Meskipun sedang mengenakan rok, Celine tidak peduli apakah bagian dalamnya akan terlihat atau tidak.Asisten memalingkan wajahnya, dengan hormat berkata, "Nona Celine, maaf kalau begitu!"Setelah mengatakan itu, dia langsung mengangkat Celine dari sofa.Celine terkejut sejenak, lalu menampar asisten itu dengan keras dan membentaknya, "Berani sekali kamu! Cepat turunkan aku!"Tamparan itu membuat telinga asisten mendengung, tetapi dia menggertakkan giginya dan tetap mengendong Celine keluar."Giyan, aku adalah wanitamu, bagaimana bisa kamu membiarkan pria lain menyentuhku!" seru Celine yang marah besar. "Kamu ini laki-laki atau bukan sih!" tambahnya.Giyan memijat pelipisnya, membuka laptop untuk membaca dokumen.Walaupun dia akan segera menikah dengan Celine, dia tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan Celine, jadi dia tidak peduli ada pria lain yang mengendong Celine.Melihat ketidakpedulian Giyan, amarah Celine seketika memuncak. "Giyan, kamu nggak takut aku akan menyerang Miana!
Perkataan Giyan seketika membuat kebencian di hati Celine melonjak. Dia bertanya dengan ekspresi yang tampak mengerikan, "Giyan, sebegitunya kamu mencintainya?"'Miana! Pasti hanya karena wanita jalang ini memiliki wajah yang cantik, kalau nggak, bagaimana mungkin Giyan bisa begitu setia mencintainya!'Hati Celine penuh kebencian!Kebencian terhadap Miana dan juga Giyan!"Celine, ingat kata-katamu!" Giyan tidak menjawab pertanyaannya.Apakah dia mencintai Miana atau tidak sudah tidak penting lagi.Yang penting adalah apa yang bisa dia lakukan untuk Miana."Aku janji nggak akan menyerang Miana! Kalau begitu, malam ini nggak perlu berdiskusi lagi, langsung putuskan kita menikah minggu depan!" Air mata Celine mengalir, matanya memerah.Dia tetap memilih untuk menikah sekalipun Giyan menikahinya demi melindungi Miana!Menurutnya, lebih baik saling menyiksa seumur hidup daripada tidak pernah memiliki Giyan."Oke!" Giyan melepaskan tangannya. "Celine, ingat janjimu itu!"Setelah mengatakan i
Giyan ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengangkat kepalanya.Celine langsung membungkuk sedikit, mendekatkan bibirnya untuk mencium kening Giyan, lalu dengan cepat mundur."Baiklah, aku pergi! Sampai nanti malam! Ingat janjimu!"Di melihat Giyan mengelap wajah dengan tisu basah, hatinya sangat sakit, tetapi dia tidak menunjukkannya.Bagaimanapun, sebentar lagi Giyan akan menjadi suaminya.Setelah menikah, dia akan punya banyak kesempatan untuk bisa lebih intim dengan Giyan.Selesai mengelap wajahnya, Giyan membuang tisu basah itu ke tempat sampah dan melanjutkan pekerjaannya.Kejadian kecil seperti ini tidak akan memberikan pengaruh apa pun baginya.Melihat Giyan begitu tenang, Celine menjadi sangat amarah.Dia menatap tajam Giyan cukup lama sebelum berbalik dan pergi.Begitu Celine pergi, Giyan langsung menelepon asistennya.Si asisten segera datang, tetapi dia terlihat agak gugup."Pak Giyan ... aku ....""Kenapa kamu membocorkan kabar aku sedang dirawat setelah minum bersama Henry
"Kak Miana, kenapa Pak Henry datang lagi? Apakah dia nggak punya kerjaan yang harus dia tangani?" tanya Amanda dengan berbisik.Miana tersenyum dan berkata, "Kamu keluar dulu."Henry datang mencarinya mungkin karena dia telah mengabaikannya saat di rumah sakit.Namun, dia tidak bisa menebak apakah Henry datang untuk membela Janice atau alasan lain."Tapi, Pak Henry terlihat sangat marah, dia nggak akan melakukan KDRT, 'kan?" tanya Amanda dengan khawatir, dia melihat Henry berjalan mendekat dengan ekspresi begitu masam.Banyak yang bilang bahwa kebanyakan pria kaya memiliki sedikit gangguan mental, senang melakukan kekerasan dalam rumah tangga, menyiksa wanita dengan berbagai cara ....Siapa yang tahu apakah bos besar ini memiliki hati yang kejam di balik penampilannya yang tampan, bukan?Miana merasa lucu mendengar itu, lalu berkata, "Cepatlah keluar, kalau nggak, Pak Henry mungkin akan langsung memecatmu!"Dalam sekejap, Amanda tidak berani lagi berbicara.Jika Henry mendengar ucapann
Henry terangsang melihat pemandangan itu dan memasukkan tangannya ke dalam rok Miana.Miana menekan kepanikannya dan segera berkata, "Henry, di sini adalah firma hukum, ruang kantorku. Seseorang bisa masuk ke sini kapan pun! Kalau kamu ingin mengumumkan hubungan kita, aku nggak keberatan! Aku hanya khawatir Janice akan menjadi bahan tertawaan orang-orang di firma hukum!"Dia berpikir bahwa Henry sangat mencintai Janice, pasti tidak ingin Janice diejek orang-orang.Tangan Henry yang sedang berbuat onar terhenti. Henry menunduk, menggigit telinga Miana dan berkata dengan suara serak, "Miana, kamu sedang takut?"Henry berpikir, jika Miana benar-benar tidak keberatan orang lain mengetahui hubungan mereka, sekarang Miana seharusnya berusaha keras untuk menggodanya.Bukan malah berusaha menghentikannya.Sejak mengatakan ingin bercerai, perilaku Miana berubah drastis.Dulu, dia bisa merasakan cinta Miana padanya, tetapi sekarang dia tidak merasakan apa-apa lagi.Hal ini menunjukkan bahwa Mian
Area dada Henry terkena muntahan Miana, bau asam langsung menyengat hidungnya."Miana ...."Henry memanggilnya dengan gigi terkatup.'Apakah ciumanku begitu menjijikkan baginya?''Begitu menjijikkan sampai muntah!'Miana tersadar, segera mengambil tisu untuk membersihkan baju Henry dan berkata, "Maaf, aku nggak sengaja!"Saat dia baru saja selesai membersihkan baju Henry, perutnya kembali merasa tidak nyaman. Dia tidak menghiraukan Henry lagi dan buru-buru berlari keluar kantor menuju toilet.Untungnya, dia tidak makan banyak saat makan siang dengan Yunita, jadi setelah muntah sebentar, perutnya kosong.Miana berdiri di depan wastafel, baru saja membuka keran, terdengar suara mengejek dari belakang, "Kupikir kamu benar-benar begitu suci! Ternyata diam-diam kamu dihamili oleh pria lain! Dasar sok suci!"Miana berkumur, lalu mencuci wajahnya. Setelah itu, dia perlahan berbalik, menatap Angela dan berkata, "Kamu begitu peduli dengan kehidupan pribadiku, jangan-jangan kamu menyukaiku?""Mi
Henry mengangkat kelopak matanya dan menatap Miana. Mata mereka bertemu.Miana secara naluriah mengepalkan tangannya, merasa gugup."Miana, kenapa kamu sering muntah? Apakah kamu hamil?" Janice sering muntah saat hamil dan tidak ada nafsu makan.Miana hanya merasa kelopak matanya berkedut hebat, berusaha menekan kegelisahan di hatinya, berpura-pura tenang dan berkata, "Tadi kamu menggigit lidahku sampai berdarah, mulutku penuh dengan bau darah yang sangat nggak enak, aku nggak tahan dengan bau itu, jadi, ya muntah! Kenapa kamu selalu bertanya apakah aku hamil, apakah kamu ingin aku melahirkan anak untukmu?"Dia tidak tahu apakah jawabannya itu bisa menipu Henry.Jika tidak berhasil, Henry pasti akan membawanya ke rumah sakit.Hanya dengan tes darah, semuanya akan menjadi jelas.Begitu tahu dia hamil, Henry pasti akan memaksanya melakukan aborsi.Memikirkan hal itu, Miana makin gelisah. Dia masih menatap Henry, tetapi otaknya terus berputar dengan cepat untuk mencari cara lain.Henry me
Mendengar suara itu, Angela langsung berbalik. Ketika melihat Henry, dia merasa jantungnya berdebar sangat kencang seperti akan segera terlepas dari tubuhnya.'Sangat tampan!''Suaranya sangat bagus!''Tubuhnya juga sangat bagus!''Apakah dia Pak Henry?'Miana berjalan cepat ke depan Henry dan berkata, "Bukankah kamu harus kembali ke perusahaan? Cepat pergi!"Sekarang pintu terbuka, jika Angela berteriak, seluruh firma hukum pasti akan datang untuk melihat.Dia tidak berniat mengumumkan hubungannya dengan Henry.Bagaimanapun, dia akan segera bercerai dengan Henry, tidak perlu menambah bahan gosip untuk orang lain.Henry melihat wajahnya yang tegang, merasa sangat tidak senang.'Kenapa dia begitu takut orang lain tahu dia ada hubungan denganku?'"Miana, kamu ...." Sebelum Henry dapat menyelesaikan ucapannya, Miana sudah mendorong Henry keluar dan mendorong Angela masuk, lalu menutup pintu dengan keras.Hidung Henry hampir mengenai pintu dan Henry refleks menyentuh hidungnya, lalu sorot
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,