Axel terbangun saat suara bising mengganggu tidurnya. Dengan malas Axel membuka mata, melihat sekeliling. Mencari tau apa yang membuat tidurnya terganggu. Ternyata suara alarm dari ponselnya sendiri. Alarm yang selalu Axel pasang untuk mengingatkan waktu sarapan Aura! Setiap hari. Dengan perasaan hampa Axel mematikan alarm. Pria itu menoleh dan menemukan Mary, teman kencannya semalam masih asyik terlelap, tidak terlihat terganggu dengan suara alarm ponselnya. Melihat itu membuat Axel teringat kembali dengan kejadian semalam. Tangan Axel terkepal erat saat teringat kalau Aura berkencan dengan Lionel. Hatinya terasa panas dibakar api cemburu. Tidak rela melihat Aura berduaan dengan Lionel! Apalagi Aura selalu tersenyum lebar di hadapan Lionel! Hal yang tidak pernah terjadi jika sedang bersama dengan Axel! Kurang ajar!Seketika Axel tertegun menyadari kata hatinya barusan.‘Cemburu? Apa benar aku cemburu? Tapi bagaimana mungkin? Bukankah aku tidak memiliki perasaan apapun pada Aura? Ata
Suasana terasa canggung. Setelah Axel menanyakan perasaan Aura terhadap Lionel, pertanyaan yang tidak terjawab, sejak itu pula mereka berdua hanya diam. Bingung membuka pembicaraan, seolah ada dinding tak kasat mata yang menghalangi mereka.Sejujurnya Axel merasa frustasi dengan keadaan ini, tapi sayang dirinya bingung untuk memulai pembicaraan. Axel masih butuh waktu untuk menyembuhkan hatinya yang sakit akibat jawaban Aura sebelumnya. ‘Kamu bukan siapa-siapa dan tidak memiliki hak untuk bertanya mengenai perasaanku!’Kalimat itu berputar terus menerus di dalam benak Axel dengan sangat jelas, enggan pergi lagi, seolah sedang mengejeknya! Kurang ajar!Kalimat yang membuat Axel mengambil langkah mundur secara teratur. ‘Kenapa lo bisa sebodoh ini, Axel? Bagaimana bisa lo jatuh cinta sama Aura? Wanita yang nggak punya perasaan apapun sama lo?’ batin Axel jengkel karena hatinya tidak bisa dikendalikan. Tidak bisa diajak kompromi hingga membuatnya sakit hati!Hingga tanpa sadar Axel terte
“Aku tidak menyangka kalau kamu akan mengundang seluruh orang dari agency kita,” ucap Aura membuka pembicaraan sambil menyeruput minumannya yang tentu saja non alkohol! Aura sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyentuh alkohol, terlebih jika sedang berada di tempat seperti ini. Tempat yang membuat setiap orang bisa menjadi lupa diri dan berubah menjadi ibliss!Tempat yang membuat setiap orang kehilangan akal sehat dan melakukan hal negative!“Ah ya, aku pikir sejak pertama kali bergabung di agency ini, aku sama sekali belum pernah menjamu rekan seprofesi kita dengan layak, jadi tidak ada salahnya melakukannya sekarang,” balas Sandara membuat Aura mengangguk paham.Aura sendiri pun belum pernah menjamu rekan satu agency nya seperti ini. Biasanya Aura hanya sekedar menyediakan food truck untuk mereka. Bukannya pelit, tapi karena Aura memang tidak berniat untuk membuat pesta seperti Sandara.Saat pesta penutupan konsernya pun itu ide Ji Hwan dan karena Aura merasa tidak enak
Aura bergerak gelisah sambil tangannya mengipasi wajah. Aura tidak tau apa yang salah dengan dirinya, padahal tadi Aura merasa kedinginan hingga bulu kuduknya meremang, tapi kenapa sekarang malah tubuhnya terasa panas? Apa AC nya mendadak mati? Tidak mungkin kan? Bar mewah seperti ini tidak mungkin mengalami kerusakan AC di tengah acara! Akan sangat memalukan jika itu sampai terjadi dan yang pasti bisa merusak reputasi bar ini! Jadi ada apa dengan tubuhnya?“Ae Ra-ya? Ada apa? Kenapa kamu terlihat gelisah seperti ini?” tanya Min Young heran saat melihat sahabatnya bergerak gelisah seperti cacing kepanasan! Tidak bisa diam!“Tidak apa, aku hanya merasa sedikit kepanasan,” balas Aura pelan, berusaha mengendalikan tubuhnya yang terasa semakin aneh!“Kepanasan? Apa tidak salah? Aku saja merasa kedinginan! Lihatlah bulu kudukku sampai meremang begini!” ucap Min Young sambil menunjukkan tangan kirinya yang memang sedang merinding kedinginan!“Entahlah, aku tidak tau kenapa tiba-tiba bisa ke
Axel mengedarkan pandangan dengan hati kacau balau. Rasa cemas, takut, bersalah, semuanya campur aduk! Sejak tadi Axel sudah berkeliling mencari hampir ke semua sudut, tapi tidak terlihat jejak Aura sama sekali. Toilet nihil. Ruangan VIP nihil. Area dance floor nihil. Bar nihil. Semuanya nihil!‘Astaga kamu dimana, Aura?!’ sentak Axel sambil menyugar rambutnya frustasi.Lagi, untuk kesekian kalinya Axel mengedarkan pandangan, berharap usahanya dapat membuahkan hasil hingga matanya tertumbuk pada satu sosok yang terlihat familiar namun dalam keadaan lunglai, dengan pria asing. Itu Aura! Ya Tuhan!“Shitttt!” Lagi, umpatan keluar dari bibir Axel, sadar kalau pria yang sedang memapah Aura ingin berbuat jahat. Entah atas suruhan seseorang atau karena keinginan sendiri. Axel tidak peduli, sekarang yang penting harus menangkapnya lebih dulu. Mencegah Aura jatuh ke tangan pria itu! Hanya Axel yang bisa mencicipi tubuh Aura! Pria lain tidak boleh melakukannya atau Axel akan mematahkan setiap
Axel memposisikan diri, menuntun ju-ni-ornya agar masuk ke dalam milik Aura. Desahan pelan terdengar dari bibir Aura. Dengan sabar Axel menekan sang ju-ni-or agar menyatu sepenuhnya dengan milik Aura. Bukan hal yang mudah meski tidak sesulit awal karena milik Aura masih sempit! Belum terbiasa melahap batang seorang pria!“Arghh!” Aura merintih dengan mata terpejam, kukunya mencengkeram bahu Axel membuat pria itu sedikit meringis perih. “Sakit?” tanya Axel pelan yang dijawab gelengan Aura, tanpa kata.Axel masuk kian dalam. Mentok hingga ke dasar. Pria itu berhenti sejenak, memberi waktu pada Aura setelah ju-ni-ornya tenggelam sepenuhnya. Axel menatap Aura, meyakinkah diri kalau wanita itu tidak kesakitan. “Aku akan melakukannya sekarang. Katakan padaku jika kamu merasa tidak nyaman,” bisik Axel, tidak ingin menjadi pria yang egois. Axel ingin Aura juga menikmati percintaan mereka malam ini. Axel tidak ingin menyakiti wanita yang dicintainya.Aura tidak menjawab, hanya mengangguk. S
Axel terbangun dan menemukan Aura yang masih asyik terlelap di dalam pelukannya. Pulas seperti bayi kecil. Seulas senyum tersungging di wajah Axel. Tangannya menyentuh pipi Aura membuat wanita itu bergerak sedikit namun tidak terbangun, mungkin masih merasa lelah setelah Axel mengerjainya berjam-jam semalam.Tidak heran kalau Aura masih ingin beristirahat. Axel sadar kalau justru semalam dirinya yang lepas kendali karena enggan melepaskan Aura di saat wanita itu sudah lemas. Padahal yang diberi obat perang-sang adalah Aura, tapi kenapa Axel yang seperti orang kese-tanan dan tidak ingin berhenti? Keterlaluan memang!Dirinya masih lanjut menggauli Aura meski wanita itu sudah menyerah kalah menghadapi gempuran ju-ni-ornya! Sudah gilakah dirinya? Sepertinya sudah! Dan itu semua karena Aura! Pengaruh wanita itu terhadap Axel terasa begitu kuat! Tidak heran kalau Axel tidak bisa melepaskan diri. Sepertinya Axel sudah terjerat di dalam jaring laba-laba milik Aura tanpa dirinya sadari!“Sebe
Dua puluh menit kemudian…Aura keluar dari kamar Axel dengan tubuh berbalut kimono handuk, pemberian pria itu. Sejak dirinya pindah beberapa hari yang lalu, praktis semua pakaian miliknya sudah tidak ada lagi di sini. Jika masih ada, Aura tidak akan pusing. Untungnya Axel memiliki jubah mandi ini! Kalau tidak, masa iya Aura harus mengenakan pakaian Axel? Rasanya risih!Aura meletakkan nampan sarapan yang dibuatkan oleh Axel tadi. Omelette. Kesukaan pria itu. Terkadang Aura heran apakah Axel tidak bosan menyantap omelette setiap hari? Sudahlah, lagipula bukan urusan Aura juga!“Thanks untuk sarapannya.”“Sama-sama, Nona.”Aura masuk ke kamar Axel, mencari tasnya. Tidak lama kemudian dirinya kembali keluar dengan sebotol obat di tangan. Entah obat apa.“Itu obat apa, Nona?” tanya Axel menyuarakan rasa penasarannya dengan kening berkerut, baru kali ini rasanya Axel melihat Aura minum obat. Biasanya wanita itu tidak pernah meminum apapun setelah sarapan.“Pil pencegah kehamilan,” jawab Aur
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j