Axel menerima telepon Clay. Tidak sabar ingin mendengar apa yang akan disampaikan oleh pria itu, tapi sayang kali ini Axel harus menelan kekecewaan karena Clay yang biasanya begitu gigih mengorek informasi kini harus menyerah kalah.“Sorry, Bro, kali ini gue angkat tangan karena orang yang jebak Aura pertama kali itu lihay banget sampe gue susah ngelacaknya. Belum ada hasil sampai sekarang!” keluh Clay, baru kali ini dirinya merasa gagal menjadi informan. Biasanya selalu berhasil! Bahu Axel melunglai mendengar ucapan Clay. Harapan satu-satunya seolah langsung dirampas begitu saja membuat Axel tidak memiliki siapapun lagi untuk diandalkan dalam melacak misteri pertama. Teka teki yang mempertemukannya dengan Aura.“Yakin nggak bisa diusahain, Bro?” tanya Axel masih mencoba bernegosiasi, siapa tau Clay berubah pikiran dan kembali mencari akal untuk membantunya.“Sorry, gue udah coba segala macam cara tapi hasilnya tetap nihil. Dugaan gue cuma ada dua hal, antara yang ngelakuin hal itu te
“Apa dia marah?” tanya Lionel sesaat setelah Aura mematikan ponselnya.“Entahlah. Tapi aku tidak peduli!” balas Aura cuek. Pura-pura cuek lebih tepatnya, karena tidak bisa dipungkiri kalau Aura merasakan sedikit sentakan rasa bersalah di hatinya saat mendengar nada Axel yang khawatir padanya! ‘Abaikan saja, Aura! Jangan berpikir macam-macam! Lebih baik sekarang nikmati waktumu dengan Lionel, belum tentu ada kesempatan seperti ini lagi!’ batin Aura, berharap dengan begitu hatinya bisa sedikit lebih tenang.Namun sekuat apapun Aura mengabaikan Axel, hatinya masih merasa tidak nyaman meski Aura dapat menutupinya dengan baik di hadapan Lionel! Acara makan malam terasa menyenangkan. Obrolan mereka tidak ada habisnya, dari satu obrolan berlanjut ke obrolan lainnya. Dan saat dessert mulai dihidangkan, saat itu pula Lionel merasakan kegugupan menghantam hatinya.‘Now or never!’ batin Lionel meyakinkan hati, memperhatikan Aura tanpa berkedip.Aura menyendok tiramisu cake kesukaannya sedikit d
“Aku sudah resmi berkencan dengan Lionel,” beritahu Aura santai, berbeda jauh dengan Ji Hwan yang langsung terlonjak kaget, bahkan pria itu membola terkejut saat mendengar pemberitahuan Aura, menganggap Aura hanya sekedar bercanda untuk membalas godaan yang sering Ji Hwan berikan padanya. Godaan yang berhubungan dengan Lionel.“Apa kamu sedang mengerjaiku?” tanya Ji Hwan sambil memicingkan mata curiga.Aura menggeleng cepat.“Tentu saja tidak, Oppa! Kenapa kamu tidak percaya padaku? Apa aku perlu menghubungi Lionel agar kamu percaya?” tanya Aura sambil mengeluarkan ponselnya, hendak menelepon sang kekasih agar Ji Hwan percaya kalau Aura tidak mengada-ngada.Ya, setelah berpikir berulang kali, Aura memutuskan untuk mengatakan kebenarannya pada Ji Hwan, harusnya tidak masalah kan? Aura tidak ingin lagi membohongi managernya, cukup mengenai masalah Axel saja yang mengharuskan Aura berdusta!Aura tidak ingin menambah kebohongan lain, apalagi Ji Hwan dari dulu juga terlihat setuju dan mendu
Mereka tiba di apartemen dalam hening, tidak ada pembicaraan apapun lagi sejak tadi. Aura sibuk mengalihkan pikirannya agar tidak terus berkicau di depan Axel. Dan Axel pun sibuk berpikir tentang apa yang Aura ucapkan. Ucapan perpisahan yang akan terjadi.Kalimat ‘hanya tinggal menghitung hari’ membuat Axel sedikit cemas, sadar kalau sebentar lagi dirinya akan berjauhan dengan Aura. Tidak bisa melihatnya lagi setiap pagi atau malam sesaat sebelum tidur. Padahal Axel sudah terbiasa dengan kehadiran Aura! Axel menggeleng pelan, berharap dengan begitu pikirannya kembali normal. Tidak melulu memikirkan Aura, tapi gagal! Aura seolah sudah mengisi benak Axel tanpa dirinya sadari. Kebersamaan mereka selama ini membuat Axel terbiasa dan saat menyadari kalau Aura akan kembali ke rumahnya sendiri membuat Axel merasa kehilangan dan tidak rela.Aura masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. Pekerjaannya tidak terlalu sibuk hari ini, tapi tetap merasa lelah! Otaknya, tubuhnya, hati
Aura terbahak mendengar jawaban Min Young, cara efektif untuk menyembunyikan perasaan aneh yang merasuk ke dalam hatinya. Tidak menyangka kalau sahabatnya akan berdandan seheboh ini hanya karena seorang pria yang bernama Axel Xavier. Luar biasa! Apa pesona Axel memang sekuat itu? “Kenapa kamu tertawa?”“Maaf! Hanya saja aku tidak menyangka kalau seorang Axel bisa membuatmu berubah penampilan sampai sedrastis ini!” aku Aura setelah tawanya mereda.“Apa terlalu berlebihan?” tanya Min Young mulai cemas.“Well, menurutku memang sedikit berlebihan, tapi kamu tetap terlihat cantik kok!” ucap Aura cepat mencoba menenangkan sahabatnya, tapi sepertinya percuma karena Min Young malah mendesah lirih.“Pantas saja tadi dia melihatku seperti orang gila yang baru kabur dari rumah sakit jiwa!” keluh Min Young malu, sadar kalau dirinya memang sudah berlebihan. Ini sih Axel bukannya tergoda tapi malah akan melarikan diri! Kabur dengan langkah seribu!“Eh? Apa maksudmu?”“Sudahlah tidak perlu dibahas!
Beberapa menit sebelumnya…Axel membuka pintu penumpang dan turunlah seorang wanita bertubuh tinggi semampai yang langsung menggandengnya tanpa ragu. Malam ini Axel memutuskan untuk sedikit bersenang-senang setelah Aura memberinya waktu libur. Dan berkencan dengan wanita adalah hal yang sudah lama tidak dilakukan olehnya. Jadi sekarang Axel akan memanfaatkannya sebaik mungkin. Lagipula Axel perlu melakukan hal ini untuk menghapus nama dan wajah Aura dari benaknya. Entah kenapa akhir-akhir ini Axel selalu memanggil nama Aura meski tidak ada yang menjawab. Axel lupa kalau Aura sudah tidak tinggal di apartemennya lagi! Dan semenjak Aura pulang ke rumahnya sendiri, apartemen Axel terasa begitu sepi, senyap, seperti kuburan yang membuat hati Axel terasa kian hampa. Jadi daripada stress, lebih baik Axel bersenang-senang sejenak dengan wanita yang tidak sengaja ditemuinya di bar. Wanita yang bisa ditiduri tanpa harus memikirkan tanggung jawab!Axel masuk ke dalam restoran bergengsi yang men
Axel terbangun saat suara bising mengganggu tidurnya. Dengan malas Axel membuka mata, melihat sekeliling. Mencari tau apa yang membuat tidurnya terganggu. Ternyata suara alarm dari ponselnya sendiri. Alarm yang selalu Axel pasang untuk mengingatkan waktu sarapan Aura! Setiap hari. Dengan perasaan hampa Axel mematikan alarm. Pria itu menoleh dan menemukan Mary, teman kencannya semalam masih asyik terlelap, tidak terlihat terganggu dengan suara alarm ponselnya. Melihat itu membuat Axel teringat kembali dengan kejadian semalam. Tangan Axel terkepal erat saat teringat kalau Aura berkencan dengan Lionel. Hatinya terasa panas dibakar api cemburu. Tidak rela melihat Aura berduaan dengan Lionel! Apalagi Aura selalu tersenyum lebar di hadapan Lionel! Hal yang tidak pernah terjadi jika sedang bersama dengan Axel! Kurang ajar!Seketika Axel tertegun menyadari kata hatinya barusan.‘Cemburu? Apa benar aku cemburu? Tapi bagaimana mungkin? Bukankah aku tidak memiliki perasaan apapun pada Aura? Ata
Suasana terasa canggung. Setelah Axel menanyakan perasaan Aura terhadap Lionel, pertanyaan yang tidak terjawab, sejak itu pula mereka berdua hanya diam. Bingung membuka pembicaraan, seolah ada dinding tak kasat mata yang menghalangi mereka.Sejujurnya Axel merasa frustasi dengan keadaan ini, tapi sayang dirinya bingung untuk memulai pembicaraan. Axel masih butuh waktu untuk menyembuhkan hatinya yang sakit akibat jawaban Aura sebelumnya. ‘Kamu bukan siapa-siapa dan tidak memiliki hak untuk bertanya mengenai perasaanku!’Kalimat itu berputar terus menerus di dalam benak Axel dengan sangat jelas, enggan pergi lagi, seolah sedang mengejeknya! Kurang ajar!Kalimat yang membuat Axel mengambil langkah mundur secara teratur. ‘Kenapa lo bisa sebodoh ini, Axel? Bagaimana bisa lo jatuh cinta sama Aura? Wanita yang nggak punya perasaan apapun sama lo?’ batin Axel jengkel karena hatinya tidak bisa dikendalikan. Tidak bisa diajak kompromi hingga membuatnya sakit hati!Hingga tanpa sadar Axel terte
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j