Ji Hwan terpaku saat menyadari kedatangan Aura. Wanita itu terlihat jauh lebih menyedihkan dari sebelumnya. Berat badannya menyusut, meski Aura berusaha menutupinya dengan senyum, tapi Ji Hwan menyadari kalau Aura begitu sedih. Dirinya tidak bisa dibodohi semudah itu! Ji Hwan sudah bertahun-tahun mengenal Aura! Tanpa dapat dicegah Ji Hwan langsung memeluk Aura, menyalurkan dukungan. Axel yang melihat hal itu rasanya ingin segera menyeret Ji Hwan menjauh, tapi untung akal sehat Axel masih berfungsi dengan baik, tidak ingin memperkeruh suasana. Axel sadar kalau pelukan Ji Hwan hanya sekedar pelukan dari kakak ke adiknya, bukan dari pria ke wanita. Setidaknya Axel masih bisa memberikan toleransi! Beda halnya dengan Lionel Kim!“Lakukan apa yang harus kamu lakukan, jangan pikirkan hal lain, okay? Konferensi pers ini dilakukan untuk menjelaskan semua kejadian yang sebenarnya, jangan pedulikan tanggapan orang di luar sana. Paham?” ucap Ji Hwan lembut.“Paham, Oppa. Kamu tenang saja.”“Good!
Para wartawan yang melihat interaksi antara Aura dengan Axel kembali berlomba-lomba mengajukan pertanyaan. Penasaran akan hubungan mereka, apalagi mereka berdua terlihat begitu nyaman satu sama lain seperti sudah mengenal lama! Ji Hwan yang juga melihat hal itu seketika paham kepada siapa hati Aura berlabuh. Axel, entah sejak kapan pria itu berhasil merebut hati Aura! ‘Kasihan Lionel, padahal aku tau kalau dia tulus mencintai Aura,’ gumam Ji Hwan.Tapi Ji Hwan tidak bisa menyalahkan siapapun. Masalah perasaan tidak bisa diatur kan?Lionel yang juga melihat hal itu memejamkan mata. Lagi, hatinya terasa perih. Aura terlihat begitu percaya dan nyaman pada Axel. Hal yang belum pernah dirasakan Lionel!Beberapa kali berkencan, Lionel menyadari kalau Aura masih sering bersikap canggung padanya. Hanya sekedar kesopanan, itulah yang dilakukan Aura. Sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan interaksi antara Axel dengan Aura barusan.“Apa kalian memiliki hubungan khusus?”“Apa benar yang te
Axel memberi kode pada Damian dan suara pengakuan madam Cha mengenai apa yang dilakukan Min Young pada akhirnya terungkap. Dengungan tidak percaya muncul dari setiap orang. Meski mereka belum tau siapa yang sedang berbicara di rekaman itu.Axel memberi kode membuat Damian menghentikan rekaman suara tersebut.“Apa kalian bisa menebak suara siapa itu?” Tidak ada yang menjawab. Semua orang sibuk berpikir. Sibuk menerka-nerka. Mereka merasa familiar dengan suara itu, tapi belum bisa mengingat siapa. Terlalu banyak nama yang berseliweran di benak mereka. Itulah kelemahan wartawan, terlalu banyak berkomunikasi dengan orang jadi tidak bisa mengingat nama satu persatu.“Apa kalian benar-benar tidak tau suara siapa ini?”“Tidak!” Jawaban yang terdengar kompak seperti koor alias paduan suara!“Baiklah, saya juga tidak ingin bermain tebak-tebakan. Jawabannya ada di sini!” Damian menekan tombol play dan video panas antara Min Young dengan Philip Wu beredar luas membuat semua orang terbelalak kag
Sandara menghela nafas, lega karena dirinya tidak ikut terlibat dalam skandal Aura. Meski awalnya sempat merencanakan hal jahat, tapi untung belum sempat direalisasikan! Jika tidak, kariernya pasti akan berada di ujung tanduk seperti Min Young dan Angela! Sandara tersentak kaget saat pintu ruangannya terbuka dan muncullah wajah Henry, managernya. Henry mengernyit saat melihat kekagetan Sandara, terlihat tidak wajar dan mencurigakan! Apakah artisnya berbuat kesalahan tanpa dirinya ketahui?“Kenapa kaget seperti itu? Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?” cecar Henry.“Tidak. Tentu saja tidak! Aku hanya sedang cemas dengan kondisi agency kita. Dengan terkuaknya berita kejahatan Min Young dan Angela terhadap Ae Ra bukankah akan merugikan perusahaan?” tanya Sandara mengalihkan pembicaraan. Henry mengusap dagu, berpikir keras.“Memang, tapi sepertinya perusahaan bisa mengakalinya.”“Bagaimana caranya?”“Tentu saja dengan cara mendepak Min Young dan Angela! Kontrak eksklusif mereka past
Axel bersiul nyaring, senang karena pada akhirnya permasalahan Min Young berakhir dengan hasil yang memuaskan. Setidaknya sekarang Axel bisa bernafas lega. Tidak ada lagi penghalang di antara dirinya dengan Aura. Ralat, masih ada papa Charles!Otak Axel langsung pusing mengingat hal itu, tapi cepat atau lambat Axel harus tetap menghadapinya. Dirinya tidak mungkin menunda hal sepenting ini terlalu lama, tapi masalahnya adalah papa Charles sudah pulang ke Jakarta! Bagaimana cara membahasnya jika orang yang bersangkutan saja sudah tidak berada di negara yang sama dengannya? ‘Sepertinya aku harus kembali ke Jakarta dalam waktu dekat. Lagipula harusnya tidak masalah, toh Aura saja sudah resmi mengundurkan diri,’ batin Axel.Ya, setelah Aura resmi mengundurkan diri bukankah itu artinya Axel juga resmi menjadi seorang pengangguran? Sebenarnya bisa saja Axel menerima tawaran untuk menjadi bodyguard dari artis lain, tapi Axel tidak mau melakukannya! Lebih baik menjaga Aura dan bayinya, untuk a
Aura menatap sup hangat di hadapannya dalam diam. Sup yang diantarkan oleh Damian. Buatan tangan Axel. Mama Erika tersenyum kecil dan menggoda Aura.“Mama tidak menyangka kalau Axel tipikal pria yang begitu perhatian! Meski sedang sibuk pun dia tetap memikirkan kamu dan calon bayinya sampai mengirim seseorang untuk mengantarkan sup buatan tangannya sendiri!” Tak urung ucapan mama Erika membuat Aura merona, merasa malu campur bahagia. Ya, dipikirkan dari segi manapun Aura merasa hatinya semakin berbunga-bunga dengan perhatian Axel! Tidak menduga kalau Axel akan seperhatian ini padanya.Hingga satu kenyataan menyadarkan Aura kalau semuanya akan percuma juga pada akhirnya karena sebentar lagi Aura tetap harus pergi meninggalkan Axel. Aura harus menepati janji yang sudah disepakatinya dengan papa Charles bukan? Aura tidak ingin mengambil resiko yang bisa membuatnya menyesal!“Tapi semua tidak ada gunanya, Ma. Toh sebentar lagi aku harus tetap pergi meninggalkan Axel,” balas Aura dengan se
Axel menatap puas pada tumpukan kertas dokumen di hadapannya. Dirinya sudah berdiskusi selama hampir 2 jam dengan Julius, pengacara handal yang biasa mengurus masalah keluarga Xavier. “Saya harap masalah ini bisa diselesaikan secepat mungkin. Saya tidak ingin menunda apapun. Saya ingin semua orang yang terlibat menuai hukuman atas dosa yang mereka perbuat!” tegas Axel, sama sekali tidak berniat membuka jalan damai meski Min Young sudah memohon padanya sambil berlutut!Damai? Jangan harap! Karena ulahnya Aura sampai harus menerima caci maki publik, belum lagi dengan tindakan mereka yang menyebabkan Aura bersedih! Masih terekam jelas di dalam benak Axel saat semua orang melempar Aura dengan telur busuk dan tepung. Perbuatan yang begitu hina, hingga membuat Aura hanya bisa terdiam sedih!Pokoknya Axel tidak akan pernah membuka jalan damai. Semua harus menerima hukumannya masing-masing, setelah itu mereka harus menandatangani surat perjanjian agar tidak berani lagi ‘mengusik’ Aura atau ak
Aura bersandar di kepala ranjang, sibuk memperhatikan Axel yang mengeluarkan semangkuk sup dan juga sandwich gandum berisikan sayur dan telur.“Makanlah dulu sup hangat ini, setelah itu baru makan sandwich. Aku cari info di internet katanya roti gandum dan telur bagus untuk ibu hamil karena mengandung serat dan protein,” cerocos Axel bagaikan ahli gizi tanpa menyadari kalau Aura sedang berusaha keras menahan tangis akibat perhatian Axel.Sebagian hati Aura menolak pergi, tapi dirinya tidak memiliki pilihan lain! Perlahan Aura menyeruput sup buatan Axel, mengingat rasanya. Rasa yang mungkin tidak akan pernah bisa Aura nikmati lagi setelah nanti mereka berpisah. Axel yang melihat Aura sejak tadi hanya diam bertanya cemas,“Apa kamu merasa tidak nyaman?”“Tidak. Aku baik-baik saja,” dusta Aura meski hatinya kacau balau.“Yakin?”“Hmm…”Axel mengangguk, tidak ingin mendesak.Setelah Aura menghabiskan sarapannya, barulah Axel bercerita mengenai permasalahan Min Young dan antek-anteknya. Ba
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j