Raut wajah Henry begitu dingin, dan dia berkata, "Miana, bisakah kamu nggak selalu bersaing dengan Janice!"Miana tertegun.Dia sedang terluka, ingin Henry menemaninya, apakah itu termasuk bersaing dengan Janice?Miana segera kembali tenang, tersenyum kecil dan berkata, "Kalau kamu begitu nggak bisa melepaskan Janice, kenapa nggak mau bercerai dan menikahi dia?"Selama mereka bercerai, siapa yang Henry cintai, dengan siapa Henry bersama, siapa yang Henry kunjungi, itu bukan urusannya lagi.Namun, Henry menolak bercerai dengannya dan tetap terlalu dekat dengan Janice.Sekalipun dia tidak peduli, tetap saja terasa terganggu."Giyan dan adikmu akan segera menikah, meskipun kamu bercerai, dia nggak mungkin bisa menikahimu. Atau kamu ingin berbagi suami yang sama dengan adikmu?" Kata-kata Henry seperti panah yang menusuk jantung, membuat Miana sangat terkejut.Di mata Henry, dia adalah wanita rendahan!"Miana, aku sudah bilang, kalau kita bercerai, aku nggak akan lagi peduli pada nenekmu! P
Dering tersebut menghancurkan suasana ambigu mereka.Miana segera mendorong Henry. "Turunkan aku!"Henry terpaksa menurunkannya ke lantai.Setelah itu, Miana melompat-lompat dengan satu kaki, menuju sofa, lalu duduk di atasnya.Dia mengulurkan tangannya, mengambil buku yang ada di samping dan mulai membaca.Sementara Henry mengeluarkan ponselnya dan mengangkat panggilan itu."Pak Henry, Nona Janice sudah sadar. Dia terus menangis dan bilang ingin bertemu denganmu! Dia juga bilang, dia akan bunuh diri kalau nggak bisa bertemu denganmu!" Suara Wiley terdengar sangat cemas. "Kapan kamu akan tiba?""Aku segera berangkat!" seru Henry. Setelah menutup telepon, tatapannya tertuju pada wanita yang duduk di sofa sambil membaca buku.Terlihat begitu tenang, cantik, lembut ....Momen ini entah mengapa membuat Henry merasa nyaman. Bahkan, membuatnya berpikir bahwa hidup seperti ini untuk selamanya tidaklah buruk.Miana merasakan tatapan Henry, refleks mendongak, dan tatapan mereka pun bertemu."Ke
Dulu, dia sering pergi mencari Giyan setelah dianiaya di rumah. Setiap kali, dia akan melihat Giyan menunggunya di depan pintu, membuat hatinya terasa hangat.Bertahun-tahun berlalu, dan dia kembali melihat pemandangan yang sama. Kenangan tersebut muncul dengan sendirinya di benaknya.Melihat Miana turun dari mobil, Giyan segera mendekat, mengulurkan tangan hendak membantunya. "Kakimu nggak apa-apa?""Nggak apa-apa!" Miana menghindari tangan Giyan. "Di luar agak dingin, kita duduk dan bicara di dalam saja."Bagaimanapun, mereka harus menjaga jarak sekarang, tidak bisa lagi berpegangan tangan saat masih remaja.Giyan merasa sedikit kecewa, menarik kembali tangannya.Miana melangkah masuk sambil menjaga jarak dengan Giyan.Setelah duduk, Miana memesan segelas susu dan sepotong tiramisu.Dia tidak makan apa pun saat berada di restoran tadi, jadi sekarang sangat lapar.Giyan memesan secangkir kopi.Miana tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Malam-malam minum kopi, nanti kamu bisa tidur
Lagi pula, hidup masih panjang, akan selalu ada kesempatan untuk bertemu lagi."Setelah kuenya habis, aku akan pulang," ujar Miana, lalu menyuapkan kue tiramisu ke dalam mulut. "Oh ya, Kak Giyan, mulai besok aku cuti dan belum tahu kapan akan kembali bekerja. Jadi, kamu nggak perlu repot-repot menambahkan pengawal untukku."Miana bisa makan dengan cukup baik sekarang.Dia juga mudah merasa lapar.Malam ini, dia tidak makan apa pun dan merasa sangat lapar."Secepat itu mengambil cuti hamil?" Giyan agak terkejut.'Apakah Henry sudah tahu dia hamil?''Kelihatannya, hubungan mereka cukup baik.'"Bukan, hanya cuti biasa." Miana tidak ingin mengatakan yang sebenarnya.Menurutnya, masalah ini adalah urusan keluarganya."Oh, begitu. Baiklah, habiskan dulu kue-mu!" Giyan tidak bertanya lagi karena itu akan tidak sopan.Miana mengangguk, lalu menunduk dan memakan kuenya.Dengan tangan menopang wajahnya, Giyan terus menatap Miana. Dia sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa cintanya yang terpa
Di dalam kotak perhiasan terdapat bros berlian kecil yang berkilau di bawah cahaya lampu.Sorot mata Henry menjadi dingin, dinginnya seperti dapat menembus ke tulang-tulang."Malam-malam, kamu memaksakan diri yang sedang terluka untuk menemuinya hanya untuk bros ini?"Amarah di hati Henry sudah sampai pada titik puncak.'Jelas-jelas tadi sebelum keluar, aku lihat jalannya susah karena kakinya sakit, tapi demi bertemu Giyan, dia bahkan nggak peduli dengan rasa sakit itu!''Giyan memang sangat penting baginya!'Raut wajah Henry begitu gelap, tanda-tanda badai akan datang.Melihat Henry sudah melihat bros itu, Miana tidak ingin berdebat lagi dengannya. Dia merapikan rambutnya, tersenyum kecil dan mencibir, "Janice meneleponmu malam-malam, kamu juga pergi menemuinya, bahkan menemaninya sepanjang malam. Aku hanya bertemu dengan Giyan sebentar. Dia hanya ingin memberiku hadiah ulang tahun saja. Dibandingkan denganmu, nggak berlebihan, 'kan? Henry, pikirkan dulu tindakanmu sendiri sebelum mar
Henry merasa panik, sebuah pikiran melintas di benaknya.'Miana bunuh diri!'Dia tadi pergi ke rumah sakit karena mendengar Janice bunuh diri, jadi wajar saja dia langsung berpikir tentang bunuh diri.Tanpa berlama-lama, dia bergegas mengangkat Miana dari bak mandi dan berseru, "Miana, kalau kamu berani mati, aku akan segera menarik tim medis untuk nenekmu! Cepat bangun!"Suaranya terdengar sangat cemas.Seakan-akan dia sedang menekan emosi tertentu.Miana terbangun oleh suara Henry. Begitu membuka mata, dia mendapati Henry sedang menatapnya dengan cemas, lalu mengernyit dan bertanya, "Ada apa denganmu?""Kamu bukan bunuh diri?" Henry menghela napas lega, emosinya stabil kembali."Aku hanya kelelahan dan tertidur." Mata Miana berkedip-kedip, dan dia bertanya, "Kamu takut aku mati?"Sekalipun hidupnya berada di titik terendah, dia tidak akan pernah bunuh diri. Karena dia tahu, hanya dengan hidup baru ada harapan, baru bisa melihat masa depan yang lebih baik."Aku hanya khawatir kamu mat
"Miana, apa maksudmu!" Henry hendak meraih lengan Miana, tetapi secara tidak sengaja menarik handuk mandi Miana.Miana terkejut dan berseru, "Henry, apa yang kamu lakukan!""Rambutmu masih basah, jangan masuk kamar tidur!" Untuk menutupi rasa canggungnya, Henry mengambil handuk kecil di samping dan melemparkannya ke kepala Miana. "Keringkan!" perintahnya dengan nada sangat mendesak.Miana menarik handuk yang menutupi kepalanya, lalu berseru, "Kembalikan handuk mandiku!"Suaranya tanpa sadar terdengar malu-malu, lembut dan manis.Henry merasa tergoda, dan tubuhnya langsung bereaksi.Dengan alis terangkat, dia berjalan ke arah Miana dengan handuk mandi di tangannya. Kemudian, dia menyeka buliran air di tubuh Miana dengan lembut. Saat bibirnya menyentuh telinga Miana, dia menggigitnya dengan perlahan.Miana merasa telinganya tergelitik dan sedikit basah.Tidak seperti sebelumnya, di mana Henry selalu bersikap kasar dan dominan, kali ini Henry memperlakukannya dengan sangat lembut dan saba
Di Rumah Sakit Tresna, di kamar inap VIP.Janice sedang duduk di ranjang rumah sakit sambil memegang ponselnya, wajah pucatnya terlihat marah.'Apa yang telah Miana lakukan pada Henry? Kenapa Henry pulang begitu saja setelah mengetahui kondisiku?''Sungguh menjengkelkan!''Aku harus segera mencari cara untuk menyingkirkan Miana!'Pada saat ini, ada suara di ketukan di pintu.Janice menyembunyikan amarahnya, menoleh ke pintu dan berkata dengan suara lembut, "Masuklah!"Pintu dibuka dan Yosef berdiri di depan pintu membelakangi sumber cahaya lampu."Yosef, kenapa kamu datang?" tanya Janice yang agak terkejut.'Kenapa Yosef datang menemuiku malam-malam?'Yosef segera mendekat, lalu membungkuk dan memeluknya, "Janice, biarkan aku memelukmu sebentar saja!"Mendengar nada bicara Yosef tidak seperti biasanya, Janice pun bertanya, "Kamu kenapa? Apa yang terjadi?"Yosef selalu memanggilnya dengan sebutan "Kak Janice", tetapi sekarang cara memanggilnya tiba-tiba berubah dan Yosef juga tiba-tiba
"Baiklah, nanti kalau ada waktu aku akan menemuimu untuk makan bersama," ujar Miana. Dia benar-benar sibuk dengan beberapa kasus akhir-akhir ini."Baik, Kakek nggak akan mengganggumu lagi." Walaupun merasa sedih, Eddy tetap menahan perasaannya dan tidak menunjukkannya.Dia mengerti bahwa Miana sibuk dengan pekerjaannya sendiri, jadi tidak punya waktu untuk bertemu dengannya juga wajar.Dia hanya perlu menunggu sampai Miana selesai dengan pekerjaannya.Miana mengiakan dan menutup telepon."Ibu, siapa yang menelepon?" tanya Nevan dengan suara pelan, matanya yang besar berkilauan.Miana berpikir sejenak dan berkata, "Nanti Ibu akan memberitahumu."Mengenai Henry dan keluarga Jirgan, dia akan menceritakannya perlahan-lahan saat ada waktu."Apa yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali!" Giyan bertanya penasaran setelah masuk dan mengganti sepatu, melihat mereka berdiri di sana."Kami sedang menunggumu pulang," jawab Miana sambil tersenyum, mata indahnya yang melengkung membuat orang mera
Di dalam histori percakapan, si pria dan selingkuhannya sedang merencanakan bagaimana cara membunuh istri sah.Yang lebih mengerikan adalah pria dan selingkuhannya bahkan membeli racun paraquat dan racun tikus secara daring, tetapi keduanya tidak ada yang berani menggunakannya.Miana menekan amarahnya dan terus membaca.Saat ini, memang banyak selingkuhan yang tidak tahu malu.Mereka akan melakukan apa saja untuk mengubah status mereka.Ketika Giyan menelepon, Miana baru memutuskan untuk mematikan laptopnya.Meskipun belum melihat semua bukti yang dikumpulkan oleh Amanda, hanya berdasarkan histori percakapan dan pembelian paraquat dan racun tikus secara daring, sudah sangat jelas bahwa keduanya berencana membunuh istri sah.Hanya saja, bukti tersebut masih belum cukup.Miana harus membuat kedua orang itu mengakui rencana mereka untuk membunuh istri sah!Sebelum persidangan, dia harus mendapatkan rekaman pengakuan mereka.Setelah membereskan barang-barang, dia turun ke bawah dan melihat
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me
"Mia, apa yang terjadi?" tanya Giyan, mempercepat langkahnya ke arah Miana, lalu duduk di sampingnya.Miana menoleh, mendesah panjang sebelum berkata, "Rekening luar negeri Nevan tiba-tiba bertambah empat ratus miliar. Setelah aku cek, ternyata uang itu berasal dari perusahaan Grup Eskaria!"Anak nakal itu benar-benar hebat!Setelah mendengar itu, Giyan langsung mengerti apa yang telah terjadi.Giyan menutup laptop Miana, tersenyum, dan berkata, "Dulu ada kamu yang bekerja gratis untuk memperkuat firewall perusahaan. Sekarang, tanpa kamu, keamanan sibernya bahkan bisa diserang oleh anak tiga tahun seperti Nevan. Ini hanya menunjukkan betapa tidak bergunanya Departemen TI Grup Eskaria!"Miana tertawa dan merespons, " Nevan yang menyuruhmu datang untuk menghiburku? Anak nakal itu benar-benar pintar!""Dia khawatir kamu marah dan sakit, tapi nggak tahu bagaimana cara menghiburmu, jadi aku yang menawarkan diri untuk melakukannya!" Giyan baru merasa tenang setelah melihat senyum di wajah Mi
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere