Ian langsung membalikkan tubuhnya. Dia melihat wanita yang tadi siang menghadiri pernikahan Angel dan Ethan. Wanita itu tidak lain adalah wanita yang sudah membawa pergi Andreas. “Kamu? Dari mana kamu tahu jika Olivia masih hidup? Bahkan pihak rumah sakit belum mengatakan hasil visumnya. Dan bagaimana kamu bisa masuk ke vila ini?” Ian bertanya pada wanita yang ada di depannya. “Bukan hal yang sulit untuk masuk ke dalam vila ini. Aku sudah mengatakan apa yang harus aku katakan padamu. Sekarang terserah kamu dan tuanmu itu apakah akan mencari Olivia atau tidak,” Wanita itu kembali berkata. Setelah itu dia pergi meninggalkan vila dengan santainya. Ian hanya melihat kepergian wanita itu yang berjalan dengan santai. Tanpa ada rasa takut karena sudah menerobos masuk ke dalam vila. Dia pun membalikkan tubuhnya dan berjalan masuk ke dalam vila untuk menemui Nolan. Dia pun menghentikan langkahnya saat sudah ada di depan pintu ruang kerja Nolan. Dia mengetuk pintunya dan mendengar suara
"Kamu lihatlah ini!” ucap Miranda. Sembari menyerahkan sebuah tablet pada Nolan. Nolan mengambil tablet milik Miranda. Dia melihat ada sebuah video dan dia pun menyalakannya. Dia melihat apa yang terjadi pada mobil yang ditumpangi oleh Olivia. Dia juga melihat mobil yang menghantam sangat keras mobil Olivia. Sehingga berguling-guling. Dia juga melihat seorang pria yang ke luar dari dalam mobil yang barusan menabrak mobil Olivia. “Apakah hanya ini?” tanya Nolan. Yang merasa jika masih ada kelanjutannya. “Bukalah video satunya lagi.” Nolan pun mengeluarkan video yang sudah dilihatnya. Sekarang dia membuka video yang satunya lagi. Dia melihat pria dengan jaket merah membakar mobil yang ditumpangi Olivia. Setelah itu dia melihat pria dengan jaket merah pergi menggunakan mobil lainnya. Dia masih melihat mobil yang satunya lagi. Di mana mobil itu adalah mobil yang menabrak mobil Olivia. “Kamu tahu siapa pemilik mobil ini?” tanya Nolan sembari menunjukkannya pada Miranda. “Aku tid
"Sampai kapan kamu akan terus seperti ini, Nolan Raymond?” tanya Alex yang sudah mulai gerah dengan Nolan yang menghabiskan waktunya hanya untuk mabuk-mabukan. “Jangan pedulikan aku.” Nolan terus saja meminum minuman langsung dari botolnya. Hanya ini yang bisa dilakukan olehnya. Dia merasa sedih dan menyesal karena sudah kehilangan Olivia. Dia tidak bisa melupakannya dan selalu menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang terjadi pada Olivia. “Ini sudah satu tahun. Apakah kamu akan terus seperti ini? Jika benar Olivia masih hidup pasti dia akan sangat sedih melihatmu menjadi pria pemabuk,” Alex kembali berkata pada Nolan. “Dia begitu keras kepala,” sambung Ian yang baru saja masuk ke dalam kamar Nolan. Ian mendekat ke arah Alex dan setelah itu dia menatap Nolan yang masih terus minum. Dia melihat perbedaan Nolan saat ditinggal oleh Miranda dan Olivia. Menurutnya kepergian Olivia adalah hal yang sangat berpengaruh besar. “Kalian bodoh! Mengapa tidak bisa menemukan Olivia? Padahal
Adel sangat terkejut saat mendengar suara seorang wanita yang ada di ujung telepon. Dia merasa sedang berbicara dengan Olivia. Sebab dia tidak bisa melupakan suaranya hingga saat ini. “Maafkan aku ... aku pikir kamu adalah bosku dan sekaligus temanku,” ucap Adel. Pada orang yang ada di seberang telepon. Dia kembali mendengarkan perkataan wanita yang itu. Sembari terus menyimak dan dirinya semakin ingin bertemu dengannya. Dia benar-benar merasa sedang berbicara dengan Olivia. “Baiklah. Aku akan segera ke sana dan membicarakan semuanya,” Adel kembali berkata pada wanita itu. Lalu memutuskan sambungan teleponnya. “Siapa yang menghubungimu?” tanya Ian. Setelah dia mendengar Adel menyebut nama Olivia. “Dia adalah desainer kalung yang dikontrak oleh temanku. Sekarang dia ingin bertemu denganku.” “Lantas mengapa kamu menyebutnya, Olivia?” “Nanti kita bicarakan lagi. Aku sedang buru-buru.” Adel pun langsung berjalan menuju mobilnya. Dia masuk ke dalam mobilnya dan menjalankannya. D
Hari pembukaan toko perhiasan sudah tiba. Semua para tamu undangan pun sudah hadir. Begitu juga dengan Adel yang memang sudah tiba di toko perhiasan itu lebih awal. Sebab dia ingin bertemu dengan Olivia. Dia masih merasa penasaran dengan wanita yang nama dan wajahnya sangat mirip dengan Olivia. Akan tetapi, Olivia sama sekali tidak hadir dalam acara pembukaan toko perhiasan itu. Karena ada pekerjaan yang harus dilakukan olehnya. “Kamu sedang mencari siapa?” tanya Diana pada Adel. Yang terlihat seperti sedang mencari seseorang. “Apakah, Olivia benar-benar tidak akan hadir hari ini?” “Iya. Dia tidak bisa hadir dan dia juga sudah meminta izin padaku.” Ponsel Diana berdering. Dia melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dia pun langsung mengangkat teleponnya. Dia mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang yang ada di ujung telepon. “Acaranya sudah selesai. Aku bisa kembali sekarang dan menemanimu,” Diana berkata pada orang yang ada di ujung telepon. Lalu setelah itu dia memutu
"Aku tahu,” Olivia berkata pada orang yang saat ini duduk di seberangnya. “Sampai kapan kamu akan merahasiakan semuanya?” “Waktunya belum tepat. Aku hanya ingin menemukan sesuatu dan melihat semuanya tanpa ada rasa curiga lagi.” “Tom, bagaimana dengan malam ini? Apakah kamu akan menghadiri pesta malam ini?” Olivia kembali bertanya pada pria yang ada di depannya. “Tentu saja. Dan aku ingin kamu menemani aku.” “Sesuai dengan janjiku. Aku akan menemani kamu.” Setelah mengatakan itu Olivia pun beranjak. Dia berjalan menuju ke kamarnya. Dia melihat sudah ada gaun yang akan dikenakan olehnya malam ini. Serta beberapa hal penunjangnya. “Rupanya dia sudah menyiapkan semuanya untuk aku,” gumam Olivia. Olivia terdiam sejenak. Dia kembali teringat pada Adel. Sebenarnya dia sangat ingin mengatakan semuanya pada wanita itu. Jika dirinya memang benar Olivia Sander. Akan tetapi, jika terbongkar sejak awal maka semuanya tidak akan bisa sesuai dengan apa yang sudah direncanakan olehnya. “S
"Jadi benar kamu adalah, Olivia Sander?” tanya Nolan. Yang juga mendengar jawaban Olivia atas pertanyaan Ian barusan. “Tunggu dulu! Aku rasa kalian sudah salah mengenali orang. Dia bukan Olivia Sander tapi dia adalah, Olivia Antolin,” ucap seseorang yang juga mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh mereka semua. Olivia melihat ke arah orang yang barusan berbicara. Dia melihat Diana bersama dengan seorang pria yang tidak lain suaminya. Dia memberikan senyuman pada wanita itu. “Nah, apa kamu sudah dengar siapa namaku? Aku adalah Olivia Antolin. Dan aku adalah adik dari Tom Antolin.” Olivia pun akhirnya memperkenalkan dirinya sebagai adik dari Tom Antolin. Dia memegang tangan pria yang ada di sampingnya. Dia memperlihatkan pada mereka semua yang sedang menatap ke arahnya. “Apa yang dikatakan olehnya benar. Dia adalah adikku. Apa ada yang ingin kamu tanyakan lagi?” sambung Tom. Sembari menatap Ian yang sedang menatapnya juga. Ian masih tidak bisa percaya dengan perkataan orang
“Memangnya siapa dia? Pergi saja ke neraka dan bawa sekalian kekasihnya itu!” gerutu Olivia. Yang benar-benar kesal dengan perkataan Nolan yang mengancamnya akan menghabisi dirinya sendiri. Di terus saja menggerutu karena masih merasa kesal dengan apa yang didengarnya dari Nolan. Serta kejadian saat dirinya masih berada di pesat tadi bersama dengan Tom. Sebenarnya dia memiliki rencana lain saat menghadiri pesta tadi. Namun, rasa kesal dan marahnya sudah menguasai dirinya. Sehingga Tom memaksanya untuk pergi dari pesta itu. Ponselnya kembali berdering. Dia kembali melihat ke arah layar ponselnya. Dia mengabaikannya karena yang menghubunginya adalah nomor ponsel Nolan. “Sebenarnya apa lagi yang diinginkan olehnya?!” gumam Olivia. Lalu dia mengangkat teleponnya, “Halo.” Dia mengerutkan dahinya. Karena dia mendengar suara seorang pria yang tidak dikenal olehnya. Pria itu mengatakan jika orang yang memiliki ponsel tersebut dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Sehingga pria itu mem