Lionel menatap cincin berlian yang telah dibelinya sejak beberapa waktu lalu dengan wajah sendu. Tidak menduga kalau cincin ini akan ditolak oleh pemiliknya bahkan sebelum Lionel sempat mengatakan niatnya! Terdengar menyedihkan? Tapi memang itulah kenyataan pahit yang harus diterimanya!“Bagaimana kamu bisa memutuskan hubungan kita seperti ini, Aura?” lirih Lionel pedih.Mengakhiri hubungannya dengan Aura? Lionel tidak mau! Tapi dirinya juga tidak mungkin memaksa Aura dalam kondisi seperti ini. Meski rasa kecewa masih begitu pekat dirasakannya, tapi Lionel masih mencintai Aura! Ya Tuhan, kenapa mereka harus mengalami cobaan seperti ini? Apa salahnya? Lionel menyugar rambutnya dengan kesal. Otaknya penuh.Padahal hubungannya dengan Aura baru berjalan sebentar, tapi ternyata masalah tidak bosan menghampiri. Apa karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing hingga bisa menimbulkan celah seperti ini? Tidak bisa dipungkiri kalau Lionel sibuk dengan kegiatannya sebagai model ik
Aura berguling gelisah di atas ranjang. Tidak bisa tidur. Padahal tadi Aura sudah tertidur pulas tapi entah kenapa sekarang malah terbangun dan tidak bisa tidur lagi! Otaknya malah beralih memikirkan Axel! Kacau!Sikap dan perhatian Axel yang begitu berbeda membuat Aura gelisah! Bagai anak remaja yang sedang mengalami cinta pertama atau cinta monyet! “Duh! Kenapa jadi nggak bisa tidur sih?!” sungut Aura kesal sendiri.Tanpa dapat dicegah otak Aura memutar perbincangannya dengan Axel tadi. Mengenai omelette dan teringat akan raut wajah pria itu saat sedang membicarakan almarhumah mamanya. Terlihat begitu sendu, tanda kalau Axel sangat menyayangi mamanya. Hal yang tidak pernah Aura duga sebelumnya.Well, hal yang cukup aneh bagi Aura karena selama ini dirinya melihat Axel sebagai sosok pria yang breng-sek dan menyebalkan. Bukan penuh cinta kasih seperti yang akhir-akhir ini terjadi! Tapi sekarang Aura sadar kalau Axel tidak seburuk yang dipikirkannya.Dan lagi, ingatan Aura terbang ke h
Sementara itu Clay yang sejak tadi sudah keluar dari apartemen Axel, sibuk menjalankan misi. Dirinya sudah dalam misi pengintaian sejak tadi. Pekerjaan yang paling disukainya. Clay bersiul saat mendapati target yang ditunggunya muncul! ‘Okay, saatnya beraksi!’ Dengan luwes Clay mengikuti mobil Min Young, hendak mendekati wanita itu tanpa kentara. Clay tidak boleh gegabah, harus santai tapi pasti. Pelan tapi menghanyutkan. Itulah jurus yang harus dilancarkan untuk menggaet wanita licik macam Min Young! Dan Clay memang seolah memiliki jurus sendiri hingga Min Young dengan mudah masuk ke dalam jebakan pria itu. Hanya perlu waktu 1x24 jam dan Min Young sudah berada di dalam genggaman tangan Clay! Selesai memberi perintah pada Damian, Axel langsung melesat ke rumah Aura. Tidak peduli meski hari masih pagi. Axel sudah tidak sabar ingin bertemu Aura!Aura keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi, terlihat jelas ingin pergi.“Kamu mau kemana, Aura?” tanya Axel dengan kening berkerut.Sejak
Min Young bersiul riang. Raut wajahnya terlihat gembira. Suasana hatinya sangat baik akhir-akhir ini. Apa alasannya? Tentu saja karena dirinya berhasil menjatuhkan Aura sesuai rencananya! Berhasil membuat karier wanita itu hancur lebur! Belum lagi dengan banyaknya tawaran iklan yang masuk untuk menggantikan Aura ditambah tawaran tampil di acara musik yang awalnya harus dihadiri Aura. Min Young masih asyik bersenandung saat masuk ke ruangannya dan heran melihat Angela berada di ruangannya. Aneh! Padahal mereka tidak dekat, tapi kenapa Angela sepagi ini sudah berada di ruangannya? Ada perlu apa?“Morning! Sepertinya suasana hatimu dalam keadaan ceria!” sapa Angela, entah kenapa di telinga Min Young ucapan Angela terkesan mengejek membuatnya curiga!“Bukankah kita harus menjalani hari dengan ceria?” balas Min Young cuek.“Begitukah? Bukan karena kamu sedang bahagia telah berhasil menjebak Ae Ra?” tanya Angela santai membuat Min Young menatapnya tajam.“Apa maksudmu? Aku tidak paham!” el
Wajah Aura merah padam mendengar pertanyaan dokter, belum lagi dengan tingkah suster yang terlihat jelas tidak sabar ingin mendengar jawaban Aura. Kurang ajar!“Saya rasa sebagai dokter anda tidak memiliki hak untuk bertanya hal seperti itu pada salah satu pasien anda. Bukankah itu tidak sopan? Tidak heran kalau sekarang saya meragukan kredibilitas dan profesionalisme anda sebagai dokter!” balas Aura datar tapi menusuk membuat wajah sang dokter memerah, entah karena malu atau marah? Aura tidak peduli! Siapa suruh menanyakan hal seperti itu pada Aura? Bukankah itu melanggar privacy? Apalagi Aura merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu!‘Aku bersumpah tidak akan mau menemui dokter itu lagi!’ batin Aura penuh tekad.Aura keluar dari rumah sakit dengan seluruh pandangan mata tertuju padanya. Sadar kalau kehadirannya sudah diketahui, mungkin karena panggilan suster tadi yang melengking nyaring meski tidak menggunakan toa! Tindakan yang membuat Aura sangat tidak nyaman! Padahal dirinya du
Benny terhenyak mendengar ketegasan dari nada suara tuan besarnya. Tak urung hati kecil Benny bertanya-tanya. Apa bisa semudah itu? Mungkinkah?“Bagaimana kalau tuan muda Axel tetap bersikeras hendak mempertahankan nona Aura? Apa yang akan anda lakukan, Tuan?” tanya Benny mengutarakan pemikirannya. Ya, dipikirkan dari segi manapun bukanlah hal yang mudah jika ingin memisahkan kedua insan yang sudah terlanjur jatuh cinta kan? Apapun bisa mereka lakukan atas nama cinta!Terlebih lagi sudah ada calon bayi di antara mereka! Benny tidak yakin tuan mudanya bisa melepaskan Aura semudah itu! Mengingat baru pertama kali dirinya melihat Axel bertindak seperti ini. Perhatian dengan seorang wanita maksudnya.Charles tercenung mendengar pertanyaan Benny, menyadari kalau apa yang dikhawatirkan oleh asisten pribadinya itu memang mungkin terjadi, terlebih lagi putranya keras kepala! Tapi tidak, Charles tidak boleh kalah dari putranya sendiri. Apalagi ini dilakukan untuk kebaikan Axel dan keluarga Xav
Angela masuk ke ruangan Min Young tanpa mengetuk pintu membuat wanita itu dongkol setengah mati. Terlihat semena-mena mentang-mentang sudah memegang rahasianya!“Halo, Sister!” sapa Angela dengan wajah culas.“Ada perlu apa?” tanya Min Young dingin. Enggan berbasa basi.“Kenapa harus seketus itu? Bukankah sekarang kita adalah sekutu?” tanya Angela genit, tidak terlihat tersinggung dengan sikap Min Young, malah sengaja menggoda agar lawan bicaranya dongkol!“Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni ocehanmu! Sekarang cepat katakan apa maksud kedatanganmu?”“Tentu saja untuk meminta sesuatu pada ibu periku!” “Dan apa permintaanmu?” tanya Min Young dengan jantung berdebar, takut Angela meminta hal yang tidak masuk akal!“Mudah kok, aku hanya ingin kamu membujuk produser dan sutradara yang kamu kenal agar memberiku peran utama!”“What? Bagaimana bisa aku membujuk mereka? Mereka pasti memiliki standard penilaian dan syarat sendiri untuk memilih aktris yang akan berperan di film yang sed
“Astaga, Nona! Apa yang terjadi?” tanya bibi Choi cemas saat melihat baju Aura yang kotor dan berbau busuk!“Tolong buang mantelku itu, Bi,” balas Aura tanpa menjawab pertanyaan bibi Choi.“Baik, Nona.”Aura masuk ke kamar dan membersihkan diri. Menumpahkan tangisnya di sana, bersamaan dengan air yang mengalir turun mengaburkan air matanya. Cukup lama Aura mengurung diri di dalam kamar mandi. Bahkan Axel yang terpaksa harus mandi di rumah Aura pun heran, untung Axel selalu menyiapkan baju cadangan di mobil Aura!Aura keluar kamar dengan mata sembap, tanda kalau wanita itu baru saja menangis. Axel ingin menghiburnya namun bingung bagaimana cara melakukannya? Ini pertama kalinya Axel merasakan hal yang berbeda pada seorang wanita, jadi dirinya takut salah langkah!Aura menghubungi Ji Hwan, memutuskan untuk menyelesaikan segala kekacauan ini secepat mungkin. Aura tidak tahan lagi, lebih baik mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia entertainment secepat mungkin! Lebih cepat lebih baik!
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j