Oleh karena itu, Miana untuk sementara tidak akan memberi tahu Henry tentang kehamilannya."Aku perlu waktu, tunggu sampai setelah aku menyelesaikan urusan Janice, aku nggak akan menemui dia lagi, bagaimana?" Henry tidak merasa ada yang salah bertemu Janice, tetapi karena Miana mengajukan permintaan ini, dia harus setuju jika dia ingin punya anak.Namun, salon kecantikan untuk Janice belum selesai, rumah yang dibelikan untuk Janice juga masih perlu direnovasi ....Setelah semuanya selesai, dia tidak akan berutang apa pun pada Janice. Setelah itu, sama sekali tidak masalah untuk tidak menemui Janice lagi.Miana menganggap kata-kata Henry itu hanya untuk membodohinya.Selama Janice hidup, akan asa selalu ada berbagai masalah, Henry tidak mungkin mengabaikannya.Sementara Miana, dia sekarang tidak boleh bertengkar dengan Henry, bahkan tidak bisa meninggalkan Henry demi neneknya.Dia tidak membantah Henry, hanya berkata dengan pelan, "Kalau begitu, tunggu sampai kamu menyelesaikan urusanny
Dering ponsel membuyarkan lamunan Henry.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengernyit ketika melihat panggilan dari Janice."Ada apa?""Henry, tadi ada yang masuk ke kamar dan memukulku! Aku sangat ketakutan!" Suara tangisan Janice terdengar terputus-putus.Henry mengernyit dan bertanya, "Apa yang terjadi?""Aku juga nggak tahu, mereka tiba-tiba masuk dan langsung memukulku! Setelah memukul, mereka lari!"Henry menyipitkan mata dan berkata, "Aku akan menelepon Wiley untuk menyelidikinya!""Bisakah kamu datang menemaniku? Aku sangat takut!" Suara Janice sedikit bergetar, terdengar benar-benar ketakutan."Aku ada urusan, aku akan mengirim Wiley ke sana!" Setelah mengatakan ini, Henry langsung menutup telepon.Di sisi lain, Janice berbaring di ranjang rumah sakit dengan ekspresi penuh amarah.'Miana berengsek itu apa yang sudah dia lakukan pada Henry! Kenapa Henry nggak peduli padaku lagi!''Nggak boleh dibiarkan! Aku harus memberi Miana pelajaran!'Setelah menelepon Wiley, Henry pergi menca
Miana ragu sejenak, lalu bertanya, "Menyuruhku cuti itu ide Janice atau ibumu?"Kata-kata Janice masih terngiang jelas di benaknya."Itu ideku!" Henry mencubit pipinya sambil melanjutkan ucapannya, "Agar kamu bisa fokus pada persiapan kehamilan di rumah!"Pupil mata Miana menyusut saat dia mendengar itu. "Kamu benar-benar ingin punya anak?" tanya Miana.Dia merasa Henry seperti sedang mengujinya.Hal ini membuatnya gelisah karena merasa bersalah telah menyembunyikan kehamilannya."Bukankah kita sudah sepakat? Kita akan punya anak." Henry hanya berpikir, setelah Miana punya anak, hubungan mereka akan lebih kuat.Dia tidak ingin bercerai.Dia juga tidak ingin mencari wanita lain.Meskipun tidak mencintai Miana, dia ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan Miana."Aku juga sudah bilang, syarat untuk punya anak adalah kamu harus benar-benar putus hubungan dengan Janice! Sekarang kalian belum putus, aku nggak akan punya anak! Selain itu, aku sudah memutuskan untuk mulai bekerja di studio She
Miana membalas tatapan tajam Henry, hatinya terasa sakit.Setelah beberapa saat, dia akhirnya berbicara dengan pelan, "Janice mendapatkan anaknya dengan susah payah, kamu harus menjaganya baik-baik! Aku nggak ingin punya anak, anggap saja aku nggak tahu terima kasih!"Setelah mengatakan itu, dia mendorong Henry dengan kuat dan keluar dari lift.Dia merasa sakit hati melihat Henry memanjakan Janice yang hamil, sementara dirinya hanya dianggap sebagai mesin pembuat anak.Perbedaan perlakuan ini terlalu besar.Jika Henry sudah memiliki Janice yang membantunya memiliki anak, untuk apa Henry harus mencarinya lagi!Henry dengan cepat mengejarnya, menarik lengannya dengan kasar, tersenyum dingin dan berkata, "Bukan kamu yang membuat keputusan!"Miana merasa kesal dan tidak ingin berbicara lebih banyak dengan Henry. Dia pun menundukkan kepalanya dan menggigit tangan Henry.Henry seketika merasa kesakitan dan refleks menarik tangannya kembali.Miana mengambil kesempatan ini untuk berlari pergi.
Henry saat ini sangat tertarik, dia tentu tidak akan membiarkan Miana melakukannya sendiri."Berdirilah dengan tenang! Atau lihat bagaimana aku akan menghukummu!"Henry mengancam dengan suara pelan.Miana merasa sedikit tertekan, lalu berkata dengan wajah pucat, "Perutku sakit! Jangan bercanda lagi!"Ekspresi di wajah Henry mendingin. "Kenapa perutmu sakit lagi?" Dia bertanya dengan tatapan penuh dengan ketidakpercayaan.'Wanita ini selalu bilang perutnya sakit, pasti sedang membodohiku.'Miana merasa cemas, khawatir Henry melihat ada yang tidak beres. Dia segera menatap tajam Henry dan menyalahkan, "Ini semua salahmu! Kamu terlalu kasar kemarin, sekarang masih sakit."Tidak tahu apakah Henry akan memercayainya atau tidak.Henry mengatupkan bibirnya, lalu senyuman kecil muncul di wajahnya dan dia berkata, "Kamu bukan pertama kali tidur denganku, bukankah kamu sudah tahu seberapa kasarnya aku?"Kata-kata Miana berhasil menyenangkannya. Suasana hatinya membaik dan nada bicaranya tidak la
'Kenapa harus membuat Henry menyalakan pengeras suara?'Miana merasa dia sudah mencari masalah untuk diri sendiri."Dokter sudah mengingatkan, jangan terlalu emosional. Kalau kamu nggak mendengarkan, aku nggak akan peduli lagi!" Henry sekali lagi mengatakan tidak akan peduli padanya, membuat Janice cemas dan takut, "Henry, aku nggak akan emosional, aku akan patuh pada dokter, kamu jangan nggak peduli padaku!"Karena kata-kata Henry, Janice tidak berani menangis. Suaranya pun terdengar parau karena berusaha menahan diri untuk tidak menangis."Sudahlah, aku sedang sibuk, kamu istirahat dulu. Kalau ada waktu, aku akan datang menemuimu!" Henry pada akhirnya tidak tega, mengalah sedikit."Ingat jaga kesehatanmu juga, aku akan istirahat! Aku akan tunggu kamu datang!" Janice berhenti menangis, suaranya mulai terdengar senang.Miana menarik napas dalam-dalam, menundukkan kepalanya dan bergegas keluar dari ruang ganti.Meskipun dia sudah memutuskan melepaskan Henry, hatinya belum sepenuhnya sia
Miana tercekat hingga tidak bisa berkata sepatah kata pun.Jika Henry benar-benar marah, dia benar-benar mungkin akan menarik tim medis.Jika hal itu terjadi, neneknya tidak akan mendapatkan pengobatan, hanya bisa menunggu kematian."Apakah kamu sangat marah? Ingin menggigitku sampai mati?" Perubahan wajah Miana tertangkap dengan jelas oleh Henry. Henry mengusap bibir Miana dan lanjut berkata, "Pada akhirnya, ini karena kamu nggak cukup kuat, jadi aku bisa mengancammu!"Miana menarik napas dalam-dalam.Apa yang dikatakan Henry benar.Memang karena dirinya tidak cukup kuat.Jika tidak, dia pasti sudah pergi setelah memutuskan untuk meninggalkan Henry.Dia pasti tidak akan berada di situasi seperti ini."Aku bilang, tetaplah di sisiku, jangan punya pikiran yang nggak seharusnya! Kalau nggak, nenekmu hanya bisa menunggu mati!" seru Henry, lalu berbalik pergi.Dulu, dia bisa tidur dengan Miana kapan saja dia mau. Miana akan patuh dan melakukan apa pun yang dia minta.Kini, Miana menolak un
Henry menyadari bahwa Miana sekarang menjadikan Nyonya Jirgan sebagai sebuah pekerjaan.Miana sedang bekerja sama dengannya.Bukan mencintainya!Padahal ini adalah hasil yang dia inginkan.Namun, mengapa dia masih tidak bahagia?Miana menunduk melihat tangannya yang diletakkan di pangkuannya, tanpa ada sedikit pun emosi di hatinya.Dia selalu serius saat melakukan pekerjaannyaTerlebih lagi, pekerjaan ini bisa membuat neneknya mendapatkan pengobatan yang lebih baik.Selama neneknya bisa sembuh, dia rela sekalipun harus menjual dirinya sendiri!Henry sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi dia mengemudikan mobil dengan cepat. Sepanjang jalan, mereka tidak berbicara sepatah kata pun.Henry diam, Miana juga diam.Tidak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah restoran.Henry menyerahkan mobilnya ke pegawai yang berdiri di depan pintu untuk diparkir. Setelah itu, Henry mengulurkan lengannya kepada Miana dan berkata, "Gandeng aku."Miana melihat Henry sebentar, lalu dengan patuh men
"Baiklah, nanti kalau ada waktu aku akan menemuimu untuk makan bersama," ujar Miana. Dia benar-benar sibuk dengan beberapa kasus akhir-akhir ini."Baik, Kakek nggak akan mengganggumu lagi." Walaupun merasa sedih, Eddy tetap menahan perasaannya dan tidak menunjukkannya.Dia mengerti bahwa Miana sibuk dengan pekerjaannya sendiri, jadi tidak punya waktu untuk bertemu dengannya juga wajar.Dia hanya perlu menunggu sampai Miana selesai dengan pekerjaannya.Miana mengiakan dan menutup telepon."Ibu, siapa yang menelepon?" tanya Nevan dengan suara pelan, matanya yang besar berkilauan.Miana berpikir sejenak dan berkata, "Nanti Ibu akan memberitahumu."Mengenai Henry dan keluarga Jirgan, dia akan menceritakannya perlahan-lahan saat ada waktu."Apa yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali!" Giyan bertanya penasaran setelah masuk dan mengganti sepatu, melihat mereka berdiri di sana."Kami sedang menunggumu pulang," jawab Miana sambil tersenyum, mata indahnya yang melengkung membuat orang mera
Di dalam histori percakapan, si pria dan selingkuhannya sedang merencanakan bagaimana cara membunuh istri sah.Yang lebih mengerikan adalah pria dan selingkuhannya bahkan membeli racun paraquat dan racun tikus secara daring, tetapi keduanya tidak ada yang berani menggunakannya.Miana menekan amarahnya dan terus membaca.Saat ini, memang banyak selingkuhan yang tidak tahu malu.Mereka akan melakukan apa saja untuk mengubah status mereka.Ketika Giyan menelepon, Miana baru memutuskan untuk mematikan laptopnya.Meskipun belum melihat semua bukti yang dikumpulkan oleh Amanda, hanya berdasarkan histori percakapan dan pembelian paraquat dan racun tikus secara daring, sudah sangat jelas bahwa keduanya berencana membunuh istri sah.Hanya saja, bukti tersebut masih belum cukup.Miana harus membuat kedua orang itu mengakui rencana mereka untuk membunuh istri sah!Sebelum persidangan, dia harus mendapatkan rekaman pengakuan mereka.Setelah membereskan barang-barang, dia turun ke bawah dan melihat
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me
"Mia, apa yang terjadi?" tanya Giyan, mempercepat langkahnya ke arah Miana, lalu duduk di sampingnya.Miana menoleh, mendesah panjang sebelum berkata, "Rekening luar negeri Nevan tiba-tiba bertambah empat ratus miliar. Setelah aku cek, ternyata uang itu berasal dari perusahaan Grup Eskaria!"Anak nakal itu benar-benar hebat!Setelah mendengar itu, Giyan langsung mengerti apa yang telah terjadi.Giyan menutup laptop Miana, tersenyum, dan berkata, "Dulu ada kamu yang bekerja gratis untuk memperkuat firewall perusahaan. Sekarang, tanpa kamu, keamanan sibernya bahkan bisa diserang oleh anak tiga tahun seperti Nevan. Ini hanya menunjukkan betapa tidak bergunanya Departemen TI Grup Eskaria!"Miana tertawa dan merespons, " Nevan yang menyuruhmu datang untuk menghiburku? Anak nakal itu benar-benar pintar!""Dia khawatir kamu marah dan sakit, tapi nggak tahu bagaimana cara menghiburmu, jadi aku yang menawarkan diri untuk melakukannya!" Giyan baru merasa tenang setelah melihat senyum di wajah Mi
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere