Ketika Miana dipanggil keluar oleh Angela, dia kebetulan melihat Henry berjalan pergi dengan tergesa-gesa sambil mengendong Janice.Miana tersenyum sinis.Seorang istri yang sah melihat suami sendiri mengendong wanita lain dengan mesra.Kedua orang itu benar-benar tidak menghiraukan dirinya.Miana segera mengeluarkan ponselnya dan memotret dua orang itu. Setelah mengambil dua foto, dia berbalik dan melihat Angela tersenyum lebar, terlihat begitu senang di atas penderitaan orang lain.Miana merasa Angela sangat bodoh.Sudah diperalat oleh orang lain, tetapi masih bisa tersenyum begitu senang."Bu Miana, sudah lihat betapa mesranya Pak Henry dan Nona Janice? Kamu pasti merasa nggak senang, 'kan?" Angela tertawa sampai matnya menyipit.'Miana pasti sudah menyerah, bukan?'"Mengataimu bodoh masih termasuk pujian!" Setelah melontarkan kalimat ini, Miana langsung berjalan melewati Angela dan pergi.Mendengar itu, Angela marah hingga wajahnya memerah. "Miana! Apa hakmu memaki aku!" serunya.D
Miana menenangkan pikirannya. Dengan wajah pucat, dia berkata, "Aku ada urusan, keluar sebentar."Setelah itu, dia mengambil tasnya dan pergi dengan tergesa-gesa.Amanda menatap punggung Miana dengan ekspresi sangat bingung.'Apa yang terjadi? Kenapa Kak Miana terlihat begitu ketakutan?'Begitu keluar dari gedung firma hukum, air mata Miana langsung mengalir ke pipinya.Miana yang terlihat begitu sedih, sopir taksi yang melihatnya pun berpikir dia sedang mengalami sesuatu yang buruk dan mencoba menghiburnya, "Menangis nggak akan menyelesaikan masalah, berusahalah untuk kuat."Miana memalingkan wajahnya, melihat keluar jendela.Deretan bunga verbena yang sedang mekar begitu mencolok.Karena Janice menyukainya, Henry menanami semua jalan di Kota Jirya dengan bunga verbena.Dia sungguh baik terhadap Janice!Sopir taksi terus berceloteh, "Kalau kamu menghadapi kesulitan hidup, bertahanlah. Kalau suamimu berselingkuh, ikat dia saat dia tidur dan pukul dia untuk melampiaskan kemarahan. Kalau
Dulu, Miana dikirim ke desa dan tinggal di sana selama dua tahun. Pada saat itu, neneknya akan memanggilnya "Mia" dengan penuh kasih sayang.Telur dari ayam dan bebek di rumah neneknya selalu diberikan padanya.Meskipun tinggal di pedesaan, neneknya selalu memakai gaun batik di cuaca apa pun, membuatnya terlihat sangat anggun dan cantik. Miana selalu merasa neneknya tidak seperti orang perdesaan."Mia, mendekatlah, biar Nenek melihatmu!" Reni tidur cukup lama tadi dan baru saja bangun, tubuhnya sekarang sangat lemah, jadi dia tidak begitu ada semangat. Meskipun hanya beberapa kata, Reni mengucapkannya dengan susah payah, lalu terengah-engah.Miana segera berjalan mendekat dan duduk. Dengan lembut, dia mengusap dada neneknya, membantu neneknya untuk menenangkan diri.Neneknya terlihat sangat kurus, seperti hanya ada tulang dibalut kulit. Meskipun begitu, masih bisa terlihat bentuk parasnya yang cantik. Saat masih muda, neneknya pasti sangat cantik."Mia-ku sangat cantik." Reni mengelus
Miana tertegun karena pertanyaan Reni.Dia tidak menyangka neneknya akan tiba-tiba bertanya seperti itu.'Nenek belum pernah bertemu Henry, bagaimana bisa tahu?'Di mata Reni, reaksi Miana adalah pengakuan.Reni merasa sangat sedih hingga matanya berkaca-kaca.Dia merasa bahwa dirinya yang telah membuat hidup Miana menjadi sulit.Dia berpikir bahwa Miana pasti menikah dengan Henry karena uang.Bagaimanapun, biaya rawat inap di rumah sakit per hari tidaklah murah.Sekalipun Miana ada pekerjaan, penghasilannya itu tidak akan cukup membiayai pengobatannya."Mia, kalau dia nggak mencintaimu dan kamu nggak bahagia, tinggalkan saja dia! Hidup ini nggak harus menikah dan punya anak. Hidup sendiri juga bisa hidup bahagia.""Nek, aku baik-baik saja, jangan khawatir. Bagaimana kalau Nenek membantu memberi nama anakku?" Miana tidak ingin membahas pernikahannya dengan Henry, juga tidak ingin memberi tahu nenek bahwa dia sudah berencana untuk bercerai.Dia takut nenek akan sedih mendengarnya.Meski
Miana menatap Henry dalam diam, tidak bisa menebak apa yang dipikirkan Henry. Pada akhirnya, dia nekat dan langsung menarik tangan Henry sambil berjalan menuju sisi ranjang.Henry menundukkan kepalanya, melihat tangannya yang digandeng oleh Miana. Tanpa dia sadari, sudut bibirnya terangkat sedikit, membentuk lengkungan yang menawan.Setelah berdiri di sisi ranjang, Miana membungkuk dan berkata dengan suara lembut kepada Reni, "Nek, ini Henry." Kemudian, dia menarik-narik tangan Henry.Henry ikut membungkuk, tersenyum dan menyapa Reni, "Halo, Nek. Maaf baru sekarang aku bisa meluangkan waktu untuk menemui Nenek."Reni melihat wajah Henry, lalu melihat wajah Miana dan berkata, "Kalian berdua sangat tampan dan cantik. Kalau nanti kalian punya anak, wajahnya pasti juga akan menawan seperti kalian!"Reni mengatakan itu dengan sangat pelan, membuat jantung Miana berdebar kendang.Bukankah dia sudah mengingatkan Nenek untuk merahasiakan kehamilannya?Mengapa Nenek masih membicarakannya?"Sebe
Para tenaga medis segera masuk ke kamar inap."Kami perlu melakukan tindakan darurat pada pasien. Mohon anggota keluarga keluar!"Miana ingin tetap tinggal.Namun, Henry menariknya keluar.Miana berdiri dengan sangat cemas di luar kamar inap.Dia sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap neneknya.Henry mengeluarkan ponselnya dan menelepon Wiley.Setelah selesai menelepon, dia berkata kepada Miana, "Aku sudah meminta tim medis datang untuk mengobati nenekmu. Aku juga sudah menyuruh Wiley mencari ahli lain untuk konsultasi. Penyakit nenekmu akan membaik."Dengan mata merah berkaca-kaca, Miana menatap Henry dan berkata, "Terima kasih!"Henry mengeluarkan saputangan dan menyerahkannya pada Miana. "Lap air matamu! Miana, kamu adalah istriku, sudah kewajibanku untuk membantu! Kalau kamu bukan istriku, aku nggak akan peduli apakah nenekmu hidup atau mati!"Kata-katanya sangat realistis.Bagaimanapun, ada banyak orang seperti nenek Miana yang membutuhkan pengobatan di Kota Jirya. Henry tidak a
Oleh karena itu, Miana untuk sementara tidak akan memberi tahu Henry tentang kehamilannya."Aku perlu waktu, tunggu sampai setelah aku menyelesaikan urusan Janice, aku nggak akan menemui dia lagi, bagaimana?" Henry tidak merasa ada yang salah bertemu Janice, tetapi karena Miana mengajukan permintaan ini, dia harus setuju jika dia ingin punya anak.Namun, salon kecantikan untuk Janice belum selesai, rumah yang dibelikan untuk Janice juga masih perlu direnovasi ....Setelah semuanya selesai, dia tidak akan berutang apa pun pada Janice. Setelah itu, sama sekali tidak masalah untuk tidak menemui Janice lagi.Miana menganggap kata-kata Henry itu hanya untuk membodohinya.Selama Janice hidup, akan asa selalu ada berbagai masalah, Henry tidak mungkin mengabaikannya.Sementara Miana, dia sekarang tidak boleh bertengkar dengan Henry, bahkan tidak bisa meninggalkan Henry demi neneknya.Dia tidak membantah Henry, hanya berkata dengan pelan, "Kalau begitu, tunggu sampai kamu menyelesaikan urusanny
Dering ponsel membuyarkan lamunan Henry.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengernyit ketika melihat panggilan dari Janice."Ada apa?""Henry, tadi ada yang masuk ke kamar dan memukulku! Aku sangat ketakutan!" Suara tangisan Janice terdengar terputus-putus.Henry mengernyit dan bertanya, "Apa yang terjadi?""Aku juga nggak tahu, mereka tiba-tiba masuk dan langsung memukulku! Setelah memukul, mereka lari!"Henry menyipitkan mata dan berkata, "Aku akan menelepon Wiley untuk menyelidikinya!""Bisakah kamu datang menemaniku? Aku sangat takut!" Suara Janice sedikit bergetar, terdengar benar-benar ketakutan."Aku ada urusan, aku akan mengirim Wiley ke sana!" Setelah mengatakan ini, Henry langsung menutup telepon.Di sisi lain, Janice berbaring di ranjang rumah sakit dengan ekspresi penuh amarah.'Miana berengsek itu apa yang sudah dia lakukan pada Henry! Kenapa Henry nggak peduli padaku lagi!''Nggak boleh dibiarkan! Aku harus memberi Miana pelajaran!'Setelah menelepon Wiley, Henry pergi menca
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,