Di dalam kotak perhiasan terdapat bros berlian kecil yang berkilau di bawah cahaya lampu.Sorot mata Henry menjadi dingin, dinginnya seperti dapat menembus ke tulang-tulang."Malam-malam, kamu memaksakan diri yang sedang terluka untuk menemuinya hanya untuk bros ini?"Amarah di hati Henry sudah sampai pada titik puncak.'Jelas-jelas tadi sebelum keluar, aku lihat jalannya susah karena kakinya sakit, tapi demi bertemu Giyan, dia bahkan nggak peduli dengan rasa sakit itu!''Giyan memang sangat penting baginya!'Raut wajah Henry begitu gelap, tanda-tanda badai akan datang.Melihat Henry sudah melihat bros itu, Miana tidak ingin berdebat lagi dengannya. Dia merapikan rambutnya, tersenyum kecil dan mencibir, "Janice meneleponmu malam-malam, kamu juga pergi menemuinya, bahkan menemaninya sepanjang malam. Aku hanya bertemu dengan Giyan sebentar. Dia hanya ingin memberiku hadiah ulang tahun saja. Dibandingkan denganmu, nggak berlebihan, 'kan? Henry, pikirkan dulu tindakanmu sendiri sebelum mar
Henry merasa panik, sebuah pikiran melintas di benaknya.'Miana bunuh diri!'Dia tadi pergi ke rumah sakit karena mendengar Janice bunuh diri, jadi wajar saja dia langsung berpikir tentang bunuh diri.Tanpa berlama-lama, dia bergegas mengangkat Miana dari bak mandi dan berseru, "Miana, kalau kamu berani mati, aku akan segera menarik tim medis untuk nenekmu! Cepat bangun!"Suaranya terdengar sangat cemas.Seakan-akan dia sedang menekan emosi tertentu.Miana terbangun oleh suara Henry. Begitu membuka mata, dia mendapati Henry sedang menatapnya dengan cemas, lalu mengernyit dan bertanya, "Ada apa denganmu?""Kamu bukan bunuh diri?" Henry menghela napas lega, emosinya stabil kembali."Aku hanya kelelahan dan tertidur." Mata Miana berkedip-kedip, dan dia bertanya, "Kamu takut aku mati?"Sekalipun hidupnya berada di titik terendah, dia tidak akan pernah bunuh diri. Karena dia tahu, hanya dengan hidup baru ada harapan, baru bisa melihat masa depan yang lebih baik."Aku hanya khawatir kamu mat
"Miana, apa maksudmu!" Henry hendak meraih lengan Miana, tetapi secara tidak sengaja menarik handuk mandi Miana.Miana terkejut dan berseru, "Henry, apa yang kamu lakukan!""Rambutmu masih basah, jangan masuk kamar tidur!" Untuk menutupi rasa canggungnya, Henry mengambil handuk kecil di samping dan melemparkannya ke kepala Miana. "Keringkan!" perintahnya dengan nada sangat mendesak.Miana menarik handuk yang menutupi kepalanya, lalu berseru, "Kembalikan handuk mandiku!"Suaranya tanpa sadar terdengar malu-malu, lembut dan manis.Henry merasa tergoda, dan tubuhnya langsung bereaksi.Dengan alis terangkat, dia berjalan ke arah Miana dengan handuk mandi di tangannya. Kemudian, dia menyeka buliran air di tubuh Miana dengan lembut. Saat bibirnya menyentuh telinga Miana, dia menggigitnya dengan perlahan.Miana merasa telinganya tergelitik dan sedikit basah.Tidak seperti sebelumnya, di mana Henry selalu bersikap kasar dan dominan, kali ini Henry memperlakukannya dengan sangat lembut dan saba
Di Rumah Sakit Tresna, di kamar inap VIP.Janice sedang duduk di ranjang rumah sakit sambil memegang ponselnya, wajah pucatnya terlihat marah.'Apa yang telah Miana lakukan pada Henry? Kenapa Henry pulang begitu saja setelah mengetahui kondisiku?''Sungguh menjengkelkan!''Aku harus segera mencari cara untuk menyingkirkan Miana!'Pada saat ini, ada suara di ketukan di pintu.Janice menyembunyikan amarahnya, menoleh ke pintu dan berkata dengan suara lembut, "Masuklah!"Pintu dibuka dan Yosef berdiri di depan pintu membelakangi sumber cahaya lampu."Yosef, kenapa kamu datang?" tanya Janice yang agak terkejut.'Kenapa Yosef datang menemuiku malam-malam?'Yosef segera mendekat, lalu membungkuk dan memeluknya, "Janice, biarkan aku memelukmu sebentar saja!"Mendengar nada bicara Yosef tidak seperti biasanya, Janice pun bertanya, "Kamu kenapa? Apa yang terjadi?"Yosef selalu memanggilnya dengan sebutan "Kak Janice", tetapi sekarang cara memanggilnya tiba-tiba berubah dan Yosef juga tiba-tiba
Yosef mengernyit, rasa sedihnya kepada Janice makin bertambah. Dia membungkuk dan memeluk Janice lagi, lalu berkata, "Kalau kamu benar-benar nggak punya tempat tinggal, aku punya rumah di Kompleks Raffles, dekat dengan Firma Hukum Astera. Nanti kamu bisa jalan kaki ke tempat kerja, aku juga akan mencari dua pembantu untuk menjagamu. Janice, tenang saja, aku nggak akan membiarkanmu hidup menderita!"Yosef sangat emosional saat mengatakan itu.Dia benar-benar sangat peduli pada Janice.Jika bisa, dia akan memberikan semua yang dimilikinya kepada Janice.Yosef tidak bisa melihat wajah Janice yang sedang dia peluk, dan pada saat ini, sudut bibir Janice sedikit terangkat.Namun, Janice segera berhenti tersenyum, lalu dengan hati-hati berkata, "Hubunganku dengan Miana sangat buruk. Terakhir kali, dia menyewa provokator untuk mencemarkan reputasiku di sosmed. Kamu pasti juga sudah mendengar kejadian ini. Kalau aku tinggal di tempatmu dan dia tahu, dia pasti akan melecehkanku lagi di sosmed. A
Ada sedikit tangisan dalam suara Janice, membuat orang lain merasa kasihan padanya.Yosef menebak sendiri apa yang telah terjadi dan dengan yakin menyimpulkan bahwa semuanya karena Miana!Sepertinya, dia harus menemui Miana dan memperingatkannya.Jika tidak berhasil, dia akan mengambil tindakan langsung.Dia mencoba menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik sebelum mengambil tindakan keras."Janice, kalau kamu ada masalah, beri tahu aku, pasti akan kubantu! Aku nggak akan memaksamu kalau kamu nggak mau. Baiklah, kamu istirahatlah, aku pergi dulu," ujar Yosef, lalu berbalik dan pergi.Setelah mendengar pintu kamar tertutup, Janice baru membalikkan badannya. Dia kemudian membuka perban di pergelangan tangannya. Sebenarnya, lukanya tidak dalam dan darah di perban itu dia tambah sendiri.Dia tentu hanya berpura-pura mencoba bunuh diri.Meskipun terluka, lukanya tidak serius dan akan sembuh dengan cepat.Namun, setelah melakukan bunuh diri pun, dia tidak bisa membuat Henry menemaninya lagi
Tubuh Miana menegang, "Henry, aku nggak mau!""Aku nggak akan melakukannya, hanya membuatmu nyaman, bagaimana? Nggak suka?""Nggak nyaman, aku ingin tidur!" Suara Miana terdengar cemas, dia berpikir apa yang harus dia lakukan jika Henry memaksanya?"Aku sudah melayanimu seperti ini, kamu masih merasa nggak nyaman. Nyonya Jirgan, kamu sedang berbohong." Jemari Henry memilin daging di tubuh Miana dengan perlahan, lalu dia membisikan kata-kata vulgar di samping telinga Miana.Miana segera mendorong Henry, lalu menggulingkan tubuhnya ke di tempat tidur.Karena khawatir dengan perutnya, dia tidak berani berguling ke lantai.Sekarang, jaraknya dengan Henry sudah sedikit lebih jauh.Henry menyipitkan matanya, menatap Miana dengan emosi yang tidak dapat dijelaskan dengan jelas.'Dia memang menolak berhubungan intim denganku.''Apakah karena Giyan?''Apa yang mereka bicarakan saat dia menemui Giyan tadi?'Miana sedikit panik karena ditatap seperti itu oleh Henry, dia buru-buru bangkit dan henda
Sebenarnya, jika Henry sedikit saja lebih memperhatikannya, Henry akan menyadari bahwa bulan lalu dia tidak datang menstruasi."Apakah kamu menyalahkanku karena kurang memperhatikanmu?" Henry menutupi dahinya, tetapi darah terus mengalir. Suasana hatinya sedang buruk.Ingin melakukan hubungan intim dengan istri sahnya, tetapi dahinya malah terluka karena dihantam istrinya. Jika kejadian ini tersebar, dia pasti akan kehilangan muka.Miana melirik dahi Henry sejenak. Dia tidak ingin lagi berdebat dengannya, jadi segera berbalik dan berjalan ke ruang ganti.Tidak lama kemudian, dia keluar mengenakan pakaian kasual. Penampilannya terlihat muda dan imut.Dia berjalan ke arah Henry, mengambil jubah mandi dari tempat tidur dan membantu Henry memakaikannya. "Dahimu berdarah terlalu banyak, nggak perlu ganti baju, pakai ini saja."Henry mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Kamu ingin aku keluar tanpa pakaian dalam? Nyonya Jirgan, apa maksudmu?"Miana seketika tersipu malu. Dia segera m
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,