wiley menyuruh sekretaris utama kembali bekerja, lalu pergi ke departemen teknis.Namun, saat dia kembali bersama tim teknis, belum sempat mereka bergerak, tulisan di layar komputer telah berubah menjadi emoji mengejek.Seketika, Wiley merasa sakit kepala.'Siapa yang melakukan lelucon in?'Beberapa orang dari departemen teknis menatap satu sama lain.Mereka belum pernah mengalami situasi seperti ini!"Kenapa? Nggak bisa menangani masalah ini?" Suara Henry sedingin es, membuat orang merasa kedinginan, meskipun berada di ruangan bersuhu 26 derajat."Pak Henry, ini ....""Aku tahu! Yang melakukan ini adalah peretas teratas yang menghilang tiga tahun lalu, "Candu"! Apakah dia muncul lagi?" Tiba-tiba ada yang berbicara dan menarik perhatian semua orang."Hm?" Henry meng
Henry menarik napas dalam-dalam, bertanya dengan suara dalam, "Apa yang terjadi?""Polisi datang ke Kompleks Gaillardia, mereka ingin membawaku, Henry tolong aku!" seru Janice dengan suara terisak-isak."Kamu jangan panik dulu, aku akan mengurusnya," ujar Henry, lalu menutup telepon.Sambil memegang ponselnya, Henry teringat surel yang diterimanya waktu itu.Jika Janice benar-benar melakukan hal-hal itu, tidak aneh dia ditangkap oleh polisi.Ini pertama kalinya Henry meragukan kata-kata Janice.Pada saat bersamaan di tempat lain, Janice menggenggam erat ponselnya, bahkan kukunya menancap ke dalam telapak tangannya, tetapi dia tidak merasakan sakit.Orang itu sudah meninggalkannya, jika sekarang Henry juga tidak peduli padanya ....Hidupnya akan benar-benar berakhir!Tidak boleh! Dia tidak boleh menyerah begitu saja.Dia harus mencari cara untuk menyelamatkan dirinya!Setelah menenangkan diri, dia mulai menelepon Felica.Panggilannya ditolak.Saat mencoba lagi, nomornya sudah diblokir.
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,