Kedatangan sopir itu di sambut oleh sang suster. Ia langsung mengenalkannya pada Aldi dan Benu.Wajahnya langsung pias, perasaannya sudah tidak enak, apa lagi dengan tatapan Aldi yang mengintimidasi. Nyalinya ciut seketika."Kemana, Bapak bawa istri dan anak saya?" tanya Aldi, tanpa menunggu bapak itu duduk lebih dulu."Anu, Pak, maaf! Saya hanya di suruh oleh Pak Himawan," jawabnya takut."Saya tanya di mana mereka sekarang?" bentakan Aldi menggelegar hingga siapa yang lewat menoleh ke arah mereka.Pria itu semakin pucat pasi, apa yang harus ia katakan? Sedangkan dia tidak tahu keberadaan mereka. Seandainya Serena tidak kabir, dia berencana akan membawa mereka ke desa. Keningnya sampai berkeringat."Ben, laporkan ke polisi tentang kasus penculikan!" Perintah Aldi berhasil kakinya bergetar."Mohon maaf, Pak! Saya hanya menjalankan perintah saja! Saya tidak tahu, Pak." Tubuhnya merosot ke lantai hingga semakin mengundang tatap orang lain. Aldi memalingkan wajahnya, kalau begin
[Serena dan Ranu ada bersamaku, besok akan ku kirim alamatnya.]"Berhenti!"Benu dan driver kompak menolah pada Aldi."Bos, kita harus pastikan cepat, jangan sampai mereka pergi jauh." Benu mengingatkan Aldi tentang pencarian mereka yang sudah terlanjur sejak tadi."Serena dan Ranu dalam keadaan amam sekarang," ucap Aldi dengan tatapan menerawang ke depan.Driver tersebut diam, begitu juga dengan Benu. Aldi membalik ponselnya dan mulai mengetik sesuatu di sana.[Katakan sekarang, di mana mereka?] balas Aldi. Perasaannya sungguh buruk saat ini, gagal menemukan Serena yang ternyata Billy lebih dulu darinya.Pesan itu hanya centang satu, pertanda kalau Billy mematikan ponselnya.Aldi kesal, namun sebisa mungkin ia tidak menunjukkannya kali ini, "Kita cari hotel!" katanya pada Benu.Mereka mundur ke belakang, memilih hotel yang sama dengan Serena. Di kamar Aldi tidak bisa tidur sama sekali. Ia mengambil jaket dan ingin keluar untuk menghirup udara malam.Aldi berjalan menyusuri ja
Serena meletakkan kopi yang di kemas ke dalam botol di atas meja, setelah mereka baru saja melihat Ranu di kamar.Serena duduk, wajahnya menyiratkan suatu penyesalan. Jujur sampai saat ini dia tidak menyangka Aldi tidak menuntut apapun darinya, pria itu tidak menyalahkan dirinya atau bisa saja belum hingga menyebabkan hatinya menduga-duga."Bagaimana dengan lukamu?" Aldi memperhatikan tangan Serena yang sudah tidak di perban lagi."Lebih baik, tinggal menghilangkan bekas saja, mungkin nanti setelah di Jakarta aku akan ke dokter kulit," katanya seraya menyentuh bekasnya. Ekspresinya berbeda, mereka lebih mirip orang yang baru kenal dari pada sepasang suami istri.Helaan lembut dari hidung Serena mengalihkan tatapan Aldi, "Kau ingin mengatakan sesuatu?" Dari raut wajah wanita cantiknya itu ia bisa menebak."Sebenarnya, aku yang bersalah, aku sengaja menyembunyikan kebenaran tentang Ranu selama ini," ucap Serena kemudian. Tak ada ekspresi terkejut dari Aldi, dia diam dan menyima
Serena merenungi tentang perjalanan hidupnya yang berliku, yang selalu di liputi oleh masalah sejak kembali ke IndonesiaHimawan baru saja pergi sedangkan Aldi akan tiba sebentar lagi.Ayah mertuanya itu telah meminta maaf padanya dan mengatakan bahwa ia sangat menyesali perbuatannya."Ayah tau, ini pasti berat untukmu, tapi ketahuilah, Nak, ayah tulus meminta maaf dari dasar hati ayah yang paling dalam. Ayah sungguh menyesali perbuatan ayah." Himawan sampai meneteskan air matanya.Kedatangan Aldi membuyarkan lamunan Serena, pria itu langsung menyusulnya duduk di atas tempat tidur mereka, "Ranu sudah tidur?" tanyanya. "Setelah minum obat dia mengantuk," jawabnya, "Mas, tadi ayah ...," StttAldi menaruh jarinya di bibir Serena, "Jangan katakan apapun tentang laki-laki itu, aku tak ingin kebahagiaan kita di usik olehnya." Dia berdiri dan berpindah di hadapan wanita yang di cintainya itu, "besok, aku akan mengenalkanmu pada ibu." "I-ibu?" Dengan memegang kedua bahu Serena, Ald
Hari ini Hiwaman mengajak Aneska ke rumah orang tuanya, entah apa tujuannya?Aneska sebenarnya sangat malas, baginya kalau ada keperluan lebih baik ibunya saja yang datang. Meski telah di bangunkan rumah, tetap saja Aneska tidak suka lingkungannya yang masih terbilang di desa."Loh, Pak Himawan!" Susi terkejut melihat mobil orang yang sudah mengadopsi anaknya, "silahkan masuk, Pak!" ajaknya ramah.Himawan menyambut dengan senyum lantas melangkah menaiki lantai teras di ikuti oleh Aneska.Dia duduk di sofa, Aneska memilih untuk ke dapu menghampiri sang ibu yang sedang menyeduh teh di dalam teko."Bu, mau apa ayah ke sini?" bisik Aneska agar tidak kedengaran sampai ke depan."Loh, kok nanya ibu? Kan kamu temannya ke sini?" Susi balik bertanya."Dia nggak bilang, aku kira sudah janji sama, Ibu," ucap Aneska yang ternyata tebakannya salah."Nes, apa mungkin dia mau membahas hubunganmu sama Aldi?" tebak Susi. Mengingat pertemuan mereka terakhir waktu itu Himawan berjanji akan mewujudk
Tanpa di duga oleh Aldi, ayahnya sudah berada di ruangannya. Benu menggedikkan bahu sebagai jawaban tidak tahu menahu tentang kedatangan Himawan.Aldi duduk di kursinya, mulai membuka laptopnya, seolah tidak ada orang di sana. Ia dan Benu sibuk membicarakan tentang masalah hotel.Himawan yang merasa tidak di pedulikan mengetukkan tongkatnya le lantai, Benu paham, ia pun segera, keluar meninggalkan ruangan."Aku rasa kita tidak punya urusan apapun, aku harus menghadiri rapat sebentar lagi." Aldi mengusir secara halus. Sungguh saat ini ia tidak mau membahas apapun dengan ayahnya.Hal itu membuat Himawan cukup tersinggung, "Hotel ini masih milikku, kau tidak berhak mengusirku dari sini," ucap Himawan yang sudah hilang kesabaran."Kalau begitu, aku saja yang pergi," kata Aldi seraya berdiri."Sekeras itu hatimu?" Ucapan Himawan sontak menahan langkah Aldi, "Serena dan Ranu saja mau memaafkan ayah," lanjut Himawan, ia berdiri menghampiri Aldi yang masih enggan menatapnya.Sebenarnya
"Mas Aldi baru pulang? Tumben lama?" Serena menyambut suaminya di dekat pintu, meraih tangan Aldi lalu menciumnya."Ada Mitra dari luar negeri, mereka lagi berkunjung dan ngajak ketemu, mau nolak, mas segan," ujar Aldi. Ia melepaskan jasnya dan Serena ikut membantunya. Wanita itu mengedus-endus sesuatu, "Mas, jasnya seperti bau alkohol?" tanya Serena yang tidak suka memendam, ia lebih baik bertanya langsung dari pada berujung dengan kecurigaan. "Oh, itu, habis dari restoran mereka ngajak minum, tapi Mas nggak minum kok, sumpah!" Belum apa-apa Aldi sudah takut duluan. Serena tersenyum melihat pria dewasa itu yang kadang masih bisa bersikap sangat polos. Sepertinya mengerjai Aldi, asyik. Pikirnya.Serena mendekatkan wajahnya ke wajah pria empat puluhan itu, perlahan merapat, Aldi sangat pucat, bagaimana kalau istrinya mengendus bau alkohol di sana, padahal dia tidak minum sama sekali. CupNamun tak disangka, Serena malah mengecup bibir itu hingga membuat Aldi terkejut, lalu sed
Aktivitas pagi ini menjadi moment yang membahagiakan untuk Aldi khususnya. Dia jadi semakin dekat dengan Ranu yang kini tengah bersiap di bawah."Mas, aku duluan turun ya? Takut Ranu kesiangan," kata Serena yang sudah berdiri di dekat pintu."Mas yang antar, tunggu sebentar!" Aldi mengancingkan kemejanya, dasinya masih letak di atas tempat tidur, dia sudah menyusul istrinya."Dasinya?" Serena mengingatkan."Nanti balik lagi, hayuk! Ranu nggak boleh telatkan?""Kamu juga," sahut Serena."Kamu lupa, suami kamu bosnya?""Iya deh!" Percakapan ringan saja sudah bisa menghibur hati keduanya. Mereka bercanda sambil menuruni anak tangga dan terkejut di bawah ada Lydia dan Aneska."Wah, ada tamu bukannya di sambut, malah asyik berduaan," celetuk Aneska, lagian Mas Aldi kok belum siap, padahal udah jam tujuh lewat loh."Lydia menyenggol lengan mantan adik iparnya itu pelan, karena ucapannya seolah tak di gubris oleh pasangan itu."Di, maaf! Aku mampir pagi ini, mau kenalan sama istrimu,"