Axel menatap pria yang terlihat mengenaskan di depannya, pria itu duduk di kursi dengan tangan dan tubuh terikat kencang, bahkan Axel khawatir saking kencangnya bisa saja aliran darah tidak dapat mengalir dengan baik! Tapi siapa yang peduli?“Siapa namamu?”Pria itu tetap bungkam, tatapan matanya terlihat penuh amarah. Mungkin masih merasa dongkol karena Axel menggagalkan rencananya untuk menikmati tubuh Aura dan malah harus disekap di tempat kotor ini! Kurang ajar!“Tidak mau bicara? Ternyata masih bertingkah!” sinis Axel. Pria itu mengamuk tapi percuma, bahkan tindakannya membuat Axel terbahak.“Kita lihat apa setelah ini kamu masih bisa bertingkah atau tidak!”Tangan Axel terulur, meminta ponsel pada Damian dan langsung menunjukkan sebuah foto. Seorang wanita muda dan anak kecil yang tampak lucu dengan pipi tembamnya.Wajah pria itu sontak memucat saat melihat foto istri dan anaknya sendiri!“Apa yang kamu lakukan? Jangan sakiti mereka!” ucap pria itu histeris, semakin marah.“Terg
Aura mengedarkan pandangan ke sekeliling café, mencari keberadaan Max dan istrinya. Rencana mereka yang awalnya ingin bertemu sebelum pesta Sandara terpaksa ditunda karena Aura mendadak ada urusan, untungnya sekarang Aura bisa menepati janjinya!“Max!” panggil Aura riang dan berjalan mendekati meja dimana ada sepasang suami istri sedang berbincang santai, tampak mesra membuat Aura iri!“Nona!” Aura mengibaskan tangan dan berdecak pelan, pura-pura mengomel.“Jangan memanggilku nona. Panggil saja namaku seperti yang lain. Lagipula kita bertemu untuk bersantai, Max. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan!” balas Aura membuat Max tersenyum dan mengangguk pelan, menyetujui permintaan mantan bossnya.Lagipula usia Aura jauh lebih muda darinya, jadi tidak ada salahnya Max mengikuti permintaan Aura. Aura saja terlihat santai memanggil Max tanpa embel-embel lain, meski sejak awal itu memang keinginan Max sendiri. “Baiklah. Oh ya perkenalkan ini Lisa, istri saya, salah satu fans setia dari seor
“Apa yang akan anda katakan pada Ji Hwan nanti, Nona?” tanya Axel, tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Ikut merasa frustasi dan bersalah melihat kegelisahan Aura.“Entahlah. Aku tidak tau. Aku bingung!” keluh Aura frustasi.Ya, Aura tidak tau harus mengatakan apa pada Ji Hwan? Mengakui kalau dirinya tinggal bersama dengan Axel selama 3 bulan? Tapi apa alasannya? Tinggal bersama pasti ada alasannya kan? Tidak mungkin diputuskan secara tiba-tiba! Dan Ji Hwan pasti akan mencecarnya! Mencari tau apa alasan yang mendasari keputusan Aura! “Oppa!” panggil Aura setelah dirinya tiba di kantor dan bergegas masuk ke dalam ruangan Ji Hwan, bahkan saking tergesanya Aura sampai tidak mengetuk pintu! Mengabaikan norma kesopanan yang berlaku.“Jelaskan padaku yang sejujurnya, Park Ae Ra! Aku tidak ingin mendengar kebohongan apapun lagi dari bibirmu itu. Jika kamu ingin kariermu selamat, lebih baik beritahu aku kebenarannya sekarang juga!” geram Ji Hwan.Aura menimbang-nimbang, memikirkan se
Lionel menatap nanar pada ponsel di tangannya. Berita mengenai Aura dan Axel. Tinggal bersama? Liburan berdua? Bagaimana mungkin? Itu hal yang mustahil kan? Aura tidak mungkin berkencan dengan bodyguardnya sendiri! Dan bukankah Axel juga sudah memiliki kekasih? Wanita pirang yang di restoran waktu itu? Semoga saja ini semua hanya sekedar gossip yang tidak berdasar! Itulah harapan Lionel.Hingga tanpa dapat dicegah ingatan Lionel kembali ke saat Axel bersikap begitu protektif pada Aura. Membuat keyakinan Lionel memudar sedikit demi sedikit dan musnah seluruhnya! Apa mereka memiliki hubungan khusus? Tapi bukankah Aura kekasihnya? Lionel menatap cincin berlian di tangannya dengan perasaan campur aduk. Rencana untuk melamar Aura terpaksa harus ditunda! Lionel harus meminta penjelasan pada Aura secepatnya. Lionel tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka!Tidak heran kalau dirinya yang semula berada di Jeju untuk urusan pekerjaan langsung mengambil penerbangan pertama menuju Seoul
Charles mendesah lelah, sudah sebulan berlalu sejak berita yang melibatkan Axel mencuat. Untung Damian rutin memberinya laporan setiap hari, setidaknya Charles tidak ketinggalan berita mengenai putra tunggalnya yang nakal itu.Meski awalnya Charles merasa kesal karena Axel melakukan hal yang bisa menimbulkan resiko, menyekap dan mengancam orang lain hanya untuk mengorek informasi mengenai Aura, tapi Charles tidak memiliki kesempatan untuk memarahi Axel karena anak itu selalu menghindar darinya dengan seribu macam alasan!Hah! Andai orang itu lapor polisi, pasti akan jadi masalah besar yang bisa menyeret nama keluarga Xavier! Namun untungnya kekhawatiran Charles tidak terjadi. Syukurlah!“Bagaimana?” tanya Charles saat Benny masuk ke ruangannya. Siap memberi laporan.“Sejauh ini tidak ada masalah, Tuan. Semuanya hampir kembali normal meski tetap ada beberapa orang yang menghujat tuan muda Axel,” lapor Benny.Ya, sebagai asisten pribadi Charles dan orang yang sudah mengabdikan diri sejak
Aura merasa hawa dingin merasuk ke tubuhnya, bahkan sampai ke tulang. Otaknya berpikir keras, menghitung dalam hati dengan cermat. Namun meski sudah menghitung berulang kali, jawabannya tetap sama. Tamu bulanannya belum datang juga meski sudah terlambat tiga minggu dari jadwal yang seharusnya. Ya Tuhan!Kenapa Aura tidak sadar kalau dirinya sudah terlambat datang bulan selama itu? Kenapa Aura tidak sadar kalau sudah lama dirinya tidak memerlukan pembalut?Kenapa Aura tidak sadar kalau ada perubahan yang begitu signifikan pada tubuhnya?Rasa panik menjalar ke hatinya, sadar kalau kemungkinan yang paling ingin dihindarinya justru kemungkinan besar terjadi! Dengan tergesa Aura mengambil testpack yang pernah dibelinya saat pertama kali dulu. Testpack yang belum pernah Aura pakai. Testpack yang menentukan masa depan dan karier Aura. Testpack yang akan memberi jawaban atas kegelisahan hati Aura.Aura membaca aturan pakai dengan cermat, melakukannya sesuai instruksi dan menunggu dengan ha
Axel memegang testpack berbentuk strip di tangannya dengan erat. Perasaannya campur aduk, terlebih lagi saat melihat garis dua yang tercetak sangat jelas di sana! Rasa bahagia menghampiri hati Axel, bahagia karena sebentar lagi dirinya akan resmi menjadi seorang papa! Axel akan memiliki anak! Entah putri yang cantik seperti Aura atau putra yang tampan seperti dirinya?Rasa kesal juga hinggap di da-danya, kesal karena Aura menutupi hal sepenting ini dari Axel. Bukankah seharusnya Axel menjadi orang pertama yang mengetahui kehamilan Aura? Karena dirinya lah yang menabur benih di rahim Aura!Rasa girang juga ikut menghampiri, girang karena Axel sadar kalau bubur yang dibelinya barusan bisa jadi adalah moment ngidam pertama yang dialami oleh Aura! Dan Axel yang membelikannya! Bukan orang lain! Yesss!Dengan tidak sabar Axel berderap masuk ke dalam rumah Aura, jantungnya berdentum kencang. Rasa kaget, bahagia, kesal, marah dan entah apalagi campur aduk di da-danya. Bagaimana bisa Aura menu
Beda halnya dengan Aura yang mendesah lega, tenang karena doanya terkabul. Mendengar pertanyaan Lionel barusan membuat Aura yakin kalau pria itu memang tidak mendengar pembicaraannya dengan Axel. Syukurlah!Lagi, Axel mengepalkan tangan dengan erat, berusaha keras untuk mengendalikan diri agar tidak melayangkan tinjunya ke wajah Lionel. Kesal karena pembicaraan pentingnya dengan Aura harus terinterupsi! Tidak tau kah pria itu kalau dirinya dan Aura sedang membicarakan hal yang sangat penting? Menyangkut nyawa bayi mereka!Tidak! Tentu saja Lionel tidak tau dan Axel juga tidak berniat untuk memberitahunya! “Lio…”Lionel memberi isyarat agar Aura berhenti bicara. Tatapan mata Lionel tertuju pada Axel. Terlihat begitu tajam, tidak suka. Campuran antara rasa benci, kesal dan cemburu!“Apa yang kamu lakukan di kamar Aura? Apa seorang bodyguard layak untuk masuk ke dalam kamar bossnya?” sindir Lionel membuat Axel menggertakkan rahang saat mendengar ucapan pria itu. Merasa marah.Lionel tida
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j