Mereka sampai di kota Sharklig. Irfan membawa Lysia ke hadapan rumah sederhana di kota itu dan tersenyum lembut menatapnya. "Lysia, kamu pasti akan aman tinggal disini. Ini adalah kota yang terbaik dan pasti suamimu itu tidak akan datang kemari," ucap Irfan enteng. Irfan tahu kalau Ivander tidak akan mencari ke kota Sharklig karena ini kota orang tua mereka. Juga, yakin kalau Ivander tidak akan berpikir untuk mencari Lysia di kota ini.Lysia menatap wajah Irfan yang terlihat begitu manis. Juga terlihat begitu tulus. Dia pun tersenyum dan melepaskan genggaman tangannya yang memegangi sebuah koper, beserta mengatupkan tangannya di dada."Makasih banget, Irfan. Kamu selalu ada untuk membantuku. Aku janji akan membalas semua kebaikanmu suatu saat nanti," jelas Lysia. Dia begitu merasa berhutang budi sehingga mengatakan akan membalas apa yang telah Irfan lakukan. "Hiduplah yang tenang disini, Lysia. Jaga dirimu baik-baik, aku akan menagih janjimu kelak," balas Irfan menyunggingkan seny
Kylie menatap Irfan dan menghela nafas berat. "Kau datang kemari bukan untuk meminta maaf dengan tulus. Melainkan hanya ingin menambah keretakan keluarga kita," balas Kylie tajam.Kylie tahu kalau Irfan ingin mewujudkan keinginan kekasihnya yang sudah tiada itu untuk menghancurkan hubungan keluarga Brxian Dxel. Disaat seperti ini, Irfan pasti akan memanfaatkan kesempatan agar Ivander dan Kylie tidak berhubungan dengan baik. Irfan tersenyum miris, "Mam, aku hanya menginginkan keadilan. Kau seharusnya bersikap adil antara Kakak dan diriku," jawab Irfan. "Pembahasan ini tidak akan ada akhirnya, Irfan. Jadi, tolonglah jangan sampai kau terus menambah beban kami. Kau sudah cukup membuat hubungan kau dengan kami itu renggang. Jangan buat juga hubunganku dengan Mama seperti hubunganmu," potong Ivander. Kylie harus meluruskan semuanya. Sudah cukup dia memberikan waktu untuk Irfan agar dia bisa melakukan apa yang dia mau selama ini bahkan sampai meninggalkan keluarga. Sekarang tidak lagi.
Ivander duduk di sisi jalan raya. Dia menatap kendaraan yang berlalu-lalang disana selama beberapa jam. Lalu, seseorang yang terlihat tangguh tiba-tiba saja datang menemuinya. "Tuan," sapa David membungkuk penuh hormat. Ivander tidak menoleh sedikitpun ke arah David. Sekarang dia tidak tinggal bersama siapapun dan tidak berniat untuk membawa apapun. Padahal jika dia ingin, walaupun dia sudah meninggalkan keluarga Brxian Dxel, tapi dia mempunyai aset sendiri. Dia tidak akan kesusahan untuk tinggal sendiri. Ivander menyadari semua kesalahannya, jadi dia pun ingin mencoba untuk menjalani hidup sendiri dan sederhana tanpa harus membawa apapun. Dia akan memulai kehidupan dari nol dan akan memulai semuanya dari awal. "Tuan, saya sudah menyiapkan tempat yang layak untuk Tuan tinggal," ucap David. David sudah mengetahui apa yang terjadi menimpa atasannya dan segera mungkin dia langsung membeli rumah untuk tuannya tinggal. Ivander menatap kosong, yang ada dipikirannya saat ini bukan tem
"Garry, bisakah kamu menghargai aku sedikit saja?" geram Arini. Walaupun Lysia tidak ada, nyatanya Garry masih berada jauh darinya. Hati Garry, dan pikirannya tetaplah bersama dengan Lysia. Arini tidak bisa berbuat apapun lagi, ada dan tidak adanya Lysia itu sama saja.Sebelumnya Arini bisa sedikit lega dengan ketidak beradaanya Lysia, sekarang dia rasanya sedikit menyerah. Padahal Arini ingin membawa Garry ke pesta di Sharklig untuk memamerkan bahwa dirinya juga mempunyai pasangan yang pantas untuknya. Yaitu CEO dari Garytriach enterprise. "Arini … bukan seperti itu," jawab Garry. Dia pun sedikit merasa bersalah dengan ucapannya sendiri yang mungkin menyinggung perasaan Arini. Garry tahu kalau Arini berniat baik untuk mengajaknya ke pesta agar bisa merilekskan pikiran. Tiba-tiba saja sekretarisnya Garry masuk dan menghadap. Dia terlihat begitu cantik menawan dengan setelan jas terbaik dan rambut yang dikuncir kuda. "Maaf Tuan, mengganggu waktunya sebentar. Saya kemari hanya ingin
Saat ini Lysia sedang memijat sendiri kakinya yang terasa pegal. Selama seharian penuh, Lysia terus saja mencuci dan menjemur serta menyetrika pakaian. Hidup sendiri tanpa ada yang menemani membuat Lysia mau tidak mau harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, walaupun kehamilannya sudah semakin bertambah besar. "Kaki-kaki ini mulai membengkak, rasanya pegal sekali," gumam Lysia pelan. Lalu, dia pun mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit itu. "Nak, maaf ya selama ini bunda selalu buat kamu kelelahan. Bunda tidak ada pilihan lain agar bisa memenuhi kebutuhan hidup kita. Bunda harap kamu baik-baik saja ya sayang di dalam sana," ucap Lysia tulus terhadap perutnya sendiri. "Sampai saat ini bunda terus bersembunyi agar tidak ditemukan oleh ayahmu. Apakah mungkin ayahmu sudah tidak mencari keberadaan bunda lagi?" gumam Lysia penasaran.Lysia selalu diam di dalam rumah dan hanya keluar untuk menjemur pakaian. Sesekali dia juga berkeliling di komplek ini untuk mencari orderan
Lysia mengerutkan kening. Dia tidak nyaman dengan ucapan Bu Prita dengan kata menggantikan menantunya. "Bu, saya tidak bisa pergi," tolak Lysia. Bu Prita langsung menggenggam tangan Lysia dengan erat. "Lysia, tolonglah selamatkan martabat keluarga kami. Kalau sampai semua orang tahu kalau kami datang tanpa menantu. Maka mereka akan berpikir yang tidak-tidak. Mereka akan berpikir kalau hubungan keluarga kami kurang harmonis. Walaupun kenyataannya seperti itu, tapi kami tidak ingin publik mengetahuinya. Itu bisa menjadi ancaman untuk proyek suamiku," mohon Bu Prita. Lysia kehabisan kata-kata, dia tahu sepak terjang keluarga kelas atas di Larkspur. Jika ada orang yang sedang merintis usaha, juga jika ada orang yang tidak disukai. Maka mereka akan mencari titik selemah apapun, dan membuat bencana. Bu Prita dengan cepat langsung saja menyodorkan sebuah tas berisikan pakaian mewah yang baru mereka beli untuk Lysia. "Cepatlah bersiap, Lysia. Ini pakailah, kau akan terlihat cantik jika
Tatapan semua orang tertuju ke arah Lysia. Mereka melihat begitu anggun dan cantiknya dia. Mengenakan dress malam yang berwarna merah, semakin menonjolkan warna kulitnya yang putih berseri. Ditambah tonjolan perutnya yang sedang mengandung, malah membuat kesan menggemaskan di mata semua orang. "Beruntung sekali pria yang menjadi suaminya." Beberapa pria terpana serta merasa iri terhadap orang yang menjadi suami dari Lysia. Disisi lain juga para wanita menganga melihat kecantikan itu. Kenapa dia terlihat begitu bersinar? Mungkinkah karena kehamilannya itu bisa membuat aura wajah seorang wanita menjadi semakin terpancar? Yandi dengan cepat langsung saja menggenggam tangan Lysia. Dia ingin agar terlihat seperti pria yang gagah yang akan terus menjadi pelindung sang Dewi. Lysia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan oleh Yandi. Bagaimana pun mereka tidak saling mengenal, dan Lysia bukanlah siapa-siapa Yandi. Dia berada disini hanya untuk memenuhi permintaan Bu Prita sebagai pel
Lysia mencoba untuk melepaskan tubuh Garry yang menghimpit tubuhnya. “Garry, tolong jangan seperti ini. Aku bukan siapa-siapa kamu, mulai sekarang jangan pernah untuk mencari aku,” ucap Lysia pasrah. Dia harus bersikap seperti ini agar Garry tidak terus berharap terhadapnya. Lysia tahu kalau Garry memang masih terus setia untuk mengejarnya. Garry menggenggam erat tangan Lysia dengan tatapan yang sendu, “Lysia, aku mencintaimu. Sampai kapan kamu akan terus bersembunyi seperti ini? Tolong jangan terus menghindari aku,” mohon Garry. “Apakah itu anak Ivander, Lysia?” tanya Garry. Bahkan dia rela untuk menjadi ayah sambung anak yang dikandung Lysia. Jika Lysia mau bersama dengannya. “Iya, jadi tolong jangan pernah dekati aku,” jawab Lysia. “Kalau begitu, kenapa kamu pergi bersama keluarga lain? Siapa mereka?” tanya Garry dengan sendu. “Dia ….” Lysia membuang muka, lalu dia pun mencoba untuk menjelaskan kepada Garry. “Dia adalah keluarga baik-baik yang mau mengajakku kemari,” jawab