Axel memposisikan diri, menuntun ju-ni-ornya agar masuk ke dalam milik Aura. Desahan pelan terdengar dari bibir Aura. Dengan sabar Axel menekan sang ju-ni-or agar menyatu sepenuhnya dengan milik Aura. Bukan hal yang mudah meski tidak sesulit awal karena milik Aura masih sempit! Belum terbiasa melahap batang seorang pria!“Arghh!” Aura merintih dengan mata terpejam, kukunya mencengkeram bahu Axel membuat pria itu sedikit meringis perih. “Sakit?” tanya Axel pelan yang dijawab gelengan Aura, tanpa kata.Axel masuk kian dalam. Mentok hingga ke dasar. Pria itu berhenti sejenak, memberi waktu pada Aura setelah ju-ni-ornya tenggelam sepenuhnya. Axel menatap Aura, meyakinkah diri kalau wanita itu tidak kesakitan. “Aku akan melakukannya sekarang. Katakan padaku jika kamu merasa tidak nyaman,” bisik Axel, tidak ingin menjadi pria yang egois. Axel ingin Aura juga menikmati percintaan mereka malam ini. Axel tidak ingin menyakiti wanita yang dicintainya.Aura tidak menjawab, hanya mengangguk. S
Axel terbangun dan menemukan Aura yang masih asyik terlelap di dalam pelukannya. Pulas seperti bayi kecil. Seulas senyum tersungging di wajah Axel. Tangannya menyentuh pipi Aura membuat wanita itu bergerak sedikit namun tidak terbangun, mungkin masih merasa lelah setelah Axel mengerjainya berjam-jam semalam.Tidak heran kalau Aura masih ingin beristirahat. Axel sadar kalau justru semalam dirinya yang lepas kendali karena enggan melepaskan Aura di saat wanita itu sudah lemas. Padahal yang diberi obat perang-sang adalah Aura, tapi kenapa Axel yang seperti orang kese-tanan dan tidak ingin berhenti? Keterlaluan memang!Dirinya masih lanjut menggauli Aura meski wanita itu sudah menyerah kalah menghadapi gempuran ju-ni-ornya! Sudah gilakah dirinya? Sepertinya sudah! Dan itu semua karena Aura! Pengaruh wanita itu terhadap Axel terasa begitu kuat! Tidak heran kalau Axel tidak bisa melepaskan diri. Sepertinya Axel sudah terjerat di dalam jaring laba-laba milik Aura tanpa dirinya sadari!“Sebe
Dua puluh menit kemudian…Aura keluar dari kamar Axel dengan tubuh berbalut kimono handuk, pemberian pria itu. Sejak dirinya pindah beberapa hari yang lalu, praktis semua pakaian miliknya sudah tidak ada lagi di sini. Jika masih ada, Aura tidak akan pusing. Untungnya Axel memiliki jubah mandi ini! Kalau tidak, masa iya Aura harus mengenakan pakaian Axel? Rasanya risih!Aura meletakkan nampan sarapan yang dibuatkan oleh Axel tadi. Omelette. Kesukaan pria itu. Terkadang Aura heran apakah Axel tidak bosan menyantap omelette setiap hari? Sudahlah, lagipula bukan urusan Aura juga!“Thanks untuk sarapannya.”“Sama-sama, Nona.”Aura masuk ke kamar Axel, mencari tasnya. Tidak lama kemudian dirinya kembali keluar dengan sebotol obat di tangan. Entah obat apa.“Itu obat apa, Nona?” tanya Axel menyuarakan rasa penasarannya dengan kening berkerut, baru kali ini rasanya Axel melihat Aura minum obat. Biasanya wanita itu tidak pernah meminum apapun setelah sarapan.“Pil pencegah kehamilan,” jawab Aur
Ponsel berdering yang langsung diangkat dengan tidak sabar oleh wanita yang memang gelisah menunggu telepon dari orang bayarannya.“Bagaimana?”“Saya sudah mendapatkan fotonya, Nona!”“Benarkah?” “Ya! Pria itu membawa nona Ae Ra ke apartemen dan tidak keluar lagi semalam suntuk. Baru pagi ini dia keluar dengan pakaian santai!” lapor seorang pria, rekan dari kawannya yang tertangkap basah kemarin oleh Axel dan sedang disandera oleh Damian, anak buah Charles Xavier.“Jadi benar mereka bermalam bersama?”“Benar, Nona!”“Berarti mereka pasti melakukan hubungan itu!”“Tentu saja, Nona. Dengan dosis obat yang dicampurkan ke dalam minuman, tidak mungkin mereka tidak melakukan hubungan itu! Apalagi semalam saya lihat sendiri betapa buasnya nona Ae Ra saat menggoda pria itu di dalam lift!” kekeh sang informan.“Bagus. Kirimkan fotonya padaku sekarang!”“Baik, Nona.”“Lalu bagaimana dengan rekanmu itu?” “Sampai saat ini saya belum menemukan jejaknya, Nona.”Ya, semalam saat hampir tiba di park
Axel menatap pria yang terlihat mengenaskan di depannya, pria itu duduk di kursi dengan tangan dan tubuh terikat kencang, bahkan Axel khawatir saking kencangnya bisa saja aliran darah tidak dapat mengalir dengan baik! Tapi siapa yang peduli?“Siapa namamu?”Pria itu tetap bungkam, tatapan matanya terlihat penuh amarah. Mungkin masih merasa dongkol karena Axel menggagalkan rencananya untuk menikmati tubuh Aura dan malah harus disekap di tempat kotor ini! Kurang ajar!“Tidak mau bicara? Ternyata masih bertingkah!” sinis Axel. Pria itu mengamuk tapi percuma, bahkan tindakannya membuat Axel terbahak.“Kita lihat apa setelah ini kamu masih bisa bertingkah atau tidak!”Tangan Axel terulur, meminta ponsel pada Damian dan langsung menunjukkan sebuah foto. Seorang wanita muda dan anak kecil yang tampak lucu dengan pipi tembamnya.Wajah pria itu sontak memucat saat melihat foto istri dan anaknya sendiri!“Apa yang kamu lakukan? Jangan sakiti mereka!” ucap pria itu histeris, semakin marah.“Terg
Aura mengedarkan pandangan ke sekeliling café, mencari keberadaan Max dan istrinya. Rencana mereka yang awalnya ingin bertemu sebelum pesta Sandara terpaksa ditunda karena Aura mendadak ada urusan, untungnya sekarang Aura bisa menepati janjinya!“Max!” panggil Aura riang dan berjalan mendekati meja dimana ada sepasang suami istri sedang berbincang santai, tampak mesra membuat Aura iri!“Nona!” Aura mengibaskan tangan dan berdecak pelan, pura-pura mengomel.“Jangan memanggilku nona. Panggil saja namaku seperti yang lain. Lagipula kita bertemu untuk bersantai, Max. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan!” balas Aura membuat Max tersenyum dan mengangguk pelan, menyetujui permintaan mantan bossnya.Lagipula usia Aura jauh lebih muda darinya, jadi tidak ada salahnya Max mengikuti permintaan Aura. Aura saja terlihat santai memanggil Max tanpa embel-embel lain, meski sejak awal itu memang keinginan Max sendiri. “Baiklah. Oh ya perkenalkan ini Lisa, istri saya, salah satu fans setia dari seor
“Apa yang akan anda katakan pada Ji Hwan nanti, Nona?” tanya Axel, tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Ikut merasa frustasi dan bersalah melihat kegelisahan Aura.“Entahlah. Aku tidak tau. Aku bingung!” keluh Aura frustasi.Ya, Aura tidak tau harus mengatakan apa pada Ji Hwan? Mengakui kalau dirinya tinggal bersama dengan Axel selama 3 bulan? Tapi apa alasannya? Tinggal bersama pasti ada alasannya kan? Tidak mungkin diputuskan secara tiba-tiba! Dan Ji Hwan pasti akan mencecarnya! Mencari tau apa alasan yang mendasari keputusan Aura! “Oppa!” panggil Aura setelah dirinya tiba di kantor dan bergegas masuk ke dalam ruangan Ji Hwan, bahkan saking tergesanya Aura sampai tidak mengetuk pintu! Mengabaikan norma kesopanan yang berlaku.“Jelaskan padaku yang sejujurnya, Park Ae Ra! Aku tidak ingin mendengar kebohongan apapun lagi dari bibirmu itu. Jika kamu ingin kariermu selamat, lebih baik beritahu aku kebenarannya sekarang juga!” geram Ji Hwan.Aura menimbang-nimbang, memikirkan se
Lionel menatap nanar pada ponsel di tangannya. Berita mengenai Aura dan Axel. Tinggal bersama? Liburan berdua? Bagaimana mungkin? Itu hal yang mustahil kan? Aura tidak mungkin berkencan dengan bodyguardnya sendiri! Dan bukankah Axel juga sudah memiliki kekasih? Wanita pirang yang di restoran waktu itu? Semoga saja ini semua hanya sekedar gossip yang tidak berdasar! Itulah harapan Lionel.Hingga tanpa dapat dicegah ingatan Lionel kembali ke saat Axel bersikap begitu protektif pada Aura. Membuat keyakinan Lionel memudar sedikit demi sedikit dan musnah seluruhnya! Apa mereka memiliki hubungan khusus? Tapi bukankah Aura kekasihnya? Lionel menatap cincin berlian di tangannya dengan perasaan campur aduk. Rencana untuk melamar Aura terpaksa harus ditunda! Lionel harus meminta penjelasan pada Aura secepatnya. Lionel tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka!Tidak heran kalau dirinya yang semula berada di Jeju untuk urusan pekerjaan langsung mengambil penerbangan pertama menuju Seoul
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j