Ivander sampai di hotel grand Glxy. Dia terburu-buru langsung saja turun dari sana dan melangkah dengan cepat. Memang hari ini masih masuk ke masa inapnya dan hotel grand Glxy belum dibuka kembali. Sehingga Ivander pun bisa masuk tanpa melihat banyak orang tamu. Ivander langsung saja pergi ke dalam kamar pengantinnya. Kamar itu masih terlihat berantakan seperti saat dia meninggalkannya. "Lysia!" teriak Ivander mulai melangkah memasuki kamar. Netranya menelisik setiap sudut ruangan, bahkan akhirnya pandangan berhenti kepada sprei yang terlihat begitu kotor dengan noda merah yang sudah mulai mengering. Ivander langsung saja berteriak-teriak untuk memanggil nama Lysia. Dia pun langsung melangkah ke arah kamar mandi yang pintunya masih tertutup dengan rapi. Ivander begitu terkejut karena rupanya pintu kamar mandi terkunci dari dalam. "Lysia? Apakah kau berada di dalam?" teriak Ivander mulai menggedor-gedor pintu menggunakan tangannya. Ivander yang terus rusuh dan berteriak, tapi tid
Pria ini!!! Pria ini benar-benar membuat Lysia merasa jengkel."Kau terus saja mengatakan itu. Aku tidak pikun dan tahu akan hal itu," balas Lysia dengan suara seraknya karena sedang sakit.Ivander tersenyum smirk, "Kalau begitu. Jaga dirimu jangan buat ulah seperti ini." ***Sudah dua hari Lysia dirawat di rumah sakit, sekarang waktunya dia pulang ke rumah mewah milik Ivander Brxian Dxel.Ivander tidak menemaninya pulang, melainkan menyuruh Alex untuk menemani Lysia. Lysia masih duduk di bibir ranjang memperhatikan Alex yang sedang berbenah mengemasi pakaiannya ke dalam koper. "Ayo, Nyonya kita pulang," ajak Alex penuh hormat. Lysia pun turun dan melangkah keluar kamar. Alex terus saja mengekori Lysia dari belakang dan menjaganya dengan baik. Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam mobil mewah. Lysia tidak banyak berbicara begitu pula dengan Alex.Alex begitu fokus mengemudi sedangkan Lysia terus menatap ke arah luar jendela. Hatinya tiba-tiba terasa teriris ketika orang
Lysia sedang beristirahat tidur. Malam ini dia tidur sendiri karena Ivander yang memang belum pulang juga. Tiba-tiba saja, dia merasakan sesuatu yang sedang menggerayangi tubuhnya. Membuat Lysia terusik dan terbangun dari tidur lelapnya. Lysia menoleh ke arah samping dan belakang. Rupanya tidak ada apapun, mungkinkah barusan itu hanyalah mimpi dan itu hanya perasaannya saja? "Mimpi apa aku ini?" gumam Lysia. Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Lysia melihat Alex yang berwajah merah itu bernafas dengan ngos-ngosan. "Nyonya … ada hal buruk yang sudah terjadi," terang Alex. Lysia mengerutkan kening dan langsung beranjak dari tempat tidurnya. "Ada apa?" tanya Lysia. "Tuan Ivander terluka," jelas Alex dengan wajah yang memerah. Lysia terkejut, tapi dia senang dengan kabar ini. "Oh, baiklah kalau begitu," jawab Lysia mencoba menenangkan diri. Padahal dirinya ingin jingkrak-jingkrak, kalau bisa ia berharap Ivander akan lenyap. "Tuan ada di bawah, saya harap Nyonya temui dia sekara
Lysia langsung menutup pintu dan kembali ke dalam kamarnya. Dia mengurung diri di dalam dan menangis tersendu-sendu. "Ivander monster! Brengseknya dia bajingan." Lysia jijik dengan pria seperti Ivander dan berharap bisa lari dari keadaan ini suatu saat nanti. Di kamar sebelah ….Ivander langsung mendorong tubuh Cecilia saat berhasil melakukan pelepasan. "Sudah cukup, sekarang kau bantu aku untuk mandi!" suruh Ivander. Cecilia tersenyum, dia bahagia karena bisa terus bersama dengan Ivander dan melayaninya walaupun pria yang dia suka ini sudah menikah. Akan tetapi, rupanya Ivander benar-benar tidak melupakannya."Sayang, aku akan melakukan apapun untukmu," jawab Cecilia dan langsung memapah Ivander untuk berjalan ke dalam kamar mandi. Namun, tiba-tiba saja ponsel Cecilia berdering. Dia pun berhenti sejenak dan meminta izin kepada Ivander untuk mengangkat ponselnya yang berdering. "Honey, ada panggilan mendadak. Aku akan mengangkatnya dulu," jelas Cecilia. Ivander mengangguk dan
Suasana di meja makan begitu mencengkam. Ivander berada di kursi pemimpin, sedangkan Lysia di sampingnya. Juga Cecilie berada di sisi yang lainnya. "Honey, aku akan menyuapimu," ucap Cecilia. Ivander diam saja melihat reaksi Lysia yang hanya diam dan tidak merespon apapun ketikan Cecilia mengatakan hal itu. Bi Surti berdiri di belakang Cecilia dan berharap kalau Lysia akan bersuara dan menawarkan diri untuk menyuapi suaminya karena sedang terluka. "Cecilia, pergilah!" usir Ivander, dia mulai bosan dengan Cecilia. Cecilia merasa kesal dan malu, kenapa Ivander harus mengusirnya dihadapan Lysia? Yang berarti hal itu membuktikan bahwa Ivander memilih wanita itu. Sungguh Cecilia rasanya ingin menusukan pisau yang ada di atas piringnya kepada Lysia yang berwajah datar. Bi Surti tersenyum ketika mendengar itu dan berharap Ivander bisa membuka hati kepada Lysia. Lysia pun mulai menyendok makanan dan hal itu malah membuatnya dibentak oleh Ivander. "Kau … kau tidak boleh makan sebelum s
Lysia tertidur dengan pulas, dia memimpikan orang tuanya dan melihatnya dengan air mata. Terlihat bahwa orang tuanya menangis dan ingin mengungkapkan sesuatu. Namun, mereka langsung menghilang begitu saja. "Papa … Mama." Lysia berteriak untuk memanggil kedua orang tuanya. Bahkan teriakannya itu sampai membangunkan dirinya sendiri. Lysia terduduk dan langsung memeluk lututnya yang mulai bergetar. Dia sungguh merindukan orang tuanya yang telah tiada itu. Namun, tiba-tiba saja Lysia melihat Ivander yang langsung membuka pintu dengan kasar. Brak!!! Lysia terkejut dan melihatnya dengan takut. Pria itu terlihat tidak baik-baik saja. Ivander melangkah dengan gagah, tatapannya lurus dan tajam memandangi wajah Lysia yang polos tanpa make-up. Namun, terlihat begitu bersinar dan membangkitkan gairah dalam diri Ivander. "Lysia," ucap Ivander langsung saja membuka jas yang melekat di tubuhnya. Dia tidak sabar untuk melakukannya lagi. Lysia mencoba untuk menghindar dan akan langsung beranj
"Garry … aku baik-baik saja," saut Lysia pelan, dia pun kembali memilih sayuran yang ada dihadapannya. Lysia mencoba untuk menahan diri dan sungguh tidak akan membiarkan dia menangis di hadapan Garry."Lysia, aku sungguh ingin bertemu denganmu. Aku tidak ingin kamu menghilang lagi, tolong berikan nomor ponselmu," pinta Garry. Garry tidak akan membiarkan Lysia menghilang lagi, sudah cukup dia kehilangan Lysia waktu itu dan sampai gila gara-garanya. Sekarang dia harus mendapatkan Lysia. Lysia sungguh ingin memeluk pria yang ada di hadapannya ini. Garry saat ini sedang mengenakan baju kaos santai dan jeans, dia terlihat begitu menawan layaknya anak muda jaman sekarang.Lysia bingung, dia tidak memiliki ponsel. Andai dia punya, dia akan memberikannya. "Garry, aku … aku tidak punya ponsel," balas Lysia. Garry tidak begitu terkejut, dia tahu kalau keluarga Willsom itu sudah bangkrut. Jadi, mungkin gadis ini memang sedang sangat kekurangan dalam masalah finansial, maka dari itu Garry san
Ivander terdiam dan langsung pergi meninggalkan Lysia sendiri. Sedangkan Lysia menangis, dia memperhatikan setiap luka yang ada di tubuhnya sampai mengeluarkan cairan berwarna merah."Sungguh kejam sekali dirimu, Ivan. Andai aku bisa pergi sekarang juga aku ingin kabur dari tempat yang seperti neraka ini," gumam Lysia. Dia beranjak dan mencari kotak pengobatan, dia pun menuangkan obat merah ke sebuah kapas dan langsung mengobatinya sendiri. ***Garry begitu kesal dengan kejadian yang sudah terjadi di supermarket tadi. Dia geram kenapa ada pria yang membawa Lysia pergi dan mengaku sebagai suaminya. Kapan Lysia menikah?Saat ini dia sedang berada di rumah Arini, untuk menceritakan kejadian tadi. Arini datang membawa nampan berisikan air minum, "Garry, pasti akan ada kesempatan lain, oke. Kamu jangan terus marah-marah seperti itu," saran Arini. Garry mendengus, "aku sungguh tidak menyangka kalau Lysia sudah menikah. Kapan dia menikah dengan pria itu dan mengapa dia melakukan itu tanp
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s