Henry berbicara dengan sangat lambat dan suara yang berat, bukan seperti terima kasih, melainkan seperti menyindir mereka berdua.Tangan Pram yang memegang gelas bergetar hebat dan keningnya berkeringat. Dia terbata-bata saat berkata, "Sebagai orang tua, sudah seharusnya kami memperlakukan Mia dengan baik. Pak Henry sudah terlalu sungkan!"Sekujur tubuh Evina gemetar, dia juga ketakutan sehingga bicara pun tidak lancar, "Mia, sering-seringlah pulang ke rumah, kami sangat merindukanmu!"Dia mengerti maksud di balik ucapan Henry dan itu membuat jantungnya berdetak kencang.'Bukankah Henry punya selingkuhan di luar? Kenapa masih peduli pada Miana?''Kelihatannya harus mulai bersikap baik pada Miana, kalau nggak, bisa-bisa Henry tidak nggak berinvestasi di perusahaan lagi!''Bagaimana kalau besok aku ajak Miana pergi belanja beberapa baju, untuk menyenangkannya sedikit.'Menyaksikan semua itu, Celine sangat marah hingga tangannya gemetar, bahkan muncul niat ingin membunuh Miana.Henry meng
Evina ingin membentak Miana, tetapi dia tidak bisa melakukannya karena ada banyak orang di tempat, hanya bisa menegurnya, "Mengurus suami adalah kewajiban seorang istri, kenapa kamu masih mengeluh!"Miana melihat ekspresi Evina yang menahan amarah sambil menegurnya, dan merasa sulit untuk mengungkapkan perasaannya yang kompleks.Padahal Henry baru saja menyindir mereka, tetapi Evina tidak menahan diri sama sekali.Terkadang, Miana sangat meragukan apakah dia benar-benar anak kandungnya atau bukan.Setelah mengandung selama sepuluh bulan, melewati pintu kematian saat melahirkan, anak adalah orang yang terpenting dalam hidup seorang ibu.Namun ibunya lebih menyayangi Celine dan selalu memenuhi semua keinginan Celine.Sebaliknya, ibunya sangat membencinya dan selalu kejam padanya.Miana selalu tidak mengerti di mana dia telah menyinggung ibunya.Henry hanya bersandar di kursi, mata hitamnya tertuju pada wajah Miana.Baru saja dia membantu Miana, tetapi Miana malah tidak tahu berterima kas
Pram tidak hanya memiliki satu selingkuhan.Jika tadi Evina tidak mengulurkan tangan untuk menyerangnya, Miana pasti tidak akan mengungkapkan hal ini.Dia benar-benar tidak ingin mencari masalah dengan Pram dan Evina."Miana, kamu serius?" Evina menatap Miana dengan penuh kemarahan, seolah-olah ingin mengulitinya hidup-hidup.Tahu bahwa ayahnya memiliki selingkuhan, tetapi tidak memberi tahu secara diam-diam, malah mengungkapkannya pada hari seperti ini! Evina langsung menyimpulkan Miana sengaja ingin membuatnya malu!'Gadis sialan ini sungguh licik.'"Kalau kamu nggak percaya, apa yang bisa kulakukan? Aku nggak bisa membangunkan orang yang pura-pura tidur, bukan?" Miana tersenyum, lalu mengambil botol anggur dan menuangkannya ke tiga gelas.Henry mengangkat alis.'Apa yang ingin dilakukannya!'Miana menyerahkan dua gelas anggur itu kepada Evina dan Pram.Kemudian, mengangkat gelasnya sendiri dan berkata, "Segelas anggur ini untuk menghormati kalian, terima kasih telah melahirkan dan m
Miana mendongak, melihat Evina dengan wajah garang berlari ke arahnya. Detik itu juga, dia secara naluriah melindungi perutnya.Pada saat yang sama, Henry menariknya ke belakang, ekspresinya sangat dingin, dan dia menendang Evina yang berlari ke mendekat. "Dari mana kamu mendapatkan keberanian untuk menyerangnya!"Dia bersikap hormat pada Evina hanya karena Miana.Evina tidak berterima kasih kepada Miana, tetapi malah ingin menyakitinya. Menurut Henry, orang seperti ini tidak pantas dia hormati.Evina ditendang hingga jatuh ke lantai dan dia berteriak kesakitan.Pram segera maju untuk membantunya bangkit.Celine menatap Miana dengan marah.'Pasti wanita jalang ini yang sengaja menghasut Henry.'Miana berdiri di belakang Henry, hatinya penuh dengan kesedihan.Dia telah memutuskan hubungan dengan mereka, jadi mulai sekarang, mereka tidak akan bisa menyakitinya lagi!Hal ini juga merupakan pembebasan baginya.Henry berbalik, menarik tangan Miana dan berkata, "Ayo, kita pulang!"Tanggal pe
Giyan berdiri dan berjalan menuju Miana, ekspresinya sedikit tegang.Dia tadi melihat dengan sangat jelas bahwa Evina menggigit Miana.Pada saat itu, rasa kebencian terpampang jelas di wajahnya.Hanya karena ketika Miana berusia enam tahun tidak sengaja meninggalkan adiknya, mereka membenci Miana sampai ke tulang-tulang.Sejak kecil hingga dewasa, mereka tidak pernah memperlakukan Miana dengan baik.Bahkan, setelah Celine ditemukan kembali, mereka tetap membenci Miana.Giyan tidak pernah bisa mengerti mengapa mereka bersikap seperti itu.Setelah tiba di hadapan Miana, dia berkata dengan nada serius, "Kamu terluka, aku akan mengantarmu ke rumah sakit sekarang!"Dia yakin luka itu tidak sesederhana seperti yang Miana katakan.Miana pasti terluka sangat parah.Henry menoleh, menatap Giyan dan berkata, "Kamu urus keluargamu sendiri, nggak perlu mengurus istriku!"Suara Henry begitu dingin dan menusuk.Rasa sakit di kaki terasa sangat hebat.Miana diam-diam menarik napas panjang, berusaha m
Miana menatap Pram sejenak, lalu tersenyum dan bertanya pada Henry, "Kalau aku memohon padamu, bisakah kamu mengurangi sedikit bunganya?"Selama beberapa tahun ini, orang tuanya telah mengambil puluhan miliar dari Henry, tetapi tidak ada yang peduli dengan neneknya di rumah sakit, mereka bahkan tidak membayar sepeser pun biaya pengobatannya.Orang tua yang begitu tidak berperasaan, bagaimana mungkin Miana bersedia membantu mereka!Apakah ayahnya menganggapnya bodoh!Henry mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Kamu sudah memohon, tentu saja bunganya harus dikurangi sedikit!"Melihat mereka bekerja sama, Pram hampir pingsan karena sangat marah.'Miana, gadis sialan ini! Ya sudah kalau nggak mau membantuku, tapi kenapa dia malah membantu Henry dan menambah penderitaanku!'Amarah Pram sudah sampai ke ubun-ubunnya!"Ayah, dengar itu? Bunganya sudah dikurangi sedikit, aku sudah sangat baik padamu, bukan?" Ekspresi Miana seketika berubah dari tersenyum menjadi serius. "Kita sudah memu
Miana mencari alasan agar tidak pergi ke rumah sakit karena tidak berani membiarkan Henry tahu tentang kehamilannya."Dasar manja!" seru Henry dengan nada dingin.Akan tetapi, Henry tetap mengeluarkan ponselnya untuk memanggil dokter keluarga.Setelah menelepon, dia langsung mengangkat ujung celana Miana.Segera, terlihat sepotong kulit serta sedikit daging hampir lepas dari kakinya. Meskipun darah di sekitarnya sudah mengering, lukanya tetap terlihat sangat mengerikan.Api amarah seketika tersulut di dalam hati Henry.Henry mengeluarkan ponsel untuk menelepon Wiley."Kirim orang untuk memberi pelajaran pada orang tua Miana!"Dia menutup telepon setelah mengatakan hal itu dengan penuh emosi.Dua orang itu tidak layak menjadi orang tua!Mereka bagaikan iblis!Bisa-bisanya ada seorang ibu sekejam ini, menggigit putri kandung sendiri hingga kulit dan dagingnya terkelupas!Miana terkejut mendengar apa yang dikatakan Henry.Sebenarnya, dia sudah berencana memberi perhitungan dengan ibunya s
"Kamu nggak boleh membatalkan pernikahan ini! Kamu nggak boleh menarik kembali kata-katamu!" Evina sangat emosional, nadanya mendesak.Di antara empat keluarga besar di Kota Jirya, keluarga Ferno berada di posisi kedua setelah keluarga Jirgan. Jika Celine menikah dengan Giyan, tentu saja ini akan sangat menguntungkan keluarga Senora. Sebaliknya, jika pernikahan tersebut dibatalkan, dari mana Celine akan mendapatkan keuntungan tersebut!Pram mengangguk tanpa henti, ikut berseru, "Ya, kamu nggak boleh membatalkan pernikahan ini! Nggak boleh menarik kembali kata-katamu! Kalau kabar ini menyebar, putriku akan kehilangan muka! Ke mana pun dia pergi, orang akan mengejeknya!"Dia bertanya-tanya, mengapa Giyan tiba-tiba berubah pikiran, padahal tadi semuanya baik-baik saja, bahkan tanggal pernikahan sudah ditetapkan!"Aku nggak keberatan kalian yang mengumumkan pembatalan pernikahan ini, dan aku bersedia menanggung semua akibatnya. Selain itu, aku juga bersedia membantu melunasi utang kalian k
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,