“Olivia, aku serius dengan apa yang aku ucapkan. Aku mohon maafkan aku,” Miranda kembali berbicara. Dan sekarang wanita itu menangis memohon maaf. Olivia melihat Miranda yang mulai bersimpuh di bawah kakinya dengan air mata palsunya itu. Dia sama sekali tidak akan pernah percaya dengan permintaan dan wajah memelas ibu tirinya itu. “Bangunlah, Miranda! Kamu tidak berhak melakukan semua ini. Dia putriku dan sudah pasti putrimu juga,” ucap Leon sembari membangunkan Miranda. “Tidak! Aku pantas melakukan semua ini. Aku sudah banyak membuat masalah untuk Olivia. Aku juga sudah membuatnya sangat menderita.” Miranda begitu bersikeras untuk meminta maaf kepada Olivia. Dia terus bersimpuh dan tidak ingin berdiri sebelum putri tirinya itu memaafkan semua perbuatan yang sudah dilakukan olehnya. Olivia tersenyum kecut. Melihat sandiwara ibu tirinya. Dia juga melihat raut wajah ayahnya yang mulai kesal. Namun, dia tidak akan memberikan kemenangan bagi ibu tirinya itu. “Kamu ingin maaf darik
Olivia masih duduk di atas pangkuan Nolan sembari melihat orang yang masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa izin. Dia merasa kesal juga mengapa tidak ada yang menghalangi orang itu.Dia menatap orang itu dan sekarang dia ingat dengannya. Orang itu adalah wanita yang ada di dalam mobil Nolan kemarin sore. Dia semakin kesal tetapi dia masih tetap duduk di atas pangkuan Nolan.
"Aku tidak peduli akan hal itu. Sebaiknya kamu simpan saja untukmu!” Olivia berkata pada ibu tirinya dengan nada datar.“Aku yakin jika kamu tahu semua ini. Maka kamu akan berpikir kembali untuk bersama dengannya.”Olivia kembali tersenyu
Olivia berusaha untuk melepaskan diri tetapi seseorang berhasil membekapnya hingga tidak sadarkan diri. Hingga akhirnya mereka bisa bernapas sedikit lega karena Olivia tidak memberontak. “Percepat mobilnya! Aku yakin bos sudah menunggu kita!” ucap seorang pria dengan kaus berwarna merah pada rekannya yang sedang memegang kendali setir. Mobil pun melaju dengan cepat dan akhirnya tiba di sebuah bangunan terbengkalai. Pria yang mengenakan kaus hitam menggendong Olivia dan membawanya masuk ke dalam bangunan itu. Dia mendudukkan Olivia di sebuah kursi kayu lalu mengikatnya dengan tali dengan erat. Tidak begitu lama Olivia pun tersadar dan melihat tiga orang pria sudah ada di depannya. “Siapa kalian?” “Itu tidak penting,” jawab pria dengan kau merah dengan nada datar. Olivia menyadari jika kedua tangannya terikat. Dia berusaha untuk melepaskan ikatan itu tetapi tidak bisa. Dia kembali menatap ke arah tiga pria yang ada di depannya. Dia sama sekali tidak mengenali mereka dan dia ya
“nona, sebaiknya Anda segera masuk karena pesawat yang akan membawa Anda akan segera berangkat!” “Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum kamu menjelaskan semuanya padaku!” “Nona, mungkin setelah Anda tiba di Paris maka semuanya akan jelas.” Olivia pun sudah tidak bisa memaksa lagi asistennya itu. Dia masih menatap Adel dan merasa sedikit khawatir jika dirinya pergi. Dia yakin jika ibu tirinya pasti akan kembali ke perusahaan. “Bagaimana jika aku tidak ada di perusahaan? Aku yakin ibu tiriku akan kembali ke sana.” “Nona, tidak perlu mengkhawatirkan saya. Karena, Nyonya Miranda tidak bisa melakukan hal buruk kepada saya.” Ponsel Adel berdering. Dia mengambil ponselnya dari saku jasnya. Dia langsung mengangkatnya dan menyerahkan ponselnya kepada sang nona. “Tuan Nolan, ingin bicara dengan Anda.” Olivia mengambil ponsel Adel. Dia mendengarkan perkataan Nolan yang ada di ujung telepon. Dia semakin penasaran dengan wanita yang ada di depannya karena Nolan begitu yakin tidak akan te
Nolan semakin agresif menyesap bulatan kecil milik Olivia dan sesekali memulas dengan lidahnya. Sehingga membuat tubuh Olivia menggeliat dan melenguh. Olivia semakin menekankan tubuhnya ke dinding untuk menopang tubuhnya agar tidak terjatuh karena kedua kakinya terasa lemas. Dia kembali melenguh karena Nolan terus saja menyesap kedua payudaranya secara bergantian. “Aku menyukainya,” ucap Nolan setelah dia mendengar Olivia melenguh beberapa kali. Nolan pun kembali menjelajah setiap inci tubuh Olivia hingga ke perut dan akhirnya berhenti di depan area kewanitaannya. Dia menjulurkan jarinya dan memainkan klitorisnya. “Ahh ... Nolan ....” Olivia melenguh dan memanggil nama Nolan. Kedua tangannya memegang rambut Nolan dan meremasnya. Dia semakin tidak berdaya karena kenikmatan yang diberikan oleh pria itu. Lenguhannya semakin kencang tatkala Nolan mulai memulas klitorisnya. Dia menarik rambut Nolan karena gairahnya semakin memuncak. Tubuhnya menggeliat dan dia berusaha untuk mengh
“Miranda. Dia bukan yang sudah menculik aku?” sela Olivia sembari memasukkan satu sendok makan ke dalam mulutnya. Dia berpikir jika yang sudah menculiknya adalah ibu tirinya. Karena dia sangat mengenal Miranda yang ingin dirinya menderita dan meninggalkan pria yang ada di sampingnya saat ini. “Miranda tidak ada kaitannya dengan penculikanmu kemarin,” sambung Ian. Dengan yakin. “Jika bukan dia siapa? Aku sama sekali tidak memiliki musuh lainnya.” “Paula.” “Berani sekali dia!” ujar Nolan dengan nada dingin. Olivia terdiam. Dia masih memikirkan mengapa wanita itu melakukan semuanya. Padahal dia tidak pernah mengganggunya dan tidak melakukan hal buruk kepadanya. “Apa yang harus aku lakukan padanya?” tanya Ian pada Nolan. “Jangan lakukan apa-apa dulu padanya.” “Mengapa? Apakah kamu ada masalah jika dia kenapa-kenapa?” tanya Olivia dengan nada tidak suka. “Jangan ikut campur masalah ini! Biar aku yang urus, Paula!” Olivia mendelik. Dia tidak suka dengan jawaban yang diberikan
“Luka aku tidak parah. Kamu jangan memanggil dokter,” ucap Paula pada Nolan. Sembari memperlihatkan jika dirinya begitu diperhatikan oleh Nolan kepada Olivia. Olivia hanya menatap drama yang ada di depannya. Dia tahu jika Paula memang sengaja melakukan semua itu. Wanita itu ingin membuatnya kesal sehingga memutuskan untuk menjauh dari Nolan. Dia pun berjalan ke luar dan tidak memedulikan apa yang akan dilakukan oleh mereka berdua. Dia melihat Ian yang ada di luar sepertinya sedang menunggu seseorang. “Ian, bisakah kamu meminjamkan sopir dan mobil untuk aku?” tanya Olivia. “Nona Olivia, mau ke mana?” “Ke mana saja yang penting tidak ada di rumah ini.” Ian terdiam sejenak dan dia memikirkan apakah memberikan mobil dan sopir. Dia yakin jika wanita yang ada di depannya belum mendapatkan izin dari Nolan. Namun, dia juga tahu jika di dalam sana ada Paula dan mungkin inilah alasannya Olivia ingin pergi. “Ayolah, Ian. Apakah kamu ingin aku pergi sendiri?” Olivia terus memaksa Ian
Olivia berdiri di balkon apartemennya. Dia hanya diam sembari melihat langit biru yang cerah. Wajahnya terpancar kesedihan dan rasa kesepian karena selama dua bulan ini dirinya tidak bertemu dengan Nolan. “Sampai kapan kamu akan terus berada di dalam apartemenmu ini?” tanya Adel yang baru saja berdiri di sampingnya. “Malam ini aku akan berada di apartemen ini. Setelah itu aku akan kembali ke rumahku.”“Apakah kamu masih belum mau menemui, Nolan?” “Dia sudah bahagia bersama dengan wanita itu.”“Kamu salah.”“Aku tidak salah.”Olivia melihat ke arah Adel dan wanita itu menggelengkan kepalanya. Dia tidak paham mengapa Adel masih saja membela Nolan yang sudah memutuskan untuk bersama dengan wanita itu bukannya menemuinya. “Olivia, malam itu dia memang menemui Miranda. Namun, setelah itu dia pergi dan langsung menuju ke Paris. Ada rekan bisnisnya yang mengalami penyerangan.”“Kalau itu aku tidak tahu. Ceritakan lagi padaku yang sebenarnya terjadi!” “Makannya kalau dia menghu
Sudah satu minggu Olivia belum mendapatkan kabar tentang Nolan. Rasa khawatir semakin bergelayut di dalam hatinya. Akan tetapi, dia selalu berusaha untuk bersikap tenang. Sebab dia yakin jika Nolan akan kembali ke sisinya. Di saat kepergian Nolan semua rencananya berjalan dengan lancar. Dia berhasil merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Dia juga berhasil membuat Miranda mundur beberapa langkah dari rencana yang sudah dibuat. “Apa kamu sudah puas, Olivia?! Kamu sudah mengambil semuanya. Sekarang biarkan aku bersama dengan ayah dari bayi yang aku kandung ini,” tanya Miranda dengan nada kesal. “Puas? Aku sama sekali tidak puas karena kamu sudah membuat hidupku hancur. Apakah kamu sempat berpikir yang kamu lakukan itu adalah hal buruk?” “Aku tidak peduli akan hal buruk atau baik. Karena aku hanya ingin memiliki apa yang seharusnya menjadi milik aku!” Olivia tersenyum kecut saat mendengar perkataan Miranda. Dia tidak habis pikir semua yang dimilikinya mengapa bisa seh
Olivia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di depannya. Akan tetapi, dia tidak bisa mempercayai semua perkataan yang diucapkan oleh wanita itu tentang Nolan. “Jangan asal bicara! Sebaiknya jangan mencari masalah di sini!” tukas Nolan. Yang kesal dengan apa yang dilakukan oleh wanita yang ada di depannya yang tidak lain adalah Miranda. “Jangan membuangku begitu saja Nolan! Kamu harus bertanggung jawab! Ini adalah bayimu dan aku tidak ingin bayi ini lahir tanpa seorang ayah.” Miranda terus saja mengatakan jika dirinya tengah hamil. Dia pun menunjukkan buktinya. Dia begitu percaya diri jika dirinya sedang hamil anak dari Nolan dan tidak lama lagi pria itu akan menjadi miliknya. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukan Nolan dengan semua bisnisnya. Olivia hanya diam mendengar semua perkataan yang dilayangkan oleh Miranda. Dia mengingat kembali kedekatan Nolan bersama Miranda selama satu tahun terakhir ini. Dan itu memungkinkan terjadinya hal i
“Kamu akan tahu sebentar lagi,” Nolan menjawab pertanyaan yang barusan dilayangkan oleh Olivia kepadanya. Olivia pun kembali melihat ke arah Tom setelah mendengar jawaban Nolan. Dia melihat Tom yang juga menatap ke arah Nolan dengan tatapan penuh rasa kesal. Dan pria itu memutuskan sambungan teleponnya. “Mengapa kamu melakukan semua ini?!” tanya Tom dengan nada tinggi pada Nolan. “Sudah aku katakan bukan padamu. Jika aku tidak akan melepaskan siapa saja yang ada kaitannya dengan kecelakaan itu.” “Aku yang menyelamatkannya. Jika tidak ada aku maka dia akan mati.” “Sungguh? Kamu begitu yakin.” Olivia masih merasa bingung dengan perdebatan mereka berdua. Dia pun mulai berpikir apakah kecelakaan yang sedang mereka bicarakan adalah kecelakaan yang menimpanya satu tahun yang lalu di Bali. “Yang aku tahu jika kamu memang melakukan semua itu hanya ingin membuat Olivia berada di sisimu,” Nolan kembali berkata pada Tom. “Apa tujuannya melakukan semua ini?” Olivia akhirnya bertanya p
Olivia masih mendengar pintu apartemennya diketuk. Dia akhirnya kembali melihat siapa orang yang ada di balik pintu. Dia melihat seseorang yang dikenalnya. Sehingga membuatnya bernapas lega. Lalu membuka pintu apartemennya. “Mengapa lama sekali membukanya?” tanya orang itu. Setelah Olvia membuka pintu apartemennya. “Aku pikir bukan kamu.” “Lantas siapa?” “Tadi ada yang mengetuk pintu tetapi sewaktu aku melihat di layar tidak ada siapa-siapa,” jelas Olivia. Sembari memutuskan sambungan teleponnya. Dia merasa sedikit tenang karena yang ada di hadapannya saat ini adalah Tom. Dia berpikir jika pria itu masih ada di luar negeri ternyata sudah ada di Jakarta. “Kapan kamu kembali? Mengapa kamu tidak mengatakan jika kamu sudah ada di Jakarta?” Olivia bertanya pada Tom. “Dua jam yang lalu. Dan aku langsung ke sini karena ada yang harus aku bicarakan denganmu.” Olivia melihat Tom berjalan menuju sofa. Dia pun mengikuti pria itu dan duduk tepat di hadapannya. Dia menunggu apa yang ingi
Karyawan wanita itu menjerit karena terkejut dan itu membuat Angel yang ada di ruangannya ke luar. Dia langsung menuju suara jeritan itu dan akhirnya dia melihat seorang wanita yang sedang membungkukkan tubuhnya ke arah karyawannya. “Siapa kamu?” tanya Angel pada wanita yang terlihat sedang mengancam karyawannya. Olivia langsung mengubah posisi tubuhnya dan dia melihat ke arah Angel. Dia memberikan senyumannya dan mendekat ke arah wanita yang sudah membantunya selama ini dan bahkan sempat bermusuhan juga dengannya. “Olivia ...,” ucap Angel saat melihat wajah wanita yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. “Apa kamu juga akan takut melihat aku?” tanya Olivia pada Angel. Setelah dia ada di hadapannya. “Aku sama sekali tidak takut meski kamu adalah hantunya sekalipun,” timpal Angel. Karena dia memang sudah melihat Olivia saat bertemu dengan Nolan. “Baguslah kalau begitu.” Setelah mengatakan itu Olivia pun berjalan kembali dan melewati Angel. Dia mulai memperhatikan satu per
"Sayang, mengapa kamu begitu manis hari ini? Dan kamu memintanya duluan,” ucap Miranda. Dengan nada sedikit menggoda. Tanpa banyak bicara lagi. Nolan beranjak dan berjalan ke luar dari dalam ruangan. Begitu juga dengan Miranda yang berdiri dan menatap ke arah Olivia. “Kamu dengar barusan bukan? Jika dia menginginkan aku dan bukan kamu. Aku tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan kemarin di Bali bersama dengannya. Sebab kamu hanya wanita saat saja baginya.” Miranda pun berjalan ke luar setelah mengatakan itu. Dia tersenyum puas dan penuh kemenangan. Dia tidak mengira juga jika Nolan menginginkannya dan mengatakannya di depan wanita yang sangat mirip dengan putri tirinya. Olivia tersenyum miring. Dia pun melihat kepergian Miranda. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan mereka berdua lakukan. Tidak begitu lama ada sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimkannya pesan singkat. “Untuk apa lagi dia mengirimkan aku pesan? Buka
“Terima kasih karena kamu sudah mengantarnya,” ucap Olivia pada karyawan wanita yang ada di depannya. “Nona, apakah ada yang perlu saya bantu?” Karyawan wanita itu bertanya pada nona yang ada di depannya. “Tidak ada. Kamu boleh kembali ke posisimu.” Olivia melihat karyawan wanita itu mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan ruangan. Lalu menutup pintu ruang kerjanya dengan rapat. Sekarang dia menatap orang yang ada di depannya yang juga sedang memandanginya. Dia sama sekali tidak bicara karena dia ingin orang itu yang lebih dahulu mengatakan maksud kedatangannya. “Mengapa? Mengapa kamu tidak begitu lemah?” tanya orang itu pada Olivia. “Lemah? Apakah aku selama ini kamu anggap seperti wanita lemah?” Olivia sedikit geram dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh orang yang ada di depannya. Padahal selama ini dirinya berusaha untuk menjadi wanita yang lebih kuat untuk menghadapi ibu tirinya. “Kalau begitu mengapa kamu memutuskan untuk menjauh dariku?” “Nolan Raymond, bukan
Nolan menunggu jawaban dari pertanyaan yang baru saja dilayangkan olehnya pada Olivia. Dia tidak paham mengapa Olivia mengatakan jika kali ini adalah yang terakhir. Dia sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari Olivia. Dan wanita itu beranjak dari atas ranjang lalu berjalan menuju ke kamar mandi. “Sebenarnya apa yang akan dilakukan olehnya?” gumam Nolan. Sembari mengambil ponselnya yang ada di atas lantai. Dia melihat ke layar ponselnya dan melihat nama Miranda. Dia mengabaikan panggilan dari wanita itu. Sebab dia sudah merasa muak dengan Miranda yang tidak henti membuat masalah. Padahal dia sudah memberikan kesempatan pada wanita itu. Nolan mengabaikan panggilan telepon dari Miranda. Dia sedang tidak ingin bicara dengannya. Dia masih memikirkan apa yang barusan diucapkan oleh Olivia. Tidak berselang lama Olivia ke luar dari dalam kamar mandi. Dia masih melihat Nolan yang duduk di atas ranjang. Dia mengabaikan pria itu dan merapikan barang-barang miliknya karena dia akan kemb