Lysia tidak bisa menahan diri, dan akhirnya dia pun memutuskan untuk menemui Garry. Bagaimanapun Garry pernah ada di dalam hatinya. Walaupun Lysia tidak pernah menerima Garry, tapi dia memang menyimpan perasaannya sendiri karena mempunyai alasan lain.Lysia melangkah ke arah ruangan rawat Garry, dia mengetahui dimana letak kamar Garry karena sempat menanyakannya kepada seorang perawat. "Garry, andai kamu terluka karena Ivander. Maka aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri," gumam Lysia pelan. Lysia akan merasa sangat bersalah untuk itu, kalau memang Ivander yang menyebabkan Garry terluka, maka Lysia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Akhirnya, Lysia pun sampai di depan ruangan rawat Garry. Dia menatap pintu yang masih tertutup itu, lalu mencoba membukanya secara perlahan. Lysia harus mengecek dan memastikan kondisi Garry. Namun, pada saat dia melihat Garry yang terbaring lemah dengan wajah pucatnya. Hati Lysia menjadi teriris, dia mengingat bagaimana perjuangan Garry unt
"Sudah, kalian tidak perlu berdebat." pungkas Lysia, dia telah memutuskan sekarang. Garry memandang Lysia dengan harapan bahwa Lysia akan meminta cerai kepada suaminya. Sedangkan Arini, dia menatap kesal Lysia dan berharap bahwa Lysia tidak mengganggu Garry setelah ini. "Baiklah Lysia. Karena aku tahu apa yang telah terjadi, dan apa yang sudah menyebabkan Garry terluka. Maka aku putuskan bahwa suamimu akan aku laporkan ke dalam penjara," tekan Arini. Ini adalah kesempatan untuknya agar Lysia bisa lebih menderita lagi. Kalau sampai suaminya dipenjara maka Lysia akan menanggung malu seumur hidup. Kesempatan emas untuk Arini membalas dendam tentang rasa sakit hati karena Garry yang selalu mencemaskan Lysia."Arini kamu tidak mengerti, suamiku tidak bisa ditentang seperti itu," jelas Lysia bingung. Kalau sampai Arini melakukan itu, maka dia sendiri yang menggali kuburan untuknya.Garry terdiam, akhirnya dia sadar kalau memang Ivander Brxian Dxel tidak akan menyerah semudah itu. Jika me
Bi Surti membungkuk hormat saat melihat Ivander memasuki rumah. Ivander melangkah dengan terburu-buru dan melewati Bi Surti begitu saja. Lalu, langkahnya terhenti ketika melihat ada orang yang begitu mengejutkan sedang duduk di kursi utama dan menatapnya.Kylie dan Axel sedang duduk menyantap sebuah cemilan dan memandang putranya yang baru datang. "Mamah … Papa …? Kalian kapan datang?" tanya Ivander terkejut. Kylie langsung beranjak berdiri dan menghampiri Ivander. Lalu, dia pun membawa putranya untuk duduk. "Kamu habis darimana?" tanya Kylie. "Seperti biasa, Mah," jawab Ivander tersenyum miris. Orang tuanya pasti akan menanyakan tentang kondisi Lysia sekarang, apa yang harus Ivander lakukan. Lalu, Ivander pun menoleh ke arah Bi Surti dan menatapnya. Bi Surti langsung saja menggelengkan kepala memberikan respon kalau dia belum mengatakan apapun. "Mama baru datang?" tanya Ivander. "Kami baru datang, Ivan. Kenapa wajahmu pucat begitu?" tanya Axel. Ivander langsung saja refleks m
"Lysia, habis dari mana saja, kamu?" tanya Irfan saat Lysia baru memasuki rumahnya. Irfan sedang menunggu Lyisa di kursi ruangan utama dan menatap dia dengan datar. Lysia tersenyum lembut dan melangkah ke arah Irfan. "Irfan, aku tadi habis periksa kandungan," jelas Lysia. "Aku tahu kalau tadi kamu pergi ke rumah sakit untuk cek kandungan. Tapi, kenapa kamu pulang sesore ini?" tanya Irfan. Lysia pulang sore karena menemani Garry di rumah sakit. Dia, Garry dan Arini mengobrol sampai kelepasan waktu dan membicarakan soal persembunyian Lysia. "Hmm, aku bertemu teman lama. Jadi, sampai kelupaan mengobrol seperti itu. Maafkan aku," jelas Lysia. "Tidak-tidak, jangan meminta maaf. Aku hanya merasa heran karena kamu pulang telat. Jangan sampai kamu terlibat masalah, itu saja," jelas Irfan. "Syukurlah aku selalu aman sampai saat ini. Akan tetapi …." Lysia tidak melanjutkan kata-katanya karena merasa begitu ragu untuk menjelaskan kepada Irfan. "Ada apa, Lysia? Bukannya aku menepati janj
Lysia menunduk, dia membeku. Sungguh tidak menyangka bahwa Irfan akan melakukan ini. Hatinya sama sekali tidak bisa terbuka seperti itu, dia tidak akan bisa menerima pria lain untuk saat ini. Juga, Irfan baginya hanyalah teman dekat, tidak akan bisa lebih ….Irfan meletakan kedua telapak tangannya di pipi Lysia. Lalu, mendekatkan keningnya sehingga kening mereka bersentuhan. "Jawab aku, Lysia. Kalau sampai aku menyukaimu apakah kamu bisa menerimaku?" tanya Irfan. Dia akan melakukan segala cara agar bisa membuat Lysia menjauh dari Ivander. Akan lebih menyenangkan bila dia bisa merebut wanita yang dicintai oleh kakaknya itu. Lysia mendorong pelan tubuh Irfan dan langsung saja memunggungi dia. "Irfan jangan seperti ini, aku sungguh tidak ingin hubungan kita seperti itu. Kita hanyalah teman, itu saja," pungkas Lysia. Tanpa membuang waktu lagi, akhirnya Lysia langsung melangkah pergi untuk mengemasi semua barang-barangnya. Irfan menatap kepergian Lysia ke arah kamarnya, dia menyering
Mereka sampai di kota Sharklig. Irfan membawa Lysia ke hadapan rumah sederhana di kota itu dan tersenyum lembut menatapnya. "Lysia, kamu pasti akan aman tinggal disini. Ini adalah kota yang terbaik dan pasti suamimu itu tidak akan datang kemari," ucap Irfan enteng. Irfan tahu kalau Ivander tidak akan mencari ke kota Sharklig karena ini kota orang tua mereka. Juga, yakin kalau Ivander tidak akan berpikir untuk mencari Lysia di kota ini.Lysia menatap wajah Irfan yang terlihat begitu manis. Juga terlihat begitu tulus. Dia pun tersenyum dan melepaskan genggaman tangannya yang memegangi sebuah koper, beserta mengatupkan tangannya di dada."Makasih banget, Irfan. Kamu selalu ada untuk membantuku. Aku janji akan membalas semua kebaikanmu suatu saat nanti," jelas Lysia. Dia begitu merasa berhutang budi sehingga mengatakan akan membalas apa yang telah Irfan lakukan. "Hiduplah yang tenang disini, Lysia. Jaga dirimu baik-baik, aku akan menagih janjimu kelak," balas Irfan menyunggingkan seny
Kylie menatap Irfan dan menghela nafas berat. "Kau datang kemari bukan untuk meminta maaf dengan tulus. Melainkan hanya ingin menambah keretakan keluarga kita," balas Kylie tajam.Kylie tahu kalau Irfan ingin mewujudkan keinginan kekasihnya yang sudah tiada itu untuk menghancurkan hubungan keluarga Brxian Dxel. Disaat seperti ini, Irfan pasti akan memanfaatkan kesempatan agar Ivander dan Kylie tidak berhubungan dengan baik. Irfan tersenyum miris, "Mam, aku hanya menginginkan keadilan. Kau seharusnya bersikap adil antara Kakak dan diriku," jawab Irfan. "Pembahasan ini tidak akan ada akhirnya, Irfan. Jadi, tolonglah jangan sampai kau terus menambah beban kami. Kau sudah cukup membuat hubungan kau dengan kami itu renggang. Jangan buat juga hubunganku dengan Mama seperti hubunganmu," potong Ivander. Kylie harus meluruskan semuanya. Sudah cukup dia memberikan waktu untuk Irfan agar dia bisa melakukan apa yang dia mau selama ini bahkan sampai meninggalkan keluarga. Sekarang tidak lagi.
Ivander duduk di sisi jalan raya. Dia menatap kendaraan yang berlalu-lalang disana selama beberapa jam. Lalu, seseorang yang terlihat tangguh tiba-tiba saja datang menemuinya. "Tuan," sapa David membungkuk penuh hormat. Ivander tidak menoleh sedikitpun ke arah David. Sekarang dia tidak tinggal bersama siapapun dan tidak berniat untuk membawa apapun. Padahal jika dia ingin, walaupun dia sudah meninggalkan keluarga Brxian Dxel, tapi dia mempunyai aset sendiri. Dia tidak akan kesusahan untuk tinggal sendiri. Ivander menyadari semua kesalahannya, jadi dia pun ingin mencoba untuk menjalani hidup sendiri dan sederhana tanpa harus membawa apapun. Dia akan memulai kehidupan dari nol dan akan memulai semuanya dari awal. "Tuan, saya sudah menyiapkan tempat yang layak untuk Tuan tinggal," ucap David. David sudah mengetahui apa yang terjadi menimpa atasannya dan segera mungkin dia langsung membeli rumah untuk tuannya tinggal. Ivander menatap kosong, yang ada dipikirannya saat ini bukan tem
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s