Beranda / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Over Obsessed with You

Share

Over Obsessed with You

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-17 11:35:53

Restoran mewah itu dipenuhi cahaya temaram dari lampu kristal yang menggantung di langit-langit, memberikan kesan elegan dan eksklusif.

Alunan musik jazz yang lembut mengisi udara, berpadu dengan aroma steak yang menggoda selera.

Di dalam ruang VIP yang tertutup rapat, hanya ada mereka berdua—terpisah dari hiruk-pikuk dunia luar, seolah hanya mereka yang ada di dunia ini.

Elena menyesap anggur merah di gelasnya dengan pelan, matanya sesekali melirik pria di hadapannya yang begitu tenang, seakan tidak ada satu pun masalah yang mampu mengguncang kehidupannya. Karl memang seperti itu—penuh rahasia, penuh misteri.

"Apa kau tidak takut ada yang melihat kita di sini?" tanyanya, menatap sekeliling dengan sedikit gelisah.

Karl hanya menyunggingkan senyum tipis, matanya menatap Elena dengan tatapan percaya diri yang khas. "Aku sengaja memesan ruang VIP agar tidak ada yang melihat kita. Tapi, jika ada yang melihat pun, aku tidak takut."

Elena menghela napas. Karl dan ketidakpeduliannya terhadap
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
dicintai secara ugal-ugalan MasyaAllah lenn...... cuzzzzzzzlahhh
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
duhhh gusti.... Elena kurang apa punya calon suami kaya gini hal kecil sampe sebesar dunia udh dia pikirkan... meleleeeh hti eneng banggg
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
untung yg dicintai karl cewek seperti elena yg gak matre. coba klo cewek nya kayak jesica, bisa bisa jatuh miskin krn ulah jesica klo belanja asal nunjuk doang.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sudah Menyiapkan Rencana

    “Di mana Elena?”Suara Gio menggema di dalam restoran yang mulai sepi. Langkah kakinya terdengar berat saat ia masuk dengan ekspresi penuh amarah dan frustasi.Sudah kesekian kalinya ia datang ke sini, tapi hasilnya tetap sama. Bukan Elena yang ia temui, melainkan Maia—yang kini hanya bisa menghela napas lelah, seolah sudah muak dengan kehadiran pria itu.“Sudah kubilang padamu, Gio,” ucap Maia, suaranya terdengar tegas dan tanpa ragu. “Elena tidak datang ke restoran bahkan sejak dua minggu yang lalu!”Gio memicingkan mata, rahangnya mengencang. “Dan kau pasti tahu ke mana dia pergi, kan?” matanya menatap tajam, penuh kecurigaan.“Aku tahu Karl juga tidak datang ke kantor selama dua minggu ini. Mereka pasti sedang pergi bersama, kan?”Maia tetap berdiri tegak, menatap pria di depannya dengan ekspresi datar. Sudah berapa kali dia harus menghadapi Gio yang keras kepala ini?“Gio,” Maia menarik napas dalam, mencoba tetap tenang. “Elena sudah tidak mau kembali padamu—”“Karena otaknya sud

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kondisi yang tak Biasanya

    Langkah Federick terdengar mantap saat ia memasuki gedung The Blue Company. Setelan hitamnya rapi, namun ada ketegangan tersirat dalam gerak-geriknya.Ia tidak membuang waktu, langsung menuju ruang kerja Karl yang berada di lantai tertinggi.Di dalam ruangan luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota, Karl tengah duduk di kursinya, jemarinya menari di atas meja, seolah sedang tenggelam dalam pikirannya.Namun, begitu mendengar suara langkah Federick mendekat, ia mengangkat kepalanya.“Ada yang ingin aku sampaikan padamu.”Karl menatap Federick sekilas, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai, seolah sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan pria itu.“Kau ingin memberitahuku bahwa Gio datang kembali ke restoran Elena, kan?”Federick menahan ekspresinya, meskipun sedikit terkejut dengan ketajaman insting Karl. Ia mengangguk. “Ya. Dia menyerang Maia secara personal karena tidak ingin memberitahu di mana Elena berada.”Karl menghela napas, matanya menyipit s

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sidang Putusan

    Elena bergegas menuju pengadilan dengan langkah cepat. Hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi—antara kegelisahan karena sidang yang akan segera dimulai dan rasa penasaran tentang apa yang ingin disampaikan Thomas.Begitu tiba di gedung pengadilan, ia langsung menuju ruang pertemuan yang telah disiapkan. Di sana, Thomas sudah menunggunya, duduk dengan tenang di balik meja yang dipenuhi dokumen-dokumen penting."Halo, Thomas," sapa Elena, mencoba terdengar tegar meskipun hatinya masih sedikit bergetar.Thomas mengangkat kepalanya dan menyambutnya dengan senyum profesional. "Halo, Nona Elena. Silakan duduk dulu."Elena menurut, menarik kursi dan duduk di hadapan pengacara yang dipercaya Karl untuk menangani kasusnya.Ruangan itu terasa begitu sepi, hanya ada mereka berdua—tanda bahwa pembicaraan ini sangat penting dan tidak boleh sembarangan didengar orang lain."Ada apa, Thomas?" tanya Elena, tidak sabar ingin mengetahui alasan Thomas memintanya datang lebih awal.Thomas menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sudah Tujuh Minggu

    “Selamat siang, Tuan Karl.”Karl, yang duduk di belakang meja besar dari kayu ek, mengangkat kepalanya dari dokumen yang tengah dibacanya.Matanya menyipit sedikit sebelum bibirnya melengkung tipis, seolah menunggu kabar yang sudah ia duga sebelumnya."Bagaimana sidangnya, Thomas?" tanyanya, nada suaranya santai namun penuh arti.Thomas tersenyum lebar, melangkah lebih dekat dengan keyakinan penuh. "Sudah selesai, Tuan Karl. Seperti yang sudah saya janjikan pada Anda, semuanya beres dalam sehari, bahkan hanya tiga jam." Suaranya mengandung kebanggaan yang tak bisa disembunyikan.Karl menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Thomas dengan tatapan penuh penilaian."Aku tidak percaya jika bukan dari Elena langsung yang memberitahuku, kau tahu?" ujarnya, separuh bergurau.Thomas hanya mengangkat bahunya santai sebelum merogoh map cokelat dari tas kerjanya."Yeah, bahkan saya membawakan salinan akta cerainya untuk Anda," ucapnya seraya meletakkan dokumen itu di atas meja.Karl menatap do

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Cemas Melanda Karl

    Karl menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam, rahangnya mengatup rapat. Setiap detik yang berlalu tanpa balasan dari Elena semakin menambah kecemasannya.“Elena tidak menjawab panggilanku. Dan aku tidak tahu pergi ke rumah sakit mana dia,” ucap Karl, suaranya terdengar geram dan penuh kegelisahan.Federick yang sedang duduk di seberangnya menaikkan alis, wajahnya tampak bingung. “Elena sakit? Sakit apa? Bukankah dia sedang sidang cerai?”“Ya. Thomas bilang padaku jika Elena pamit ke rumah sakit dan tidak bisa ikut dengannya ke kantorku. Tapi, sampai saat ini Elena masih belum menerima panggilan dariku. Ada apa dengannya?”Karl semakin gelisah. Pikirannya penuh dengan skenario buruk yang terus-menerus bermain di kepalanya. Apa yang terjadi padanya? Apakah dia baik-baik saja? Mengapa tidak ada kabar sedikit pun darinya?Karl mencoba sekali lagi menghubungi Elena, menunggu dengan sabar sambil mendekatkan ponsel ke telinganya. Tapi, panggilan itu tetap berakhir tanpa jawaban.Federic

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Menyiapkan Pernikahan Kita

    "Kau ... hanya memikirkan kondisi janinnya saja? Kau benar-benar hanya mengharapkan anak saja dariku?" suaranya bergetar, setengah tersedak oleh emosi yang bergulung di dadanya.Karl mengusap wajahnya dengan telapak tangan, napasnya berat. Dia sadar betul Elena telah salah paham, dan ia tak bisa menyalahkannya.Nada suara dan kata-kata yang terlontar darinya tadi memang terdengar seolah dia hanya peduli pada janin itu, bukan Elena."Maaf," ucapnya dengan pelan, suaranya sarat dengan penyesalan. "Aku hanya panik dan terkejut mendengar kabar ini."Elena membuang muka, enggan melihat Karl lebih lama. Ia merasa hatinya telah tergores, perih oleh kekhawatiran yang menurutnya tidak pada tempatnya.Karl tahu bahwa Elena masih marah, masih menaruh ganjalan di hatinya karena pertanyaannya tadi. Ia menghela napas dalam, mencoba menata pikirannya yang semrawut."Maafkan aku, Elena," ulangnya dengan suara lebih lembut. Tangannya perlahan meraih tangan Elena, menggenggamnya dengan erat seakan ingi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Mewujudkan Impian Elena

    “Jangan terlalu memikirkan ucapan orang lain, Elena. Kau bisa stres, dan itu akan mengganggu perkembangan janinmu,” ucap Karl, suaranya penuh ketulusan dan kekhawatiran.Elena memejamkan matanya sejenak, berusaha menenangkan diri. Napas panjang dihembuskannya perlahan, seolah mencoba mengusir kepenatan yang menyesakkan dadanya.“Masalahnya adalah … aku baru cerai, Karl,” lirihnya, suaranya bergetar. Ada kesedihan yang sulit disembunyikan di sana. Luka yang masih menganga, perasaan kehilangan yang masih menusuk hatinya.Karl mengangguk, memahami beban yang dipikul wanita itu. “Ya, aku tahu. Tapi, mau bagaimana lagi? Kau tidak akan mungkin menggugurkan kandungannya, kan?”Elena menatapnya, matanya berkabut. “Hanya wanita gila yang berani menggugurkan kandungannya.”Karl tersenyum tipis, lega mendengar jawaban itu. Ia kemudian mendekat, menatap wajah Elena dengan penuh keyakinan. “Kalau begitu, dengarkan aku.” Nada suaranya dalam, penuh kepastian.“Kita akan baik-baik saja. Kau akan baik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bukan Malam yang Harus Dikenang

    “Kurang ajar! Pria tidak tahu diri. Berani sekali kau mengkhianatiku. Argh!” Elena terus mengoceh dalam keadaan mabuk di sebuah minibar yang ada di hotel bintang lima tersebut. Wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu tidak terima diselingkuhi oleh sang suami.“Apa yang kau lakukan di sini, Elena?”Wanita itu menoleh pelan setelah mendengar suara dari samping. Penglihatannya yang sudah memudar akibat mabuk, sontak menyipitkan mata menatap sosok pria tegap yang duduk di sampingnya. “Apa kau mengenaliku?” la menatap pria itu yang meski samar-samar, terlihat tampan.“Ada apa denganmu, Elena?” tanya pria itu dengan nada datarnya sembari membantu Elena agar duduk dengan tegap.“Aku ….” Elena menghela napas berat. Baru saja ia hendak berdiri, namun, kakinya terasa lemas hingga akhirnya hanya menatap wajah pria itu. “Apa kau mau menemaniku malam ini?” tanyanya dengan nada menggoda.Pria yang dengan paras wajah yang nyaris sempurna itu mengerutkan keningnya. Ia lalu menggeleng, tak menyik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Mewujudkan Impian Elena

    “Jangan terlalu memikirkan ucapan orang lain, Elena. Kau bisa stres, dan itu akan mengganggu perkembangan janinmu,” ucap Karl, suaranya penuh ketulusan dan kekhawatiran.Elena memejamkan matanya sejenak, berusaha menenangkan diri. Napas panjang dihembuskannya perlahan, seolah mencoba mengusir kepenatan yang menyesakkan dadanya.“Masalahnya adalah … aku baru cerai, Karl,” lirihnya, suaranya bergetar. Ada kesedihan yang sulit disembunyikan di sana. Luka yang masih menganga, perasaan kehilangan yang masih menusuk hatinya.Karl mengangguk, memahami beban yang dipikul wanita itu. “Ya, aku tahu. Tapi, mau bagaimana lagi? Kau tidak akan mungkin menggugurkan kandungannya, kan?”Elena menatapnya, matanya berkabut. “Hanya wanita gila yang berani menggugurkan kandungannya.”Karl tersenyum tipis, lega mendengar jawaban itu. Ia kemudian mendekat, menatap wajah Elena dengan penuh keyakinan. “Kalau begitu, dengarkan aku.” Nada suaranya dalam, penuh kepastian.“Kita akan baik-baik saja. Kau akan baik

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Menyiapkan Pernikahan Kita

    "Kau ... hanya memikirkan kondisi janinnya saja? Kau benar-benar hanya mengharapkan anak saja dariku?" suaranya bergetar, setengah tersedak oleh emosi yang bergulung di dadanya.Karl mengusap wajahnya dengan telapak tangan, napasnya berat. Dia sadar betul Elena telah salah paham, dan ia tak bisa menyalahkannya.Nada suara dan kata-kata yang terlontar darinya tadi memang terdengar seolah dia hanya peduli pada janin itu, bukan Elena."Maaf," ucapnya dengan pelan, suaranya sarat dengan penyesalan. "Aku hanya panik dan terkejut mendengar kabar ini."Elena membuang muka, enggan melihat Karl lebih lama. Ia merasa hatinya telah tergores, perih oleh kekhawatiran yang menurutnya tidak pada tempatnya.Karl tahu bahwa Elena masih marah, masih menaruh ganjalan di hatinya karena pertanyaannya tadi. Ia menghela napas dalam, mencoba menata pikirannya yang semrawut."Maafkan aku, Elena," ulangnya dengan suara lebih lembut. Tangannya perlahan meraih tangan Elena, menggenggamnya dengan erat seakan ingi

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Cemas Melanda Karl

    Karl menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam, rahangnya mengatup rapat. Setiap detik yang berlalu tanpa balasan dari Elena semakin menambah kecemasannya.“Elena tidak menjawab panggilanku. Dan aku tidak tahu pergi ke rumah sakit mana dia,” ucap Karl, suaranya terdengar geram dan penuh kegelisahan.Federick yang sedang duduk di seberangnya menaikkan alis, wajahnya tampak bingung. “Elena sakit? Sakit apa? Bukankah dia sedang sidang cerai?”“Ya. Thomas bilang padaku jika Elena pamit ke rumah sakit dan tidak bisa ikut dengannya ke kantorku. Tapi, sampai saat ini Elena masih belum menerima panggilan dariku. Ada apa dengannya?”Karl semakin gelisah. Pikirannya penuh dengan skenario buruk yang terus-menerus bermain di kepalanya. Apa yang terjadi padanya? Apakah dia baik-baik saja? Mengapa tidak ada kabar sedikit pun darinya?Karl mencoba sekali lagi menghubungi Elena, menunggu dengan sabar sambil mendekatkan ponsel ke telinganya. Tapi, panggilan itu tetap berakhir tanpa jawaban.Federic

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sudah Tujuh Minggu

    “Selamat siang, Tuan Karl.”Karl, yang duduk di belakang meja besar dari kayu ek, mengangkat kepalanya dari dokumen yang tengah dibacanya.Matanya menyipit sedikit sebelum bibirnya melengkung tipis, seolah menunggu kabar yang sudah ia duga sebelumnya."Bagaimana sidangnya, Thomas?" tanyanya, nada suaranya santai namun penuh arti.Thomas tersenyum lebar, melangkah lebih dekat dengan keyakinan penuh. "Sudah selesai, Tuan Karl. Seperti yang sudah saya janjikan pada Anda, semuanya beres dalam sehari, bahkan hanya tiga jam." Suaranya mengandung kebanggaan yang tak bisa disembunyikan.Karl menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Thomas dengan tatapan penuh penilaian."Aku tidak percaya jika bukan dari Elena langsung yang memberitahuku, kau tahu?" ujarnya, separuh bergurau.Thomas hanya mengangkat bahunya santai sebelum merogoh map cokelat dari tas kerjanya."Yeah, bahkan saya membawakan salinan akta cerainya untuk Anda," ucapnya seraya meletakkan dokumen itu di atas meja.Karl menatap do

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sidang Putusan

    Elena bergegas menuju pengadilan dengan langkah cepat. Hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi—antara kegelisahan karena sidang yang akan segera dimulai dan rasa penasaran tentang apa yang ingin disampaikan Thomas.Begitu tiba di gedung pengadilan, ia langsung menuju ruang pertemuan yang telah disiapkan. Di sana, Thomas sudah menunggunya, duduk dengan tenang di balik meja yang dipenuhi dokumen-dokumen penting."Halo, Thomas," sapa Elena, mencoba terdengar tegar meskipun hatinya masih sedikit bergetar.Thomas mengangkat kepalanya dan menyambutnya dengan senyum profesional. "Halo, Nona Elena. Silakan duduk dulu."Elena menurut, menarik kursi dan duduk di hadapan pengacara yang dipercaya Karl untuk menangani kasusnya.Ruangan itu terasa begitu sepi, hanya ada mereka berdua—tanda bahwa pembicaraan ini sangat penting dan tidak boleh sembarangan didengar orang lain."Ada apa, Thomas?" tanya Elena, tidak sabar ingin mengetahui alasan Thomas memintanya datang lebih awal.Thomas menatap

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kondisi yang tak Biasanya

    Langkah Federick terdengar mantap saat ia memasuki gedung The Blue Company. Setelan hitamnya rapi, namun ada ketegangan tersirat dalam gerak-geriknya.Ia tidak membuang waktu, langsung menuju ruang kerja Karl yang berada di lantai tertinggi.Di dalam ruangan luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota, Karl tengah duduk di kursinya, jemarinya menari di atas meja, seolah sedang tenggelam dalam pikirannya.Namun, begitu mendengar suara langkah Federick mendekat, ia mengangkat kepalanya.“Ada yang ingin aku sampaikan padamu.”Karl menatap Federick sekilas, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai, seolah sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan pria itu.“Kau ingin memberitahuku bahwa Gio datang kembali ke restoran Elena, kan?”Federick menahan ekspresinya, meskipun sedikit terkejut dengan ketajaman insting Karl. Ia mengangguk. “Ya. Dia menyerang Maia secara personal karena tidak ingin memberitahu di mana Elena berada.”Karl menghela napas, matanya menyipit s

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sudah Menyiapkan Rencana

    “Di mana Elena?”Suara Gio menggema di dalam restoran yang mulai sepi. Langkah kakinya terdengar berat saat ia masuk dengan ekspresi penuh amarah dan frustasi.Sudah kesekian kalinya ia datang ke sini, tapi hasilnya tetap sama. Bukan Elena yang ia temui, melainkan Maia—yang kini hanya bisa menghela napas lelah, seolah sudah muak dengan kehadiran pria itu.“Sudah kubilang padamu, Gio,” ucap Maia, suaranya terdengar tegas dan tanpa ragu. “Elena tidak datang ke restoran bahkan sejak dua minggu yang lalu!”Gio memicingkan mata, rahangnya mengencang. “Dan kau pasti tahu ke mana dia pergi, kan?” matanya menatap tajam, penuh kecurigaan.“Aku tahu Karl juga tidak datang ke kantor selama dua minggu ini. Mereka pasti sedang pergi bersama, kan?”Maia tetap berdiri tegak, menatap pria di depannya dengan ekspresi datar. Sudah berapa kali dia harus menghadapi Gio yang keras kepala ini?“Gio,” Maia menarik napas dalam, mencoba tetap tenang. “Elena sudah tidak mau kembali padamu—”“Karena otaknya sud

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Over Obsessed with You

    Restoran mewah itu dipenuhi cahaya temaram dari lampu kristal yang menggantung di langit-langit, memberikan kesan elegan dan eksklusif.Alunan musik jazz yang lembut mengisi udara, berpadu dengan aroma steak yang menggoda selera.Di dalam ruang VIP yang tertutup rapat, hanya ada mereka berdua—terpisah dari hiruk-pikuk dunia luar, seolah hanya mereka yang ada di dunia ini.Elena menyesap anggur merah di gelasnya dengan pelan, matanya sesekali melirik pria di hadapannya yang begitu tenang, seakan tidak ada satu pun masalah yang mampu mengguncang kehidupannya. Karl memang seperti itu—penuh rahasia, penuh misteri."Apa kau tidak takut ada yang melihat kita di sini?" tanyanya, menatap sekeliling dengan sedikit gelisah.Karl hanya menyunggingkan senyum tipis, matanya menatap Elena dengan tatapan percaya diri yang khas. "Aku sengaja memesan ruang VIP agar tidak ada yang melihat kita. Tapi, jika ada yang melihat pun, aku tidak takut."Elena menghela napas. Karl dan ketidakpeduliannya terhadap

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Biar Waktu yang Menjawab

    “Kau berbeda, Elena.” Mata Karl menatap lekat wajah Elena, seolah berusaha menelusuri hingga ke dasar hatinya.Sorot matanya penuh ketulusan, mencoba meyakinkan wanita itu bahwa setiap kata yang terucap lahir dari lubuk hatinya yang paling dalam.Napasnya terdengar berat, seolah menyimpan banyak hal yang ingin diungkapkan namun terhalang oleh waktu."Kau adalah wanita yang mampu membuat semua rencana yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya menjadi hal yang mesti aku pikirkan."Suaranya serak, namun tetap terdengar penuh keyakinan.Jarinya yang kasar menggenggam tangan Elena dengan erat, seakan ingin menyampaikan bahwa ia tidak akan pernah melepaskannya.Ada kehangatan yang meresap, menjalar hingga ke relung hati Elena yang paling rapuh.Elena masih bergeming. Sorot matanya beradu dengan milik Karl, namun bibirnya tetap terkunci.Ia hanya merasakan genggaman dari tangan Karl yang begitu erat, seolah memohon agar ia tetap tinggal. Detak jantungnya berpacu, tak menentu."Aku ingin memili

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status