Seo Min Young berjalan riang di sepanjang lorong. Ketukan sepatu hak tingginya terdengar berirama dan berhenti di depan pintu ruangan Aura dimana ada Axel yang berjaga di luar. Terlihat siaga.“Kamu siapa?” tanya Min Young heran, baru kali ini melihat wajah Axel yang asing di matanya. Biasanya yang berjaga seperti ini adalah Max, bahkan saat di pesta penutupan konser pun masih Max, tapi kenapa kali ini Max malah tidak terlihat dimanapun? Kemana bodyguard andalan Aura yang satu itu? Apa sedang cuti? Atau sakit?“Saya Axel, bodyguard nona Aura,” jawab Axel tegas dengan suara dalamnya.“Bodyguard Ae Ra? Lalu bagaimana dengan Max?” Axel baru hendak menjawab saat Min Young mengibaskan tangan, tampak tidak peduli.“Sudahlah nanti aku akan menanyakannya langsung pada Ae Ra!” Tangan Min Young terangkat hendak mengetuk pintu saat Axel menghalanginya.“Nona Aura sedang ingin sendiri, jadi lebih baik anda datang lagi lain kali.”“Apa? Datang lagi lain kali? Apa kamu bermaksud mengusirku?” tanya
“Nona Sandara ingin menemui anda, Nona.”“Biarkan dia masuk!” perintah Aura dengan nada lelah. Otaknya sudah suntuk karena sejak tadi berkutat dengan segala macam nada dan not balok, tapi belum bisa menciptakan lagu yang benar-benar mengena di hatinya. Parah!Jadi tidak ada salahnya merefresh otaknya sejenak dan menemui Sandara. Memaksakan otak untuk bekerja terus menerus juga tidak akan bagus kan? Bukannya menciptakan lagu baru, tapi Aura malah akan bertambah stress saking tertekannya!Sandara masuk ke dalam ruangan Aura dengan senyum ceria. Senyum ceria yang penuh dengan kepalsuan jika boleh diperjelas.“Ae Ra-ya!” panggil Sandara membuat Aura menoleh dan tersenyum tipis.Hubungannya dengan Sandara dan Angela memang tidak seakrab hubungan Aura dengan Min Young, tapi mereka semua seumuran dan menjadi trainee di tahun yang sama. Wajar kalau Sandara memanggilnya dengan panggilan akrab, lagipula Aura tidak terlalu peduli dengan segala macam formalitas panggilan yang sangat dijunjung ti
Aura mengurung diri selama berjam-jam di studio musik yang ada di kantor agencynya. Setelah pindah selama sementara waktu ke apartemen Axel, otomatis Aura harus memanfaatkan fasilitas kantor untuk menciptakan lagu karena apartemen pria itu sama sekali tidak menyediakan alat musik untuk Aura bekerja. Menyebalkan!Aura memetik gitar di pangkuannya, memutar otak agar bisa mendapatkan nada yang pas untuk lagu barunya. Namun sampai pusing Aura berpikir, dirinya belum menemukan nada yang cocok! Masih jauh dari keinginan hatinya. Kacau!“Kenapa? Belum dapat inspirasi baru?” tanya Min Young yang tiba-tiba masuk ke dalam studio tanpa mengetuk pintu dan menemukan Aura sedang mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, tidak heran kalau Aura sekarang terlihat seperti hantu!“Hm, begitulah! Sepertinya aku perlu liburan!” keluh Aura membuat Min Young mencibir.“Liburan? Bukankah kemarin Ji Hwan sudah mengijinkan tapi kamu sendiri yang ingin kembali bekerja? Benar-benar rajin!” sindir Min Young tepat s
Axel menerima telepon Clay. Tidak sabar ingin mendengar apa yang akan disampaikan oleh pria itu, tapi sayang kali ini Axel harus menelan kekecewaan karena Clay yang biasanya begitu gigih mengorek informasi kini harus menyerah kalah.“Sorry, Bro, kali ini gue angkat tangan karena orang yang jebak Aura pertama kali itu lihay banget sampe gue susah ngelacaknya. Belum ada hasil sampai sekarang!” keluh Clay, baru kali ini dirinya merasa gagal menjadi informan. Biasanya selalu berhasil! Bahu Axel melunglai mendengar ucapan Clay. Harapan satu-satunya seolah langsung dirampas begitu saja membuat Axel tidak memiliki siapapun lagi untuk diandalkan dalam melacak misteri pertama. Teka teki yang mempertemukannya dengan Aura.“Yakin nggak bisa diusahain, Bro?” tanya Axel masih mencoba bernegosiasi, siapa tau Clay berubah pikiran dan kembali mencari akal untuk membantunya.“Sorry, gue udah coba segala macam cara tapi hasilnya tetap nihil. Dugaan gue cuma ada dua hal, antara yang ngelakuin hal itu te
“Apa dia marah?” tanya Lionel sesaat setelah Aura mematikan ponselnya.“Entahlah. Tapi aku tidak peduli!” balas Aura cuek. Pura-pura cuek lebih tepatnya, karena tidak bisa dipungkiri kalau Aura merasakan sedikit sentakan rasa bersalah di hatinya saat mendengar nada Axel yang khawatir padanya! ‘Abaikan saja, Aura! Jangan berpikir macam-macam! Lebih baik sekarang nikmati waktumu dengan Lionel, belum tentu ada kesempatan seperti ini lagi!’ batin Aura, berharap dengan begitu hatinya bisa sedikit lebih tenang.Namun sekuat apapun Aura mengabaikan Axel, hatinya masih merasa tidak nyaman meski Aura dapat menutupinya dengan baik di hadapan Lionel! Acara makan malam terasa menyenangkan. Obrolan mereka tidak ada habisnya, dari satu obrolan berlanjut ke obrolan lainnya. Dan saat dessert mulai dihidangkan, saat itu pula Lionel merasakan kegugupan menghantam hatinya.‘Now or never!’ batin Lionel meyakinkan hati, memperhatikan Aura tanpa berkedip.Aura menyendok tiramisu cake kesukaannya sedikit d
“Aku sudah resmi berkencan dengan Lionel,” beritahu Aura santai, berbeda jauh dengan Ji Hwan yang langsung terlonjak kaget, bahkan pria itu membola terkejut saat mendengar pemberitahuan Aura, menganggap Aura hanya sekedar bercanda untuk membalas godaan yang sering Ji Hwan berikan padanya. Godaan yang berhubungan dengan Lionel.“Apa kamu sedang mengerjaiku?” tanya Ji Hwan sambil memicingkan mata curiga.Aura menggeleng cepat.“Tentu saja tidak, Oppa! Kenapa kamu tidak percaya padaku? Apa aku perlu menghubungi Lionel agar kamu percaya?” tanya Aura sambil mengeluarkan ponselnya, hendak menelepon sang kekasih agar Ji Hwan percaya kalau Aura tidak mengada-ngada.Ya, setelah berpikir berulang kali, Aura memutuskan untuk mengatakan kebenarannya pada Ji Hwan, harusnya tidak masalah kan? Aura tidak ingin lagi membohongi managernya, cukup mengenai masalah Axel saja yang mengharuskan Aura berdusta!Aura tidak ingin menambah kebohongan lain, apalagi Ji Hwan dari dulu juga terlihat setuju dan mendu
Mereka tiba di apartemen dalam hening, tidak ada pembicaraan apapun lagi sejak tadi. Aura sibuk mengalihkan pikirannya agar tidak terus berkicau di depan Axel. Dan Axel pun sibuk berpikir tentang apa yang Aura ucapkan. Ucapan perpisahan yang akan terjadi.Kalimat ‘hanya tinggal menghitung hari’ membuat Axel sedikit cemas, sadar kalau sebentar lagi dirinya akan berjauhan dengan Aura. Tidak bisa melihatnya lagi setiap pagi atau malam sesaat sebelum tidur. Padahal Axel sudah terbiasa dengan kehadiran Aura! Axel menggeleng pelan, berharap dengan begitu pikirannya kembali normal. Tidak melulu memikirkan Aura, tapi gagal! Aura seolah sudah mengisi benak Axel tanpa dirinya sadari. Kebersamaan mereka selama ini membuat Axel terbiasa dan saat menyadari kalau Aura akan kembali ke rumahnya sendiri membuat Axel merasa kehilangan dan tidak rela.Aura masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. Pekerjaannya tidak terlalu sibuk hari ini, tapi tetap merasa lelah! Otaknya, tubuhnya, hati
Aura terbahak mendengar jawaban Min Young, cara efektif untuk menyembunyikan perasaan aneh yang merasuk ke dalam hatinya. Tidak menyangka kalau sahabatnya akan berdandan seheboh ini hanya karena seorang pria yang bernama Axel Xavier. Luar biasa! Apa pesona Axel memang sekuat itu? “Kenapa kamu tertawa?”“Maaf! Hanya saja aku tidak menyangka kalau seorang Axel bisa membuatmu berubah penampilan sampai sedrastis ini!” aku Aura setelah tawanya mereda.“Apa terlalu berlebihan?” tanya Min Young mulai cemas.“Well, menurutku memang sedikit berlebihan, tapi kamu tetap terlihat cantik kok!” ucap Aura cepat mencoba menenangkan sahabatnya, tapi sepertinya percuma karena Min Young malah mendesah lirih.“Pantas saja tadi dia melihatku seperti orang gila yang baru kabur dari rumah sakit jiwa!” keluh Min Young malu, sadar kalau dirinya memang sudah berlebihan. Ini sih Axel bukannya tergoda tapi malah akan melarikan diri! Kabur dengan langkah seribu!“Eh? Apa maksudmu?”“Sudahlah tidak perlu dibahas!
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j