"Andi, kenapa kamu ada di sini?""Kenapa aku nggak bisa berada di sini?" tanya Andi dengan nada kesal."Nggak apa-apa, aku kembali dulu," sahut Dimas. Melihat Andi menjawab dengan nada agresif, Dimas langsung malas untuk mengobrol dengan Andi.Setelah berpikir panjang, Andi memutuskan untuk memberi tahu Amel apa yang sudah dia temui hari ini. Bagaimanapun, rasa sakit berkepanjangan lebih buruk daripada rasa sakit sesaat. Sekarang Andi memberi tahu Amel untuk mengambil tindakan yang tepat sebelum mengalami kerugian ke depannya dan mencegah Amel agar tidak terjebak semakin dalam."Kak, apakah kamu sibuk?" tanya Andi begitu menekan panggilan telepon pada Amel."Baru selesai, masih bersiap-siap mau pulang. Ada apa?" jawab Amel. Andi merasa agak sedih ketika mendengar suara kakaknya yang terdengar lelah. Kebenciannya terhadap Dimas juga semakin dalam."Kak, bagaimana hubunganmu dengan Kak Dimas akhir-akhir ini? Apakah kamu memperhatikan sesuatu yang nggak biasa pada dirinya?" tanya Andi tid
Amel bahkan tidak sadar bagaimana dia sampai di rumah. Begitu duduk di sofa, Amel membuka ponselnya lagi dan melihat foto-foto itu sambil berpikir apakah dia harus bertanya dengan jelas pada Dimas atau tidak.Amel khawatir kalau ini hanya sebuah kesalahpahaman, tapi juga takut Dimas mengatakan sesuatu yang tidak bisa dia terima.Setelah bergelut dengan pikirannya, pada akhirnya Amel memutuskan untuk berpura-pura tidak ada yang terjadi.Setelah beberapa saat, Dimas pun kembali ke rumah dan bertanya, "Sayang, bukankah kamu seharusnya bekerja lembur? Kenapa kamu pulang lebih awal dariku?"Dimas duduk di sebelah Amel, memeluk bahu wanita itu dan bertanya dengan bahagia. Penampilan Dimas saat ini seperti tidak berbeda dari biasanya."Makanan penutupnya sudah hampir selesai dibuat, jadi aku pun pulang. Hei, kamu mengganti dasimu?" tanya Amel sambil menekan emosi di hatinya. Dia berpura-pura terkejut sambil menatap Dimas lekat-lekat."Ya. Bagaimana? Apakah kelihatan bagus?" jawab Dimas sambil
Lidya berkata sambil memutar bola matanya ke arah Andi, "Aku akan memberimu waktu lima menit untuk menyelesaikan perkataanmu.""Dimas sepertinya selingkuh?"Ketika Lidya mendengar berita ini, matanya langsung terbelalak. Kemudian, dia menyahut, "Apa? Apa kamu sedang bercanda? Dia punya hubungan yang begitu baik dengan kakakmu, bagaimana mungkin dia selingkuh?"Lidya merasa agak tidak percaya ketika mendengar berita tersebut. Lagi pula, dia bisa melihat bagaimana Dimas memperlakukan Amel."Aku punya buktinya, coba lihat. Aku bertemu mereka secara kebetulan saat aku pergi ke pusat perbelanjaan hari ini," ucap Andi sambil mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan kepada Lidya foto-foto yang sudah dia abadikan.Dengan adanya bukti kuat seperti itu, Lidya mulai memercayai perkataan Andi."Wanita ini kelihatannya kaya. Sepertinya Dimas juga dibiayai oleh wanita itu.""Dimas benar-benar keterlaluan. Bagaimana dia bisa melakukan hal seperti itu? Apakah kakakmu tahu?" tanya Lidya dengan emosi."Ak
"Sayang, ada apa denganmu? Kenapa aku merasa kamu agak aneh hari ini? Apakah aku melakukan kesalahan?" tanya Dimas dengan cemas.Amel menggelengkan kepala, lalu berkata, "Nggak apa-apa. Aku sudah selesai makan. Aku mau istirahat dulu, dua hari ini agak capek."Setelah mengatakan itu, Amel meletakkan sendoknya. Dia hendak pergi, tapi Dimas meraih lengannya dan berkata, "Sayang, pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Kalau ada apa-apa, katakan saja padaku, kita bisa mengatasinya bersama. Menyimpannya sendiri seperti ini akan membuatmu nggak nyaman.""Aku sudah bilang kalau aku baik-baik saja, jadi jangan tanya lagi." Ketika Amel teringat adegan Dimas bersama dengan wanita asing tadi, dia langsung merasa tidak sabaran dan langsung menepis tangan Dimas.Dimas berdiri di tempatnya dengan bingung, lalu berkata, "Pagi tadi masih baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba begini?"Dimas berpikir mungkin saja ada hal yang tidak berjalan dengan baik di toko hari ini, jadi dia pun pergi ke ruang k
"Baiklah, kalau begitu aku akan merepotkanmu hari ini." Amel tidak lagi sungkan. Dia duduk di dalam mobil dengan sup jamur yang dibeli oleh Dimas.Dimas diam-diam mengamati ekspresi Amel sambil mengemudi. Dimas ingin berbicara beberapa kali, tapi dia selalu melihat Amel menghindar. Wanita itu terus melihat ke luar jendela, jadi Dimas hanya bisa menelan kembali kata-katanya.Keduanya terdiam di sepanjang perjalanan. Setelah tiba di toko makanan penutup, Amel membuka pintu, lalu langsung berjalan keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dimas duduk di dalam mobil sambil mengawasi Amel berjalan ke toko tanpa menoleh ke belakang dengan perasaan sedih."Astaga, aku benar-benar nggak tahu kesalahan apa yang kulakukan. Amel sepertinya membenciku sekarang," gumam Dimas dengan suara rendah sambil menghela napas."Clara, kamu datang pagi sekali. Kamu pasti belum sarapan, 'kan? Ini untukmu." Amel memberikan sup jamur yang dibelikan Dimas untuknya kepada Clara."Kak Amel, kamu juga pasti belum m
Setelah mengatakan itu, Amel menundukkan kepalanya. Meski dia mengucapkan kata-kata ini dengan nada tenang, hatinya sangatlah kacau.Saat mereka menikah, mereka tidak memiliki perasaan terhadap satu sama lain. Namun, seiring dengan kebersamaan mereka setelah menikah, Amel mulai tertarik pada Dimas."Amel, apakah kamu akan melepaskannya begitu saja? Ini namanya perselingkuhan dalam pernikahan," kata Lidya sebagai pihak ketiga dengan menggebu-gebu."Sejujurnya, aku nggak ingin membuat segalanya menjadi terlalu buruk. Lagi pula, aku nggak punya konflik apa pun dengannya sejak kami menikah. Aku juga mengingat semua kebaikan yang dia lakukan padaku di dalam hatiku." Amel mengingat semua kebaikan Dimas padanya.Mendengar itu, Lidya menggertakkan giginya sambil berkata, "Amel, kamu nggak bisa bersikap terlalu lembut. Dia sudah melakukan ini padamu. Dia mengkhianati pernikahan kalian, tapi kamu masih bersikap lunak padanya.""Lidya, kamu sudah melihat bagaimana dia biasanya memperlakukanku. Si
Lidya menatap Amel dengan ekspresi sedih. Dia tidak tahu harus berkata apa untuk menghibur Amel."Lidya, aku sudah selesai makan. Aku akan kembali bekerja." Amel hanya makan beberapa suap sebelum kembali lagi ke toko."Kak Amel, kamu sudah kembali. Kak Dimas baru saja datang ke sini untuk membawakanmu makan siang. Dia pergi duluan karena kamu nggak ada di sini." Clara memberi tahu Amel tentang kedatangan Dimas."Hmm." Amel hanya menjawab dengan gumaman ringan.Pada saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering. Amel mengeluarkan ponsel, lalu melihatnya. Ternyata itu adalah panggilan dari neneknya. Dia pun menyesuaikan suasana hatinya sebelum menjawab panggilan."Halo, Nek!" panggil Amel dengan manis."Cucuku sayang, apakah akhir-akhir ini kamu sibuk dengan pekerjaanmu?" tanya neneknya Amel, Tuty, sambil tersenyum."Lumayan. Nek, bagaimana kabar Kakek dan Nenek?""Aku dan kakekmu sehat-sehat saja. Amel, aku dengar dari orang tuamu kalau kamu membuka toko makanan penutup sekarang?""Ya. Nek, k
Dimas belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, dia seperti selembar kertas kosong ketika harus menebak pikiran seorang wanita."Pak Dimas, apakah kamu yakin nggak melakukan kesalahan apa pun? Menurutku, Bu Amel adalah orang yang sangat pengertian. Dia nggak akan tiba-tiba mengabaikanmu hanya karena masalah sepele. Kamu pasti sudah melakukan sesuatu yang membuatnya sangat sedih.""Masalahnya adalah aku nggak melakukan apa pun." Dimas tiba-tiba merasa bahwa dia sangat sial."Kalau begitu, aku juga nggak tahu. Pak Dimas, jangan lupa kalau aku belum pernah pacaran sampai sekarang. Seperti kata pepatah, hati seorang wanita sedalam lautan, kita nggak akan bisa memahaminya," kata Irfan sambil menggelengkan kepalanya tak berdaya."Nggak berguna, percuma saja bertanya padamu. Usiamu nggak jauh beda denganku, tapi kamu belum menemukan pasangan. Apakah kamu ingin hidup sendiri selamanya?" tanya Dimas sambil melirik Irfan dengan tatapan mengejek."Nggak apa juga kalau hidup sendiri selamanya. Ak