Angel terdiam saat mendengar pria yang ada di sampingnya mengatakan jika dirinya mencintai Dean. Dia tidak tahu apa yang ada di hatinya saat ini. Sebab dia masih tetap ingin membuat Dean menyesal karena sudah menghancurkannya. Serta bekerja sama dengan Miranda yang ingin balas dendam pada Olivia. “Cinta di hatiku bukan untuk dia. Pria itu sama sekali tidak pantas untuk aku.” Setelah mengatakan itu dia ke luar dari dalam kamar. Diikuti oleh pria itu. Dia menghentikan langkahnya. Tepat di tengah ruangan rumah itu. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Nolan. Terdengar suara nada sambung dan tidak begitu lama dia mendengar suara Nolan yang mengangkat teleponnya. “Aku tahu di mana keberadaan Olivia. Aku akan memberikanmu lokasinya,” ucap Angel pada Nolan. Setelah itu dia memutuskan sambungan teleponnya. Dia pun langsung mengirimkan lokasi rumah itu pada Nolan. Setelah itu dia menatap pria yang ada di depannya. Yang sedari tadi memandanginya karena sudah menghubungi Nolan dan mengat
Olivia memandangi Nolan yang sudah ada di dekatnya. Sembari memegang pisau lipat itu. Dan mulai mengarahkannya ke pergelangan tangan. Dia tidak melarang Nolan dan malah ingin tahu sejauh mana pria itu akan melakukannya. “Apa? Apakah kamu masih menunggu aku menghentikanmu?” tanya Olivia pada Nolan. Yang sedang menatapnya. “Kamu pikir aku akan berhenti. Jangan menyesalinya,” Nolan berkata. Lalu dia melakukan apa yang diinginkan oleh wanitanya itu. Olivia menatap Nolan yang sudah mulai menyayat pergelangan tangannya. Dia begitu terkejut jika pria itu memang benar-benar melakukannya. Dia langsung memegang tangan Nolan. “Hentikan! Apakah kamu sudah tidak waras?” tanya Olivia pada Nolan. “Aku memang sudah gila karena kamu sangat membenci aku.” Olivia mengambil pisau yang ada di tangan Nolan lalu melemparnya sejauh mungkin. Dia memegang pergelangan tangan Nolan sembari mencari sesuatu yang bisa digunakan olehnya untuk menutupi luka Nolan. Dia mengambil kain yang ada di atas ranjang
“Jika tidak mau mengatakannya juga tidak masalah,” Olivia kembali berkata pada Nolan. Setelah mengatakan itu Olivia berusaha berdiri. Akan tetapi, kakinya kembali terasa nyeri. Sehingga dia kembali duduk di atas ranjang. Dia kembali berusaha untuk berdiri. “Katakan dulu malam apa yang kamu maksud?” tanya Nolan. Sembari memegang tangan Olivia. “Aku ingin ke toilet dulu,” jawab Olivia. Yang sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Nolan langsung turun dari atas ranjang. Lalu dia menggendong Olivia hingga masuk ke dalam kamar mandi. Setelah itu di menurunkannya dan memberikan kesempatan pada wanita itu untuk melakukan yang diinginkannya. Olivia melihat Nolan yang berjalan ke luar dan menutup pintu kamar mandi. Dia menghela napasnya lalu melakukan hal yang diinginkannya. Setelah dia selesai, dia berusaha untuk berjalan secara perlahan ke luar dari dalam kamar mandi. Dia meringis kesakitan saat terjatuh di atas lantai kamar mandi. Pintu kamar mandi terbuka setelah Olivia terja
Olivia akhirnya pergi dari rumah Nolan bersama dengan Adel. Apabila dia tidak pergi bersama wanita itu. Mungkin Nolan tidak akan mengizinkannya untuk ke luar dari rumahnya.“Adel, apakah yang sudah kamu lakukan sehingga Nolan selalu mengizinkan kamu ada di sisiku? Padahal kamu sering membelaku dan berkhianat padanya,” tanya Olivia pada Adel yang ada di sampingnya. “Aku mengorbankan diriku.” Adel menjawab lalu dia tertawa. Setelah melihat raut wajah Olivia dan menghentikan langkahnya. Olivia menatap dirinya dengan tajam. Seraya ingin tahu apakah yang diucapkannya serius. “Aku serius. Aku mengorbankan diriku agar selalu ada di sisimu. Dengan berjanji akan selalu ada di sisi Ian dan tidak akan berkhianat lagi.”Olivia mendengarkan Adel dan terus menatapnya. Dia pun akhirnya tersenyum karena dia tahu maksud dari wanita itu. Dia semakin yakin jika Adel masih sangat mencintai Ian. Sehingga wanita yang ada di depannya itu menerima tawaran dari Ian yaitu kembali ke dalam pelukannya.
Olivia mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak tahu jika Miranda juga ada di dalam kamar sang ayah. Saat Nolan menekan ayahnya dan berakhir dengan kematian. Rasa dendam yang ada di dalam hatinya pada Miranda semakin besar. Dia juga berniat untuk membuat Nolan menyesali semua perbuatannya pada ayahnya.“Apa tujuanmu memperlihatkan semua ini padaku?” tanya Olivia. Setelah dia melihat video itu. Dan dia juga sudah bisa mengontrol emosinya.“Tujuanku? Entahlah. Aku tidak tahu apa tujuanku
Olivia begitu terkejut dengan Dean yang menggila karena Paula mengutuk Miranda. Dia sempat berpikir jika pria itu akan berubah setelah tahu apa yang dilakukan oleh wanita busuk itu. Namun, sepertinya Dean sama sekali tidak bisa berubah. Pria itu terus akan berada di sisi Miranda. Serta membelanya walaupun wanita itu sudah melakukan banyak hal kejahatan dan membuat orang-orang menderita. “Dia adalah adikmu. Apakah kamu ingin menghabisinya hanya karena wanita busuk itu,” ujar Angel. Yang membuat Dean berhenti menendang pintu ruangan yang ada di depannya. Dean membalikkan tubuhnya dan menatap Angel yang mengatakan jika Miranda adalah wanita busuk. Dia tidak bisa menerima semua itu. Dia mengepalkan tangannya dan langsung menyerang Angel. “Seharusnya aku menghabisimu! Agar kamu tidak banyak menghinanya!” tukas Dean sembari terus menyerang Angel. “Kamu pikir bisa dengan mudah menghabisiku? Bermimpi saja!” timpal Angel. Yang berhasil menangkis atau menghindari serangan Dean. Olivia
Olivia sudah kembali ke rumah Nolan. Dia sekarang sudah ada di dalam kamar. Dia tidak menemukan pria itu di dalam kamarnya. Dia pun duduk di atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya. Dia menatap langit-langit kamarnya dan kembali teringat dengan semua hal yang sudah dilihatnya. Dia pun memejamkan matanya sejenak dan akhirnya terlelap. Sehingga tidak menyadari jika Nolan memasuki kamarnya. “Dia sedang tidur,” ucap Nolan pada seseorang yang ada di ujung telepon. Sembari menatap Olivia yang tertidur di atas ranjang. Nolan mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang yang ada di ujung telepon. Setelah itu dia pun memutuskan sambungan teleponnya. Dia menyimpan ponselnya di atas nakas lalu duduk di samping Olivia. Dia menatap dengan lekat wanita yang tertidur pulas itu. Dia benar-benar tidak ingin melepaskannya. Dia ingin menjadikan Olivia sebagai wanitanya. Dan tidak peduli jika dirinya harus dibenci oleh Olivia karena menekannya agar tidak lari darinya. “Entah sejak kapan aku menjadi s
“Kamu begitu kejam! Bagaimana kamu bisa melakukan hal itu pada, Paula?” ujar Olivia. Setelah dia mendengar Nolan menyebut nama wanita itu. “Itu belum seberapa. Apakah kamu mau merasakan apa yang dirasakan oleh wanita itu?” “Nolan, bajingan kamu! Aku benci kamu! Kamu benar-benar seperti iblis. Kamu sama saja seperti, Miranda. Yang rela melakukan hal busuk untuk menghadapi orang yang tidak kamu sukai!” Olivia berusaha untuk melepaskan diri dari Nolan. Akan tetapi, pria itu terus saja berjalan sembari menggendongnya di atas pundaknya. Ada beberapa pelayan dan pengawal yang melihatnya. Namun, mereka langsung mengalihkan pandangannya. Sebab mereka tidak ingin mendapatkan kemarahan dari sang tuan. Hingga akhirnya Nolan berada di dalam kamar. Pria itu mengunci pintu kamarnya lalu menghempaskan tubuh Olivia di atas ranjang. “Memuakkan!” tukas Olivia. Sembari mengubah tubuhnya. Menjadi duduk di atas ranjang. Olivia hendak berdiri. Akan tetapi, Nolan menyerangnya. Sehingga tubuh Oliv