Situasi tak menyenangkan yang dialami Putri di seberang sana, ternyata tak jauh berbeda dengan Arya. Saat ini, pria di atas tiga puluh itu pun sedang menatap sang ibu tak berdaya.
Tadi nyonya Bharata memintanya datang ke restoran untuk makan siang bersama. Arya yang bersemangat tak kepikiran untuk bertanya tujuan dari undangan tak lazim ini. Rupanya, selain sang ibu, juga hadir Putri Marion dan ibu kandungnya, Marion Shelby."Kok pada bengong? Disapa dong tante Shelby," perintah nyonya Bharata seraya menghadiahkan tatapan tajam padanya.Menyadari sikapnya yang kurang tepat, Arya segera melangkah dari ambang pintu private room itu, lalu menjabat tangan Marion Shelby dengan seulas senyum di wajah. "Selamat datang di kota kami, Tante," ujarnya ramah."Hai, senang bertemu lagi. Terakhir ketemu kalian tiga tahun yang lalu, kan?" sahut Shelby dengan bahasa Indonesia yang fasih, walau tentu saja aksen Amerikanya masih kentara."Ya. Waktu itSementara itu di Oriental Palace, Putri akhirnya bisa bernafas lega setelah selebgram cantik tadi memutuskan undur diri. Sebelum pergi, masih sempat gadis mengirimkan tatapan penuh ancaman padanya. Mengingat itu saja bikin Putri agak bergidik hingga detik ini.Rpanya cobaan untuk dirinya belum berakhir. Baru saja dia duduk tenang sekejap, pintu restoran terkuak kembali. Kali ini sosok ramping berambut ikat coklat dengan muka rupawan yang sudah akrab dibenak semua pemirsa di tanah air, datang bersama para pengiringnya.Arak-arakan ini bahkan lebih heboh dari yang tadi. "Ya Tuhan, apa lagi sekarang?" Tanpa sadar, Putri berbisik lirih. Hatinya berdegup penuh antisipasi saat bertatapan dengan Marion. Apalagi waktu melihat bagaimana produser dan sutradara yang tadi memaki-maki, kini mulai mendekat pada sang aktris seperti tak terjadi apa-apa. "Maaf bikin kalian menunggu. Tadi ada pertemuan mendadak." Marion memulai penjelasan dengan wajah sendu yang
Seminggu setelah peristiwa syuting kemarin, hidup berjalan seperti biasa bagi Putri. Kecuali pemutaran episode perdana 'Dibakar Rindu dan Dendam', tak ada yang benar-benar ditunggunya. Sebab itu, disela kesibukan kerja, dia menyempatkan diri menonton di platform online siang ini. "Ah, syukurlah... ." Tanpa sadar dia berbisik lirih. Lakon Marion dalam film itu tak terlalu buruk karena editan di bagian-bagian yang tepat. Pada saat ekspresi mukanya tak terlalu tepat, sutradara menyisipkan video dari roll B atau menggantinya dengan lakon dari male lead hingga penonton yang awam tak akan tahu bedanya. Kegiatan Putri menonton jadi berhenti saat melihat pesan masuk dari koordinator tingkat. Bukannya mengirim info perkuliahan, komting mereka yang bernama Heru ini malah mengirim pesan singkat disertai sebuah link. [Kamu tenar sekarang. Coba buka linknya]Penasaran, Putri membukanya hingga jendela media sosial yang berlatar hitam itu langsung t
Ternyata episode kedua ini menciptakan kehebohan yang lebih besar karena para netizen sampai membandingkan lakon Putri dan Marion. Sedangkan berita soal Davinka yang perannya 'dicuri' jadi terhempas di antara buih-buih samudera.[@queen_bee : wow, akting si waitress ini diluar ekspektasi. Tak kalah dengan seseorang yang katanya artis besar][@pinochio : tak hanya akting, wajahnya pun sangat mirip dengan Marion kita][@metamorph: kurasa aku akan memanggilnya Little Marion atau Lil' M, sounds cute!][@lala_land : OMG! Kalian harus lihat cuplikan video di belakang backstage. Sesembaknya humble banget]Dan tak disangka, cuplikan video backstage yang dibocorkan entah siapa, kembali jadi perbincangan hangat di kalangan netizen. [@humble_brag: ternyata ada juga manusia yang cantik hati dan wajahnya][@momo: definisi dari malaikat dalam wujud manusia][@De_lilah : Alah, paling juga karena masih newcomer][@lal
Putri mungkin suka mengalah, tapi disepelekan, terlebih oleh pria yang dibencinya bukanlah pilihan. Dengan wajah datar dia duduk di sebelah Arya, tepatnya di bagian ujung kursi. "Kenapa kamu ke taman jam segini? Bukannya kamu harusnya kuliah?" tanya Arya lagi begitu Putri sudah duduk. "Kenapa kamu bisa tahu?"Arya merutuk dalam hati. Dia terlalu teledor hingga tanpa sadar menunjukkan jika dirinya punya perhatian khusus pada gadis muda di sampingnya. Seminggu lalu, dia bertemu Andini dan sang adik bercerita tentang rasa kagumnya pada seorang mahasiswa bernama Putri Maharani. Masih menurut sang adik, mahasiswa ini selalu siap ketika ditanya meski statusnya bekerja sambil kuliah. "Kalau bukan karena beda status sosial, aku sudah merekomendasikannya jadi istrimu," kelakar sang adik waktu itu.Keterangan sang adik ditambah matanya yang pernah melihat sosok Putri di kampus waktu itu, membuat Arya punya dugaan kuat kalau mahasiswa
Meski pertemuan tak disengaja kemarin masih menyisakan sedikit rasa tak nyaman di hati Putri, namun dia masih tetap masuk kerja seperti biasa. Senin pagi ini merupakan tanggal tutup buku sehingga banyak kuitansi dan struk pembayaran yang harus diperiksa. Ketika Putri sudah bekerja sekitar dua jam, tiba-tiba manajer restoran menghampirinya. "Sedang menginput semua data, Put? Jangan lupa dimasukkan juga keterangan absen karyawan, ya.""Baik, Bu. Saya pastikan di akhir bulan semua laporan sudah clear.""Bagus. Kalau begitu jangan lupa, kamu input juga jam kerjamu yang terbengkalai lantaran harus ikut syuting kemarin," tambah manajer datar. Sontak Putri terperanjat. Kemarin, wanita ini yang memintanya agar syuting meskipun dia beralasan sedang sibuk. Bahkan hingga detik ini, masih terbayang jelas di benak Putri berapa bersemangat sang manajer waktu itu. Menyadari haknya untuk bulan ini bakal dipotong lagi, Putri memberanikan diri
Dua hari berselang, Putri mengunjungi Production House milik keluarga Mahendra. Untungnya, perusahaan ini masih berlokasi di Angkasa Plaza, sehingga dirinya tak terlalu merasa asing. "Selamat pagi, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" seorang resepsionis menyapa Putri dengan tatapan memindai, dari ujung kaki hingga rambut. Kelakuan resepsionis ini bikin Putri agak rikuh, dia jadi bertanya-tanya apa yang kurang dengan penampilannya. Maka dari itu, Putri jadi ikut mengamati dirinya sejenak. Outfit yang dia kenakan celana kulot dengan model high waist warna karamel ditambah crop top putih tanpa lengan, outer berwarna krim dan sneakers. Rasanya tak ada yang terlalu mencolok. Setelah memastikan diriny tampil cukup layak, Putri menyahut, "saya Putri Kak, tujuan kemari mau ikut talkshow atas undangan produser." Usai berucap, dia segera menyerahkan kartu nama yang diberikan tamunya kemarin. Kertas mungil itu langsung disambut resepsionis dengan cep
"Baiklah pemirsa, akhirnya ... dua bintang yang kita nanti-nanti sejak tadi akan segera hadir. Sambutlah.... Putri Marion dan Putri Maharani."Kalimat pembuka dari MC disambuti dengan tempik sorak bergemuruh oleh penonton bayaran di studio. Berbarengan dengan ini, seorang kru yang berjaga di balik layar memberi aba-aba lalu Putri dan Marion pun berjalan bergandengan layaknya sahabat karib yang sudah kenal lama. Senyum lebar yang terukir nyata di muka keduanya, membuat akting ini makin meyakinkan. "Wow, ternyata kalian sangat dekat, ya." Pembawa acara mengomentari seraya membimbing mereka duduk di sisi kiri dan kanan. "Kalian juga sama-sama cantik dan feminin meski tema pakaiannya berbeda," tambah MC lagi dengan antusiasme yang tinggi. Marion tertawa anggun dengan sepasang lesung pipi menghiasi wajah. Dengan tampilan seperti ini, tak ada yang bisa menyangkal pesonanya. "Hahaha, Anda terlalu memuji. Semua perempuan pasti cantik dengan p
Ucapan Putri mungkin saja ditujukan pada MC, namun sepanjang berbicara, matanya tak lepas dari Marion. Gadis yang dia tatap mengedik tak acuh seolah menegaskan niat yang sesungguhnya, hendak menjatuhkan orang lain. Pembawa acara mendesah sambil menepuk bahu Putri perlahan. Sebagai karyawan yang bekerja pada bisnis keluarga Mahendra, tak banyak yang bisa dia lakukan. Begitu kamera mulai merekam, Putri lekas- lekas melemparkan kegundahan hatinya dan menatap dunia dengan berani. Lantaran sangat geram dengan ulah Marion, rasa gugup yang dialaminya tadi mendadak sirna."Pemirsa, sekarang kita akan mendengar penjelasan Putri terkait pertanyaan yang diajukan Putri Marion."Setelah kalimat pembuka dari MC, kamera membidik wajah Putri close up hingga minor ekspresi mukanya tak luput dari perhatian penonton. "Sebenarnya, apa yang dikatakan mbak Putri Marion tak salah. Saya masih punya dua saudara tiri, sedangkan anak yang dilahirkan ibu memang c
"Sebaiknya, si Putri jangan tinggal bersama kita."Duarr! Kata-kata ini seperti geledek yang menyambar di siang bolong bagi telinga gadis kecil yang tengah meringkuk ketakutan dalam kamar tidurnya. "Tapi Pa, dia masih kecil. SD saja belum tamat.""Dia kan sudah sepuluh tahun, harusnya sudah bisa mengurus diri sendiri."Gadis kecil itu mengusap air matanya yang jatuh berderai. Percakapan antara ibu dan ayah tirinya bagai godam yang memukul telinganya bertalu-talu. Sejak ibunya menikah lagi, dia sudah seperti orang asing di rumah sendiri. Padahal rumah yang mereka tempati ini, ibunya yang beli. Ayah dan kedua saudara tirinya yang menumpang tinggal. Tapi kenapa sekarang... "Lantas kemana Putri mesti pergi, Pa?"Suara ibunya terdengar sendu, meragu. Namun dia yakin satu hal. Sebentar lagi beliau bakal mengambil keputusan yang berpihak pada ayah tirinya. Sudah setahun belakangan, situasi mereka selalu b
Sementara itu Marion yang sudah lama menghilang dari sorotan kamera, kini sedang duduk berhadapan dengan seseorang di sebuah kafe kecil di bandara. Wanita yang duduk di depannya tak lain Marion Shelby, yang sekejap lagi akan terbang ke Amerika karena dideportasi akibat skandal penipuan saham yang dia lakukan bersama Aryo. "Mion, you shouldn't leave me here. Bring me along with you," pintanya untuk kesekian kali. "Mereka semua sudah membuangku... bahkan... bahkan perempuan jalang itu konon akan menikah dengan Arya, Mom."Wajah cantik Shelby menatap puterinya datar. "Why should I? Kamu tak akan bertahan di sana dengan sikap manja itu. That bitch has taught you so well," geramnya. Marion terkesima. Kata bitch pada kalimat ibunya jelas mengacu pada nyonya Mahendra. "Kenapa Mion bilang begitu? Beliau selalu baik dan memberi semua keinginanku.""Stupid lass. Gara-gara itulah kamu tumbuh jadi gadis manja dan sombong. Selalu merasa d
Besoknya, setelah pengumuman resmi kembalinya puteri yang hilang, Dewa langsung membawa Putri menuju perusahaan kosmetik milik keluarga Mahendra. "Kamu siap untuk tugas pertamamu?" selidiknya ketika mereka sudah mencapai ambang pintu. "Siap, Papa."Jawaban Putri yang mantap membuat Dewa tersenyum puas. Rasanya, semakin mengenal Putri, dia makin bangga. Meski lahir dan dibesarkan ditengah kaum jelata, puterinya bisa menyesuaikan diri dengan cepat. Dewa tak tahu saja bila semua yang diraih Putri saat ini merupakan hasil kerja keras selama bertahun-tahun, termasuklah didalamnya pelatihan etika dan kepribadian. Ruang pertemuan sudah dihadiri semua petinggi perusahaan, hingga Putri yang tadinya sudah siap nyaris gugup. " .... untuk selanjutnya Putri Maharani akan menjabat sebagai presiden direktur yang baru dari Mayapada Beauty." Dewa Mahendra menutup sambutannya dan tepukan riuh langsung bergema memenuhi ruangan. Perbe
Satu minggu kemudian, keluarga Mahendra mengumumkan kembalinya puteri kandung mereka yang hilang. "... seperti yang kalian tahu selama ini kami mengadopsi Putri Marion dari mantan istri almarhum adikku, Marion Shelby. Sebabnya tak lain karena puteri kandung kami hilang akibat tipu muslihat yang keji ... waktu itu dia masih orok yang baru keluar dari rahim istriku. Gara-gara ini pula, istriku tak berani lagi mengandung. Kehilangan puteri bungsu membuatnya trauma. Siapa sangka, pertemuan tak disengaja akhirnya membuat kami bisa bertemu lagi ... ."Sambutan ini diucapkan dengan penuh haru bahkan sampai menitikkan air mata. Putri yang diminta berdiri di salah satu sudut tersembunyi hanya bisa menatap takjub kemampuan akting kedua manusia di depan sana. Puteri yang hilang katanya? Padahal untuk memaksa nyonya Mahendra agar mau mengangkat dirinya sebagai puteri yang hilang itu, Dewa harus memberi kompensasi. Deva akan tetap jadi satu-satunya pewaris
Walau suaranya terdengar mantap, sejujurnya Putri sangat hancur di dalam. Kalau bukan karena memaksa diri agar kuat, dia sudah pasti menangis detik ini. Dewa menarik nafas panjang dan menatap Putri serius, "sesudah itu apa? Kamu mau kembali hidup luntang-lantung sendirian? Jadi objek hinaan semua orang? Putri, aku tak akan membiarkan darah Mahendra diinjak-injak begitu saja."Putri tertawa sangat keras. Ya! Apa yang penting bagi Dewa bukanlah dirinya atau ibunya atau siapapun melainkan nama keluarganya, Mahendra. "Persetan dengan namamu! Aku bahkan jijik harus memiliki DNA-mu dalam tubuhku," sahutnya begitu tawa pahit itu usai. "Kalau begitu, manfaatkan aku. Kamu membenciku, kan? Kenapa harus membiarkan aku hidup tanpa beban setelah menghadirkanmu ke dunia?"Sekarang Putri makin bingung. Sejak tadi dirinya sudah bertindak sangat kurang ajar namun Dewa tidak murka sedikit pun. Dia justru memberikan persuasi yang masuk akal. La
"Kamu yakin mau pergi begitu saja, Putri?"Suara Claudia menarik Putri kembali ke dunia nyata. Sejak tadi dia memang masih gamang, tapi mau bagaimana lagi? Rasanya sudah terlalu lelah dengan semua masalahnya di sini. "Ya, Kak. Mungkin saja, suasana kampung bakal bikin hidupku lebih happy. Aku sudah muak dengan kekejaman ibu kota. Sepertinya, takdirku memang jadi orang desa," sahut Putri dengan seulas senyum getir di bibirnya. Claudia hanya bisa mendesah pasrah. Setelah memastikan semua bawaan Putri siap, dia pun memeluk wanita yang sudah dianggapnya seperti adik itu. "Jaga dirimu baik-baik, ya. Kamu orang baik, hidup tak akan selamanya kejam."Air mata Putri kembali menitik. Dengan rasa haru dia merangkul sahabatnya dan berpamitan. Sejurus kemudian, dia sudah duduk di dalam taksi menuju stasiun bus. Semalam, setelah melarikan diri dari Arya, Putri langsung menuju kontrakan Claudia. Usai menghabiskan waktu berpikir s
Akhirnya, hari yang mendebarkan itu pun tiba. Arya mengajak Putri bertandang ke kediaman utama keluarga Bharata yang terletak di bilangan elit ibu kota. Begitu mereka sudah di ambang pintu, nyonya Bharata beserta Andini menyambut mereka. "Wah, akhirnya bisa ketemu langsung dengan aktris tenar kita," nyonya Bharata berkata sambil menempelkan pipinya ke wajah Putri. Tak jauh berbeda, Andini juga menyambut ramah mantan mahasiswanya itu. Segera, setelah basa-basi singkat usai, nyonya Bharata langsung menghela mereka semua ke ruang makan. Kesan pertama yang didapat Putri soal nyonya Bharata adalah beliau pribadi yang hangat dan cerdas, persis puterinya, Andini. Sementara tuan Bharata sendiri adalah pengamat yang baik. Sejak tadi beliau tak banyak bicara, namun matanya kedapatan menyorot Putri beberapa kali. Bukan tatapan genit melainkan meneliti. "Jadi, bagaimana perasaanmu setelah memenangkan award di festival film Asia?" Andini yang dud
Kontan idenya ini ditolak Johan mentah-mentah. "Mengapa jadi begitu? Ada lima aktris yang akan audisi untuk peran ini dan kita harus menyaksikan kemampuan mereka berlima."Meski agak cemberut, pria muda itu akhirnya menuruti perkataan sang paman. Ketika Marion sudah selesai dengan aktingnya, Putri yang didaulat untuk maju. Berbeda dengan Marion, Putri memulai adegannya dengan merapikan rok dan seragam, lalu mengusap mata. Setelahnya, dia membuka pintu seolah di tangannya ada anak kunci, lalu menyapa seseorang yang dipanggilnya ibu. Setelah itu, dia membuka pintu yang lain dan berpura-pura menyalakan keran, lalu mengusap tubuhnya berulang-ulang. Matanya dipenuhi keputus-asaan namun tak bisa bercerita pada siapapun. Sebagai gantinya, dia cuma terisak sambil menutup mulut agar ibunya yang sedang duduk di luar ruangan, tidak mendengar apa-apa. Hebatnya, semua lakon Putri ini hanya bermodal imajinasi. Didepannya tak ada pintu, tak ada Ibu, tak ada a
Sesuai janjinya pada Arya mengenai konsep setara, Putri mulai berbenah. Untuk langkah awal, dia mendirikan perusahaan akuntan publik pertamanya, dan sebagai bentuk dukungan, Arya merelakan Arda Pictures sebagai klien pertama. Bila itu belum cukup, dia juga mempengaruhi rekan-rekannya agar mempercayakan laporan keuangan dan masalah perpajakan mereka ke perusahaan pacarnya. Hal ini membuat perusahaan milik Putri langsung mencicip laba di bulan pertama setelah launching. "Wah, ternyata ini enaknya punya kenalan orang dalam," gurau Putri ketika Arya tengah bertandang ke ruang kerjanya. "Itu sudah pasti. Silakan manfaatkan aku sesukamu, Sweetheart." Seperti biasa, Arya langsung menyahut dengan mulut manisnya. Putri mencibir dan tetap fokus menekuni laporan di atas mejanya. Sebagai perusahaan baru, dia belum berani mempercayakan masalah finansial sepenuhnya pada orang lain. "Putri, sekarang bagaimana? Kamu sudah merasa 'sejajar' belum sam