Aura bersandar di kepala ranjang, sibuk memperhatikan Axel yang mengeluarkan semangkuk sup dan juga sandwich gandum berisikan sayur dan telur.“Makanlah dulu sup hangat ini, setelah itu baru makan sandwich. Aku cari info di internet katanya roti gandum dan telur bagus untuk ibu hamil karena mengandung serat dan protein,” cerocos Axel bagaikan ahli gizi tanpa menyadari kalau Aura sedang berusaha keras menahan tangis akibat perhatian Axel.Sebagian hati Aura menolak pergi, tapi dirinya tidak memiliki pilihan lain! Perlahan Aura menyeruput sup buatan Axel, mengingat rasanya. Rasa yang mungkin tidak akan pernah bisa Aura nikmati lagi setelah nanti mereka berpisah. Axel yang melihat Aura sejak tadi hanya diam bertanya cemas,“Apa kamu merasa tidak nyaman?”“Tidak. Aku baik-baik saja,” dusta Aura meski hatinya kacau balau.“Yakin?”“Hmm…”Axel mengangguk, tidak ingin mendesak.Setelah Aura menghabiskan sarapannya, barulah Axel bercerita mengenai permasalahan Min Young dan antek-anteknya. Ba
Mama Erika dan papa Daniel yang memang mengikuti Aura ke bandara tidak bisa berbuat apapun, meski putrinya terlihat mengenaskan tapi ini adalah keputusan Aura sendiri.Keputusan yang Aura ambil dengan berat hati. Keputusan yang membuat Aura harus kehilangan Axel.“Bangun, Aura. Jangan bersedih seperti ini. Kasihan bayi kamu,” bujuk mama Erika.Sedangkan papa Daniel bergegas menopang tubuh Aura yang lemah, memapahnya kembali ke mobil. Tidak ingin putrinya kembali menjadi sorotan publik. Tidak setelah segala hal yang terjadi akhir-akhir ini. Meski putrinya sudah memberi klarifikasi dan membeberkan kejahatan Min Young serta komplotannya, tapi tetap saja masih ada orang yang menjelek-jelekkan Aura! Setibanya di rumah Aura langsung mengurung diri di kamar. Enggan berbuat apapun, bahkan bicarapun rasanya lelah! Tidak heran kalau sejak tadi Aura hanya diam membuat orangtuanya semakin khawatir! “Mama khawatir pada Aura, Pa.”“Mama jangan khawatir. Aura hanya perlu waktu untuk tenang,” hibu
Axel berbalik pergi dengan berat hati. Pilihan yang sulit, dirinya juga dilema, tapi Axel tidak ingin mengorbankan wanita dan bayinya. Axel hanya bisa berharap cepat atau lambat nanti hati papa Charles akan melunak. Mungkin dengan melihat kehadiran sang cucu membuat papa Charles mengubah keputusan dan bisa merestui hubungannya dengan Aura kan? Selama mereka hidup tidak ada salahnya berharap kan? Siapa tau Tuhan mengabulkannya!Papa Charles hanya terdiam melihat kepergian Axel. Pada akhirnya inilah yang terjadi. Setelah sekian tahun berlalu, Axel memang kembali ke rumah ini tapi hanya sekejap karena setelah ini putranya memilih untuk pergi dan mengejar wanita lain!Papa Charles hanya berharap kalau Aura menepati janjinya untuk pergi meninggalkan Axel. Dengan begitu cepat atau lambat putranya pasti akan kembali ke rumah ini dan kembali menjadi bagian dari keluarga Xavier!Lagipula jika bukan Axel siapa lagi yang akan mewarisi perusahaan Xavier? Tidak ada lagi yang bisa diandalkan! Hanya
Axel merebahkan tubuhnya di pesawat komersil, meski menggunakan fasilitas first class, tapi sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan pesawat pribadi miliknya. Ya, semenjak memutuskan memilih Aura, Axel tidak mungkin lagi menggunakan fasilitas dari keluarga Xavier kan? Axel sudah tidak memiliki hak lagi! Sekarang Axel bukan lagi bagian dari keluarga Xavier yang terhormat! Papa Charles sudah mengusirnya. Sebenarnya Axel tidak ingin menjadi anak durhaka, tapi masalahnya papa Charles juga sulit dibujuk! Jadi apalagi yang bisa dilakukannya? Tidak ada! Axel menyangga kepalanya yang terasa pusing. Sekarang nama Xavier hanya sekedar nama, tapi kenyataannya Axel tidak memiliki wewenang lagi. Dirinya sudah tidak memiliki kekuatan sebesar dulu. Sekarang Axel hanya ‘meminjam’ nama Xavier.Axel memejamkan mata, sudah beberapa hari ini tidurnya tidak bisa nyenyak. Rasa bersalah karena sudah menjadi anak durhaka dan beban pikirannya tentang Aura membuat Axel enggan terlelap. Entah kenapa Axel mer
Clay mengerutkan kening saat melihat nomor Axel di ponselnya. Dengan nomor Korea. “Apa dia sudah kembali ke Korea? Secepat itu?” gumam Clay tidak habis pikir. Heran dengan kelakuan Axel yang dengan mudahnya bolak balik Korea – Jakarta – Korea bagaikan pergi ke Jakarta – Bogor – Jakarta! Orang kaya memang beda!“Kenapa, Bro?”“Gue mau minta tolong lo lagi!” Clay mengerang. Apa Axel tidak bisa memberinya waktu istirahat sejenak?“Ada masalah apalagi? Bukannya yang kemarin udah beres?” “Aura kabur!” balas Axel singkat membuat Clay terdiam.Clay mengerjap mendengar jawaban Axel. Tidak yakin dengan pendengarannya sendiri.“Apa lo bilang? Bisa tolong diulang?” “Aura pergi dan gue nggak tau dia kemana. Jadi gue mau minta tolong lo lacak keberadaan Aura. Dengan cara apapun!”“Tapi kenapa dia bisa kabur? Apa kalian bertengkar?”Pertanyaan Clay membuat Axel geram. Bertengkar? Tentu saja tidak! Aura pergi tanpa alasan! Dengan bayinya pula! “Jangan banyak pertanyaan! Lacak aja keberadaan Au
Clay menatap rumah megah di hadapannya, memang tidak semewah rumah keluarga Xavier pastinya, tapi rumah orangtua Aura juga tidak bisa dibilang biasa. Terlihat berkelas tapi tidak norak. Clay berdeham, mengusir raut takjub yang pasti terpampang di wajahnya saat ini. Dengan percaya diri Clay menekan tombol intercom, memberitahu kedatangannya. Berharap tidak ditolak. Orangtua Aura menatap kedatangan Clay dengan kening berkerut heran, tidak mengenal pria yang datang bertamu ke rumahnya sepagi ini. “Maaf, kamu siapa? Dan apa tujuanmu datang ke sini?” tanya mama Erika membuat Clay sadar kalau ia belum memperkenalkan diri!“Ahh, maafkan kelancangan saya karena mengganggu waktu Om dan Tante. Saya Clay Clinton. Dan tujuan saya ke sini adalah untuk menanyakan beberapa hal mengenai Aura.”Jawaban Clay membuat mama Erika dan papa Daniel saling pandang. “Aura? Memangnya kenapa dengan Aura?” Clay berusaha memainkan perannya dengan baik, berharap orangtua Aura bisa memberikan sedikit petunjuk, ta
Clay mengerjap. Jerman? Negara yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 83 juta orang. Di sanakah Aura berada? Apa tidak ada negara lain yang jumlah penduduknya lebih sedikit? Mencari satu orang di antara 83 juta orang bukanlah hal yang mudah! Tapi sudahlah, setidaknya ini lebih baik daripada Clay harus mencari Aura di antara milyaran penduduk dunia! Sekarang setidaknya Clay bisa memfokuskan pencarian di Jerman. Puluhan juta penduduk masih lebih baik dibanding milyaran penduduk! “Apa ada hal lain yang bisa kalian beritahu pada saya mengenai Aura?”“Tidak. Kami tidak berani mengatakan apapun. Kami tidak ingin Aura dirugikan nantinya. Ini saja kami harap kamu dapat merahasiakan apa yang sudah saya ucapkan barusan. Saya tidak ingin informasi ini diketahui siapapun. Apa kamu bisa menepatinya?”Clay mengernyit. Ucapan papa Daniel membuat Clay penasaran. Apa maksud kalimat ‘Aura dirugikan nantinya’? Apakah ada pihak tertentu yang memaksa Aura sampai mengambil keputusan seperti ini? Tapi sia
“Jadi apa yang lo dapat?” tanya Axel saat dirinya hanya tinggal berdua saja dengan Clay.Bahkan Damian pun terusir! Axel tidak mungkin membiarkan Damian mengetahui pembicaraanya dengan Clay karena Damian adalah kaki tangan papa Charles kan?“Gue rasa Aura terpaksa melakukan hal ini.”“Terpaksa?” ulang Axel.“Hmm…” Clay menjelaskan apa yang menjadi dasar dari dugaannya. Tentang mama Erika yang hampir keceplosan mengenal hal yang mengusik insting Clay, tapi sayang papa Daniel keburu menghalanginya! “Tante Erika sendiri yang bilang meski gue belum sempat dengar alasannya karena Om Daniel keburu mencegahnya. Waktu itu Tante Erika bilang ‘Aura melakukan hal ini pun terpaksa karena…’ hanya sampai di situ, karena Om Daniel langsung menyelanya.”Otak Axel berpikir keras. Sama seperti Clay.“Apa bokap gue melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan gue?” lirih Axel membuat Clay terdiam, memilah ucapan yang akan dilontarkannya sebentar lagi.“Jujur hal itu sempat terpikir sama gue, namun gue nggak m
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j