Persalinan semakin dekat. Mansion Brandon kembali ramai dengan keluarga yang datang untuk menyambut si kembar tiga. Bahkan kakak-kakak dan keponakan-keponakan Kelly pun datang dan menginap di mansion.Beberapa hari ini para grandpa dan grandma masih sibuk di kamar bayi. Mereka meminta izin untuk mengatur dan menata kamar bayi. Kelly dan Brandon tentu saja tidak keberatan.Kelly duduk di sofa menyusui dan memperhatikan orang tua dan mertuanya. Mommy Keyna dan Mommy Florence sedang berdiskusi tentang aksesoris ranjang bayi tiga. Sementara Daddy William dan Daddy Donald lebih cepat menyelesaikan ranjang bayi satu dan dua.Hingga akhirnya keempatnya berkumpul di depan ranjang bayi tiga. Kelly menggeleng samar saat mereka begitu selektif.“Akh.” Keelly meringis dan mengatur napas.Mommy Keyna langsung mendekat. “Ada apa? Mereka bergerak bersamaan lagi?”“Kontraksi, Mom.” Kelly berdiri dan mencoba berjalan mondar-mandir dibimbing Mommy Keyna.“Bayi-bayi itu aktif sekali.” Daddy William mena
Tanpa berhenti berjalan, Brandon menjawab pertanyaan kak Fred. “Kelly kontraksi.”Mendengar ucapan Brandon, Frederix membuntuti sang adik ipar. Ia bahkan ikut masuk ke dalam kamar. Kelly sedang berpegangan pada sofa dan mengatur napas.“Babe.”Kelly menoleh dengan wajah agak pucat. “Sakit, Brad.”Brandon menyiapkan bola besar untuk Kelly duduki. Lelaki itu memegangi istrinya yang duduk di atas bola dan ikutan mengatur napas .“Aku panggil Mommy Key, ya.” Frederix kemudian menghilang di balik pintu.“Sudah berapa lama kontraksinya, Babe?” Brandon yang bertanya, sambil mencoba menelepon dokter kandungan.“Sepuluh menit, tidak teratur. Kadang sakit, kadang tidak.”Tangan Brandon tak henti mengusap punggung Kelly. Ia bicara pada teleponnya dan menceritakan situasi Kelly pada dokter.Sambil bicara, Brandon lalu terlihat mengemasi tas dan mengambil dompetnya. Ia juga mengambil sepatu flat dan membantu Kelly menggunakannya.“Kita ke rumah sakit.” Brandon berkata setelah menutup teleponnya. “
“Tuan Brandon?” Seorang perawat lelaki membangunkan Brandon dengan memberikan aroma menyengat di hidungnya.Brandon mengendus, lalu membuka mata. Ia langsung sadar bahwa sekarang berada di ruang rumah sakit.“Kenapa aku di sini? Mana istriku?” Brandon bertanya panik.“Anda pingsan di ruang operasi, Tuan.”“Sial!” Brandon memijat keningnya dan teringat kala dokter akan membedah perut Kelly, ia langsung merasa lunglai. “Apa istriku sudah melahirkan?”“Nyonya Kelly minta ditunda sampai anda sadar.”Kembali ke ruang operasi, Brandon segera menghampiri Kelly.“Babe, maaf.” Brandon menciumi wajah Kelly. “Kita mulai sekarang agar kamu tidak kesakitan lagi, ya.”Dokter tersenyum dan mengangguk. “Sebaiknya anda fokus pada istri anda saja, Tuan. Proses mengeluarkan bayi ini memang tidak nyaman.”Pernyataan dokter membuat Brandon menatap wajah Kelly. Keduanya berbincang, meski sesekali Kelly meringis kecil.“Sakit, Babe?” Brandon mencium genggaman tangan Kelly.Kelly menggeleng. “Tidak, sih. Han
“Karena Anda menyetujui perjanjian ini, maka pernikahan akan diadakan satu minggu dari sekarang.”Kelly terpaku di tempat. Pernikahan? Ia melamar kerja di perusahaan ini. Dan surat yang ditandatanganinya barusan adalah surat perjanjian kerja."T-tunggu dulu, Pak--"Namun sayang, sebelum ia bertanya lebih lanjut, pengacara perusahaan yang barusan bicara padanya telah keluar dari ruangan.Dengan tubuh gemetar, wanita cantik berkulit putih bersih itu membuka kembali lembaran kertas yang tadi ia setujui.Matanya terbelalak saat membaca satu pasal yang bertuliskan bahwa ia akan dinikahkan dengan cucu pemilik perusahaan.Gadis berusia 25 tahun itu sangat terkejut. Ia yang memutuskan keluar negeri karena ingin bekerja dan membanggakan keluarga, justru terjebak dalam pernikahan dadakan.Bayangan rumitnya pernikahan dengan sang cucu konglomerat seketika membuat kepalanya pusing."Bagaimana bisa?!" teriak Kelly sebelum akhirnya jatuh pingsan.Kesadaran wanita itu baru pulih satu jam berikutnya.
Cittt!Mobil sport yang dikendarai Brandon langsung berhenti tiba-tiba.Tubuh Kelly sampai terdorong ke depan. Brandon mengerem mendadak dan menepikan mobilnya di pinggir jalan.“Apa katamu? Hamil?” Mata Brandon menatap tajam sambil melirik perut Kelly yang rata.Sedikit gentar, Kelly mengangguk singkat.Ini mungkin gila, tapi Kelly yakin, keluarga seperti Richmont pasti tidak akan mempertaruhkan nama besar mereka dengan memiliki menantu yang telah hamil di luar nikah.Namun detik berikutnya, Kelly mengerutkan kening mendengar Brandon tergelak geli."Oh, Tuhan. Granny benar-benar keterlaluan kali ini!" ucap lelaki itu di sela tawanya. "Bagaimana mungkin Granny memilih gadis bodoh seperti ini untuk menikah denganku?""Hey, tutup mulutmu!" Kelly membalas dengan wajah bersungut-sungut. Ia bukan gadis polos. Ia hanya sedang apes saja bertemu dengan keluarga Richmont yang menjebaknya."Kalau kamu sudah mengenal Granny, aku jamin kamu tidak akan berani mengeluarkan alibi bodoh itu."Brandon
“Ini kamarmu.”Brandon membuka satu pintu di apartemennya.Kelly bersorak dalam hati. Ia senang, sebab ternyata mereka tidak tidur satu kamar.“Dan pelajari ini.” Brandon memberikan satu dokumen ke tangan Kelly.Kelly membuka dan membaca sekilas. Isinya tentang skenario pertemuan Kelly dan Brandon. Dari awal kencan, hingga Brandon melamar Kelly. Semua kebohongan yang terencana rapi.'Benar-benar tipikal orang kaya yang memiliki rencana rapi!' dengus gadis itu dalam hati.“Pernikahan kita adalah pernikahan terbuka. Jadi, kita tidak ikut campur dengan urusan masing-masing. Aku masih bisa memiliki kekasih dan kamu ... aku tidak perduli kamu mau apa.” Brandon berkata tegas.Dengan tatapan malas, Kelly mengangguk. “Syukurlah. Aku mau tetap bekerja."“Tak masalah. Kamu akan bekerja di perusahaanku." Mata Brandon yang tajam lalu mengarah padanya, "Tetapi, tetap rahasiakan statusmu!”Kepala Kelly kembali mengangguk. Tanpa kata lagi, Brandon keluar dari kamar dan membanting pintu di belakangny
“Sial!” Kelly mengumpat dalam hati.Wanita cantik itu berdiri di depan cermin. Ia meraba bibir bawahnya yang sedikit bengkak akibat lumatan Brandon barusan.Sementara setelah melontarkan kata cibiran, lelaki itu melenggang pergi dengan santainya. Brengsek!Ini bukan ciuman pertama Kelly. Tetapi, ia kesal diperlakukan kasar. Bertambah satu alasan Kelly untuk membalas dendam pada Brandon sekarang.“Aku harus segera menyelesaikan misi keluarga kaya ini.” Kelly mendengus pelan sambil berdandan. “Setelah Brandon mendapatkan uang perwaliannya, ia pasti akan setuju untuk langsung bercerai.”Kemudian, setelah memastikan riasannya cukup memukau, meski tipis... Ia segera keluar dari kamar.Ternyata, Brandon menunggu di depan pintu. Lelaki itu segera menyamai langkah dan menggenggam tangan Kelly.Tentu saja Kelly berontak, namun Brandon lebih kuat menahannya. “Pengacara harus melihat kita sebagai pasangan suami-istri sungguhan. Romantis dan saling mencintai.” Brandon berkata, seolah memberi alas
“Gracia adalah ... tunangan Brandon.”Selepas kepergian keluarga Richmont, Kelly duduk sendirian di sofa ruang keluarga. Ia berusaha mencerna, bahwa Brandon ternyata memiliki tunangan yang tidak direstui keluarga Richmont.Dan kini, entah karena alasan apa, keluarga kaya raya itu ingin ia menjauhkan Brandon dari tunangannya.Bahkan Eliza menawari uang satu milyar pada Kelly jika berhasil membuat Brandon dan Gracia putus hubungan."Argh! Problem orang kaya, kenapa pelik sekali?!" ujar Kelly seraya menjenggut rambutnya, frustrasi.Pusing memikirkan masalah Brandon, Kelly mengalihkan perhatian pada ponselnya. Beberapa pesan dari keluarganya baru terbaca. Ia mengembuskan napas berat sebelum menekan tombol video call.“Haii, Kel.” Louis, salah satu kakak Kelly langsung menjawab. ”Di mana ini?”“Mmm ... galeri, Kak.” Kelly terpaksa berbohong. “Sedang jalan-jalan santai menikmati desain bangunan modern.”Tak lama kemudian, dua kakak Kelly yang lain ikut bergabung. Mereka menanyakan bagaimana
“Tuan Brandon?” Seorang perawat lelaki membangunkan Brandon dengan memberikan aroma menyengat di hidungnya.Brandon mengendus, lalu membuka mata. Ia langsung sadar bahwa sekarang berada di ruang rumah sakit.“Kenapa aku di sini? Mana istriku?” Brandon bertanya panik.“Anda pingsan di ruang operasi, Tuan.”“Sial!” Brandon memijat keningnya dan teringat kala dokter akan membedah perut Kelly, ia langsung merasa lunglai. “Apa istriku sudah melahirkan?”“Nyonya Kelly minta ditunda sampai anda sadar.”Kembali ke ruang operasi, Brandon segera menghampiri Kelly.“Babe, maaf.” Brandon menciumi wajah Kelly. “Kita mulai sekarang agar kamu tidak kesakitan lagi, ya.”Dokter tersenyum dan mengangguk. “Sebaiknya anda fokus pada istri anda saja, Tuan. Proses mengeluarkan bayi ini memang tidak nyaman.”Pernyataan dokter membuat Brandon menatap wajah Kelly. Keduanya berbincang, meski sesekali Kelly meringis kecil.“Sakit, Babe?” Brandon mencium genggaman tangan Kelly.Kelly menggeleng. “Tidak, sih. Han
Tanpa berhenti berjalan, Brandon menjawab pertanyaan kak Fred. “Kelly kontraksi.”Mendengar ucapan Brandon, Frederix membuntuti sang adik ipar. Ia bahkan ikut masuk ke dalam kamar. Kelly sedang berpegangan pada sofa dan mengatur napas.“Babe.”Kelly menoleh dengan wajah agak pucat. “Sakit, Brad.”Brandon menyiapkan bola besar untuk Kelly duduki. Lelaki itu memegangi istrinya yang duduk di atas bola dan ikutan mengatur napas .“Aku panggil Mommy Key, ya.” Frederix kemudian menghilang di balik pintu.“Sudah berapa lama kontraksinya, Babe?” Brandon yang bertanya, sambil mencoba menelepon dokter kandungan.“Sepuluh menit, tidak teratur. Kadang sakit, kadang tidak.”Tangan Brandon tak henti mengusap punggung Kelly. Ia bicara pada teleponnya dan menceritakan situasi Kelly pada dokter.Sambil bicara, Brandon lalu terlihat mengemasi tas dan mengambil dompetnya. Ia juga mengambil sepatu flat dan membantu Kelly menggunakannya.“Kita ke rumah sakit.” Brandon berkata setelah menutup teleponnya. “
Persalinan semakin dekat. Mansion Brandon kembali ramai dengan keluarga yang datang untuk menyambut si kembar tiga. Bahkan kakak-kakak dan keponakan-keponakan Kelly pun datang dan menginap di mansion.Beberapa hari ini para grandpa dan grandma masih sibuk di kamar bayi. Mereka meminta izin untuk mengatur dan menata kamar bayi. Kelly dan Brandon tentu saja tidak keberatan.Kelly duduk di sofa menyusui dan memperhatikan orang tua dan mertuanya. Mommy Keyna dan Mommy Florence sedang berdiskusi tentang aksesoris ranjang bayi tiga. Sementara Daddy William dan Daddy Donald lebih cepat menyelesaikan ranjang bayi satu dan dua.Hingga akhirnya keempatnya berkumpul di depan ranjang bayi tiga. Kelly menggeleng samar saat mereka begitu selektif.“Akh.” Keelly meringis dan mengatur napas.Mommy Keyna langsung mendekat. “Ada apa? Mereka bergerak bersamaan lagi?”“Kontraksi, Mom.” Kelly berdiri dan mencoba berjalan mondar-mandir dibimbing Mommy Keyna.“Bayi-bayi itu aktif sekali.” Daddy William mena
"Pagi, Brandon."Brandon menatap sekilas, lalu mengalihkan pandangan sambil memberi kode pada wanita yang baru datang itu untuk duduk di depannya.Kelly mengizinkannya bertemu Audrey tetapi berpesan untuk tidak berpandang-pandangan lama dengan wanita lain.Wanita cantik dengan tubuh ramping dan harum bunga jasmine itu mengangguk lalu duduk."Kelly bilang kamu mau bertemu?"Brandon tidak langsung menjawab. Ia memilih menu sarapan favorit di kafe untuknya dan Audrey. Bicara sambil makan akan membuatnya tidak perlu bertatapan dengan wanita tersebut."Ian menemuiku dini hari tadi dan menceritakan hubungan kalian." Brandon melirik jari manis Audrey yang terselip cincin berlian."Oh. Oke." Bingung berkomentar apa, Audrey hanya mengangguk dan menjawab singkat."Kamu mencintai Ian?" Kini, Brandon menatap tajam Audrey.Tidak memberi Audrey kesempatan menjawab, Brandon kembali berkata, "Aku rasa tidak, bukan? Rasanya terlalu cepat bagi kalian untuk jatuh cinta.""Tapi, kami serius ingin menikah
"Aku bisa jelaskan!" Ian membuntuti Brandon.Tengah malam, Eros menelepon Brandon dan mengabari bahwa Ian datang. Brandon mengira ada sesuatu yang genting, terpaksa meninggalkan Kelly di kamar.Dan sekarang saat ternyata Ian menemuinya hanya untuk membicarakan hubungannya dengan wanita di ranjangnya, Brandon segera membalik arah kembali ke kamar utama."Nggak perlu. Aku nggak mau tau, kok.""Ish... tapi aku mau cerita.""Nanti saja. Istriku sendirian di kamar."Brandon berjalan lurus meninggalkan Ian. Tapi, sahabatnya itu memang pantang menyerah."Wanita itu... Audrey!" Ian berteriak.Langkah Brandon terhenti. Dahinya berkerut saat membalik tubuh menghadap Ian."Audrey? Wanita yang katamu, sok cantik, sok pinter, sok paling tau, sok keren dan paling sombong di dunia itu?"Ian melipat bibirnya ke dalam dan mengangguk pelan."Wanita yang barusan berada di ranjangmu itu adalah wanita yang kamu benci?"Sekali lagi, Ian mengangguk.Hening sejenak. Brandon tampak berpikir sambil mengamati s
Memasuki semester tiga kehamilan, Kelly mulai kesulitan berjalan. Bukan hanya kakinya yang bengkak, namun matanya terhalang perut saat melangkah."Sebaiknya pakai kursi roda. Lebih aman. " Dokter kandungan menyarankan.Selain kursi roda, dokter juga meminta Brandon menyiapkan tabung oksigen. Saat Kelly merasa sesak karena tekanan dari perut, ia bisa menggunakan oksigen untuk membuatnya bernapas lebih lega.“Kalau kamu di mansion, semua itu sudah tersedia.” Daddy William berkata pada putrinya yang bercerita sepulang dari dokter.“Di mansion Daddy ada kursi roda?” Brandon yang menjawab dengan kening berkerut.“Dulu, kan, Daddy sempat lumpuh. Lalu, diterapi Mommy sampai bisa jalan lagi.”Brandon mengangguk mendengar penjelasana Kelly. Dalam hati sangat kagum pada Mommy Keyna. Dulu, Mommy Keyna masih sangat muda saat menemani Daddy yang keras kepala.Saat Kelly, Mommy Keyna dan Daddy William mengobrol, Brandon mencoba menghubungi Ian. Lelaki itu menggeleng saat sahabatnya tidak menjawab.A
Beberapa hari ini, Ian tampak normal. Sebelumnya, Brandon selalu melihat sahabatnya berwajah tegang cenderung kesal.“Bagaimana proyek toko Kak Sacha?”“Aku sudah tidak terlibat dalam tim itu. Sudah kuserahkan pada yang lain. Lagipula, bagianku sudah selesai.” Ian menjawab acuh.Brandon mengangguk pelan. Mungkin karena sudah tidak berhubungan dengan Audrey, keadaan Ian jadi lebih tenang.“Proyek ruangan privasimu sudah selesai, kan? Ada revisi? Aku mau lunasi tagihan Darrell.” Ian menyodorkan jumlah yang harus Brandon bayar.“Bayar saja.” Brandon mengangguk. “Nanti kalau ada revisi, pembayarannya bisa menyusul.”Ian mengangguk. Lalu, keluar dari ruang kerja Brandon. Ini juga aneh.Biasanya, Ian senang mengobrol dengan Brandon. Bahkan membawa pekerjaan ke ruang Brandon. Tapi, akhir-akhir ini, Ian lebih sering mengurung diri di ruang kerjanya sendiri.Belum lagi sekarang, Ian selalu pulang tepat waktu. Ia jadi jarang lembur. Sebenarnya, Brandon tak masalah, namun hanya heran dengan peru
Baru kali ini Brandon menulis pesan di grup keluarga Richmont. Mengabarkan jenis kelamin janin-janin yang ada di perut Kelly. Bahkan juga mengirimkan foto USG dan rekaman suara detak jantung.Saking kagetnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang merespon padahal pesan itu terbaca. Tak lama kemudian, Mommy Florence melakukan panggilan video call di grup.Brandon langsung mengaktifkan video. Ia melihat semua keluarga Richmont hadir.“Mommy pikir yang mengirim pesan adalah Kelly.” Mommy Florence mengulum senyum.“Kelly sedang bersama Mommy Keyna dan Daddy William di taman.” Brandon membalas.Tidak ada yang mengira, Brandon sendiri yang inisiatif mengirim pesan. Meskipun ia bilang, itu karena melihat Kelly mengabari grup keluarga Dalton, ia jadi ikut-ikutan.Semua anggota keluarga Richmont mengucapkan selamat dan doa untuk kesehatan Kelly dan janin-janinnya. Brandon terharu. Ia baru merasakan bagaimana menjadi bagian dari keluarga yang harmonis.Tentu saja yanng laing heboh adalah kel
Usia kandungan Kelly sudah memasuki semester kedua. Kali ini, Kelly menjalani kehamilannya tanpa kendala – kecuali perutnya yang lebih besar dari kehamilan satu janin.“Semua harus beli baru.” Kelly menunjukkan dalaman dan pakaiannya yang sudah tidak cukup atau ketat di bagian perut dan dada.“Beli sama mall-nya juga boleh, Babe.” Brandon menyahut santai.“Nggak mau, Aku maunya pilih-pilih.”Rengekan Kelly membuat Brandon berhenti bekerja. Mungkin istrinya sedang butuh perhatian karena tubuhnya sudah membesar.“Ya, sudah. Mau pergi kapan?”“Kamu sudah selesai kerja?”Brandon tidak langsung menjawab. Ia membuka ponsel dan melihat berbagai pesan di sana. Salah satunya dari Darrell yang mengatakan akan melakukan finishing ruangan jika Brandon sudah pulang.Kebetulan. Jika ia tidak ke kantor sekarang, Darrell bisa lebih cepat selesai. Brandon menggumam dalam hati.“Aku baca satu kontrak kerja dulu, ya, Babe. Setelah itu kita bisa pergi.” Brandon mencium kepala sang istri lalu kembali ke m