Area dada Henry terkena muntahan Miana, bau asam langsung menyengat hidungnya."Miana ...."Henry memanggilnya dengan gigi terkatup.'Apakah ciumanku begitu menjijikkan baginya?''Begitu menjijikkan sampai muntah!'Miana tersadar, segera mengambil tisu untuk membersihkan baju Henry dan berkata, "Maaf, aku nggak sengaja!"Saat dia baru saja selesai membersihkan baju Henry, perutnya kembali merasa tidak nyaman. Dia tidak menghiraukan Henry lagi dan buru-buru berlari keluar kantor menuju toilet.Untungnya, dia tidak makan banyak saat makan siang dengan Yunita, jadi setelah muntah sebentar, perutnya kosong.Miana berdiri di depan wastafel, baru saja membuka keran, terdengar suara mengejek dari belakang, "Kupikir kamu benar-benar begitu suci! Ternyata diam-diam kamu dihamili oleh pria lain! Dasar sok suci!"Miana berkumur, lalu mencuci wajahnya. Setelah itu, dia perlahan berbalik, menatap Angela dan berkata, "Kamu begitu peduli dengan kehidupan pribadiku, jangan-jangan kamu menyukaiku?""Mi
Henry mengangkat kelopak matanya dan menatap Miana. Mata mereka bertemu.Miana secara naluriah mengepalkan tangannya, merasa gugup."Miana, kenapa kamu sering muntah? Apakah kamu hamil?" Janice sering muntah saat hamil dan tidak ada nafsu makan.Miana hanya merasa kelopak matanya berkedut hebat, berusaha menekan kegelisahan di hatinya, berpura-pura tenang dan berkata, "Tadi kamu menggigit lidahku sampai berdarah, mulutku penuh dengan bau darah yang sangat nggak enak, aku nggak tahan dengan bau itu, jadi, ya muntah! Kenapa kamu selalu bertanya apakah aku hamil, apakah kamu ingin aku melahirkan anak untukmu?"Dia tidak tahu apakah jawabannya itu bisa menipu Henry.Jika tidak berhasil, Henry pasti akan membawanya ke rumah sakit.Hanya dengan tes darah, semuanya akan menjadi jelas.Begitu tahu dia hamil, Henry pasti akan memaksanya melakukan aborsi.Memikirkan hal itu, Miana makin gelisah. Dia masih menatap Henry, tetapi otaknya terus berputar dengan cepat untuk mencari cara lain.Henry me
Mendengar suara itu, Angela langsung berbalik. Ketika melihat Henry, dia merasa jantungnya berdebar sangat kencang seperti akan segera terlepas dari tubuhnya.'Sangat tampan!''Suaranya sangat bagus!''Tubuhnya juga sangat bagus!''Apakah dia Pak Henry?'Miana berjalan cepat ke depan Henry dan berkata, "Bukankah kamu harus kembali ke perusahaan? Cepat pergi!"Sekarang pintu terbuka, jika Angela berteriak, seluruh firma hukum pasti akan datang untuk melihat.Dia tidak berniat mengumumkan hubungannya dengan Henry.Bagaimanapun, dia akan segera bercerai dengan Henry, tidak perlu menambah bahan gosip untuk orang lain.Henry melihat wajahnya yang tegang, merasa sangat tidak senang.'Kenapa dia begitu takut orang lain tahu dia ada hubungan denganku?'"Miana, kamu ...." Sebelum Henry dapat menyelesaikan ucapannya, Miana sudah mendorong Henry keluar dan mendorong Angela masuk, lalu menutup pintu dengan keras.Hidung Henry hampir mengenai pintu dan Henry refleks menyentuh hidungnya, lalu sorot
Angela merasa Henry sangat menakutkan.Begitu Angela pergi, Miana dan Henry berhadapan."Apa yang kalian bicarakan barusan? Miana, kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" Henry merasa Miana sangat aneh, tetapi dia tidak tahu apanya yang aneh.Hati Miana menegang, tetapi dia dengan cepat menenangkan dirinya, tersenyum dan berkata, "Kamu bisa menyelidiki semua tentangku, apa yang bisa kusembunyikan darimu?"Dia tahu bahwa Henry memiliki sifat selalu mencurigai orang lain .Cepat atau lambat rahasianya akan terbongkar.Oleh sebab itu, dia harus pergi dari Henry sebelum rahasianya terbongkar untuk melindungi anak di dalam perutnya.Senyum Miana tampak palsu, membuat Henry makin curiga.'Apa yang sebenarnya disembunyikan wanita ini dariku?'Ketika Henry akan meraih Miana, terdengar suara manja dari belakangnya, "Henry, kamu tahu aku ada di rumah sakit, tapi malah datang ke sini mencariku!"Miana seketika merasa lega.Dengan adanya Janice di sini, Henry tidak akan punya waktu untuk mengu
Setelah berpikir pun Janice tetap tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Pada akhirnya, dia hanya bisa menggertakkan giginya, lalu berkata dengan suara kecil, "Henry, aku merasa mual, bisakah kamu menuntunku sebentar?"Mendengar Janice mengatakan bahwa dia merasa mual, Henry mau tak mau mengingat kembali kejadian Miana muntah padanya tadi.Janice sering mual sedang hamil.Miana juga sering muntah tanpa alasan.Apakah mungkin Miana benar-benar hamil?Melihat Henry tiba-tiba diam, Janice merasa sangat gelisah.Sebelumnya, Henry tidak pernah bersikap seperti ini padanya.Apa yang terjadi hari ini?Ketika pikirannya berkelana, dia mendengar suara Henry bertanya dengan pelan, "Masih ingin muntah?"Janice segera mengangguk dan mengeluarkan suara "hmm".Henry tidak berbicara lagi dan langsung menuntut Janice pergi ke toilet.Janice terkejut dan bingung.'Kenapa dia mengatarku ke toilet?'"Bukankah kamu ingin muntah? Kenapa masih nggak masuk?"Janice tersadar, segera berbalik dan mas
Ketika Miana dipanggil keluar oleh Angela, dia kebetulan melihat Henry berjalan pergi dengan tergesa-gesa sambil mengendong Janice.Miana tersenyum sinis.Seorang istri yang sah melihat suami sendiri mengendong wanita lain dengan mesra.Kedua orang itu benar-benar tidak menghiraukan dirinya.Miana segera mengeluarkan ponselnya dan memotret dua orang itu. Setelah mengambil dua foto, dia berbalik dan melihat Angela tersenyum lebar, terlihat begitu senang di atas penderitaan orang lain.Miana merasa Angela sangat bodoh.Sudah diperalat oleh orang lain, tetapi masih bisa tersenyum begitu senang."Bu Miana, sudah lihat betapa mesranya Pak Henry dan Nona Janice? Kamu pasti merasa nggak senang, 'kan?" Angela tertawa sampai matnya menyipit.'Miana pasti sudah menyerah, bukan?'"Mengataimu bodoh masih termasuk pujian!" Setelah melontarkan kalimat ini, Miana langsung berjalan melewati Angela dan pergi.Mendengar itu, Angela marah hingga wajahnya memerah. "Miana! Apa hakmu memaki aku!" serunya.D
Miana menenangkan pikirannya. Dengan wajah pucat, dia berkata, "Aku ada urusan, keluar sebentar."Setelah itu, dia mengambil tasnya dan pergi dengan tergesa-gesa.Amanda menatap punggung Miana dengan ekspresi sangat bingung.'Apa yang terjadi? Kenapa Kak Miana terlihat begitu ketakutan?'Begitu keluar dari gedung firma hukum, air mata Miana langsung mengalir ke pipinya.Miana yang terlihat begitu sedih, sopir taksi yang melihatnya pun berpikir dia sedang mengalami sesuatu yang buruk dan mencoba menghiburnya, "Menangis nggak akan menyelesaikan masalah, berusahalah untuk kuat."Miana memalingkan wajahnya, melihat keluar jendela.Deretan bunga verbena yang sedang mekar begitu mencolok.Karena Janice menyukainya, Henry menanami semua jalan di Kota Jirya dengan bunga verbena.Dia sungguh baik terhadap Janice!Sopir taksi terus berceloteh, "Kalau kamu menghadapi kesulitan hidup, bertahanlah. Kalau suamimu berselingkuh, ikat dia saat dia tidur dan pukul dia untuk melampiaskan kemarahan. Kalau
Dulu, Miana dikirim ke desa dan tinggal di sana selama dua tahun. Pada saat itu, neneknya akan memanggilnya "Mia" dengan penuh kasih sayang.Telur dari ayam dan bebek di rumah neneknya selalu diberikan padanya.Meskipun tinggal di pedesaan, neneknya selalu memakai gaun batik di cuaca apa pun, membuatnya terlihat sangat anggun dan cantik. Miana selalu merasa neneknya tidak seperti orang perdesaan."Mia, mendekatlah, biar Nenek melihatmu!" Reni tidur cukup lama tadi dan baru saja bangun, tubuhnya sekarang sangat lemah, jadi dia tidak begitu ada semangat. Meskipun hanya beberapa kata, Reni mengucapkannya dengan susah payah, lalu terengah-engah.Miana segera berjalan mendekat dan duduk. Dengan lembut, dia mengusap dada neneknya, membantu neneknya untuk menenangkan diri.Neneknya terlihat sangat kurus, seperti hanya ada tulang dibalut kulit. Meskipun begitu, masih bisa terlihat bentuk parasnya yang cantik. Saat masih muda, neneknya pasti sangat cantik."Mia-ku sangat cantik." Reni mengelus
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,