Selesai sarapan, Kelly mengantar Brandon ke kamar. Ia lalu keluar dan beralasan ingin bicara dengan keluarganya. Brandon mengangguk meski sambil mengerutkan dahi mendengar ucapan istrinya.Di dalam ruang kerja Daddy William, Kelly mondar-mandir di depan keluarganya. Wajahnya terlihat merengut dan sesekali sambil mengembuskan napas panjang melirik satu persatu orang tua dan kakak-kakaknya.“Princess nggak suka Daddy ikut banding-bandingin Bandon dengan Edzard. Tadi, Brandon denger, lho.” Kelly berkata tegas pada Daddy William.Meski sangat ingin meralat, William tak berkutik saat Kelly tidak memberinya kesempatan membela diri. Padahal tadi, di depan kerabat dekatnya, William membela Brandon sebagai menantu yang baik dan sayang sekali pada Kelly.“Princess nggak suka Mommy bilang Brandon, ‘menantu tampan’ di depan keluarga. Brandon risih. Nggak usah ngomong gitu, semua orang tau Brandon itu tampan.” Kelly berdiri dan bicara pada Mommy Keyna yang hanya melongo sejenak lalu mengangguk pel
Daddy William beralasan bahwa ia dan Brandon sedang mendiskusikan program olahraga yang serius. Brandon hanya tersenyum tanpa membenarkan ucapan Daddy William.Brandon lalu pamit pergi bersama Kelly. Mommy Keyna menemani Daddy Brandon berolahraga."Apa ada yang serius dengan Jasmine?""Tidak, sih. Ia menikmati fasilitas yang aku berikan.""Memangnya kamu memberi fasilitas apa?""Penerbangan executive class dan hotel bintang lima."Brandon terkekeh. Akhirnya istrinya menggunakan uang pribadi, meski untuk menyenangkan hati sang sahabat."Lalu, Jasmine cerita apa?""Kamu pasti penasaran, Jasmine hamil atau nggak?""Aku rasa belum waktunya kita tau, bukan?""Iya, sih." Kelly terkekeh. "Tapi, tadi Jasmine sudah terdengar santai.""Syukur lah."Kelly lalu mendesak Brandon bercerita tentang obrolannya dengan Daddy William di ruang olahraga. Hanya inti ceritanya saja yang Brandon ungkapkan."Menurutku Daddy perlu melakukan fisioterapi lagi.""Pasti Daddy menolak.""Mommy Keyna pasti bisa mera
Kabar Jasmine yang membantu persalinan santer dibicarakan keluarga Dalton. William sampai menelepon sahabatnya – Jaslan, mengucapkan selamat atas kontribusi putrinya di pesawat.“Aku bangga banget sama Jasmine.” Kelly berkata pada Brandon.“Terus-terang, aku heran dia bisa melakukan hal epic begitu.” Brandon terkekeh. “Tapi, ya, itu memang sangat membanggakan.”“Jujur, saat Jasmine memilih spesialis kandungan, aku sempat ragu. Masalahnya, sahabatku itu kan agak tomboy. Bicaranya blak-blakan. Takut kalau ada ibu hamil yang tersinggung.”“Kalau aku bingung kamu bisa bersahabat dengan jenis manusia seperti Jasmine.”Kelly sudah tidak bisa marah lagi Brandon. Memang yang dikatakan suaminya benar. Jangankan dengannya, sifat Jasmine pun sangat jauh berbeda dengan Edzard kembarannya.Hari ini, Brandon akan menemani Kelly pemotretan. Ia sudah siap dengan perlengkapan bekerja untuk mengusir jenuh saat menunggu. Kelly bahkan menyiapkan bantal dan cemilan sehat untuk Brandon agar bisa istirahat
Satu jam berikutnya, Brandon berhasil didandani. Sacha membujuk Brandon untuk berfoto bersama Kelly. Hanya karena Kelly mendukung, akhirnya lelaki tampan itu pasrah.Ekspresi Brandon yang misterius justru membuat hasil foto terlihat elegan. Photographer terlihat berkali-kali mengungkapkan kekaguman. Brandon hanya tersenyum kala bertatapan dengan istrinya.“Spektakuler. Kalian pasangan serasi!”“Aku menyukainya.”Brandon tampak tak terkesan dengan segala pujian. Namun begitu, ia menyukai hasil foto-foto yang tampak di layar monitor, terutama fotonya berdua dengan Kelly.“Brad, aku mau pasang foto itu sebagai wallpaper ponselku, boleh?”Brandon mengangguk. “Aku juga mau.”Sesi pemotretan selesai. Kelly mengucapkan terima kasih pada Kak Sacha dan tim yang membantunya. Brandon mengangguk santun sebelum pergi.“Kak Cha sengaja membuat ruang pemotretan yang nyaman untukmu, sayang.” Kelly berkata saat mereka telah berada di mobil.Brandon tersenyum senang. Bukan karena perlakuan khusus Kak S
“Mengajari apa maksudmu?”Brandon tersenyum sendiri. Ia membayangkan memiliki anak perempuan yang cantik dari Kelly. Dan salah satu keinginannya, membuat anak perempuan itu dekat dengannya.“Setiap aku melihat Kelly bermanja pada Daddy, rasanya aku ingin sekali merasakan bagaimana begitu disayangi putri sendiri.”Tentu saja mendengar ucapan Brandon, Daddy William bangga. Ia sudah sering menerima pujian sebagai seorang pebisnis tangguh dan hebat. Namun, apresiasi sebagai seorang daddy jaranng sekali ia dapatkan.“Mmm... begitu, ya.” Daddy William berusaha tidak terlalu menampakkan rasa bahagianya. “Baiklah. Nanti, Daddy akan ceritakan bagaimana Princess bisa sangat dekat dan sayang pada Daddy.”“Terima kasih, Dad.” Brandon menunduk santun. “Jadi, aku butuh Daddy sebagai mentor parentingku. Sehat-sehat, ya, Dad.”Daddy William mengangguk. Mereka masih menunggu Kelly. Sambil mengobrol, Daddy William memijat kakinya.“Apa terasa kaku lagi?” Brandon bertanya sambil mengamati kaki sang mert
Akhirnya, Kelly menyelesaikan semua pekerjaannya. Pemotretan dan promosi produk, mengalihkan aset dan meeting dengan pengacara keluarga serta beberapa kali ikut meeting dengan Daddy dan kakak-kakaknya.“Sebenarnya, di antara anggota keluarga Dalton, aku lihat kamu lah yang paling banyak pekerjaannya, Babe.” Brandon berkata sambil berkemas.“Iya, sih. Karena aku membantu di semua pekerjaan Daddy dan kakak-kakak, ‘kan?”“Iya.” Brandon mengangguk.“Itu karena aku tidak memiliki usaha sendiri. Aku lebih suka membantu saja.”“Jadi, nanti saat kembali ke negaraku, kamu juga akan membantuku?”Kelly terdiam. Ia bahkan belum memiliki rencana ke depan saat mereka kembali ke negara Brandon.“Kalau aku jadi istri yang baik saja, bagaimana? Itu profesi yang tidak mudah, lho.”Mendengar ucapan sang istri, Brandon berhenti beres-beres. Ia menghampiri Kelly dan mendekapnya erat.“Boleh banget. Aku tidak keberatan sama sekali.” Brandon pun mencium bibir Kelly.Urusan packing akhirnya dibantu Baron. Ko
Tiga bulan sudah, Kelly dan Brandon melakukan perjalanan bulan madu. Kini, Kelly berdiri di sebuah mansion modern. Wanita itu menoleh menatap suaminya.“Mansion siapa?” tanya Kelly heran. “Kita mau apa di sini?”“Masuk saja dulu.” Brandon menarik tangan sang istri.Di foyer, sekitar sepuluh pelayan berjejer menyambut dengan menundukkan kepala santun. Sekilas, Kelly menatap satu-persatu pelayan. Kelly pernah melihat beberapa di antaranya di mansion Brandon.Masuk ke bagian dalam, Kelly tambah heran. Mansion ini tampak masih sangat baru. Bahkan beberapa ruangan masih tampak kosong.Netra Kelly berputar menatap sekeliling. Terdapat tangga mewah di tengah ruangan. Kelly memastikan di ujung tangga merupakan kamar-kamar tamu.Kaki Kelly mengikuti langkah Brandon. Mereka kini berada di ruang makan. Seorang lelaki berpakaian koki langsung menyiapkan makanan dan minuman.“Brad. Kenapa kita di sini?”“Karena kita tinggal di sini.”“Hah?” Mata Kelly hampir saja copot mendengar ucapan santai Bran
Kelly memilih dress mini simple yang sepadan dengan pakaian Brandon. Keduanya bergandengan tangan menuju ruang kucing. Di kejauhan, Kelly melihat beberapa pelayan sedang membersihkan bagian mansion.“Sekarang, kamu membiarkan pelayan berada di dalam mansion?” Kelly menatap heran pada suaminya.“Agar kamu tidak terlalu merasa kesepian di sini, Babe. Lagipula, sepertinya aku sudah terbiasa saat berada di mansion Daddy William.”Meski begitu, Brandon bilang hanya pelayan tertentu saja yang bisa berada di dalam mansion. Pelayan yang tentunya terpercaya dan setia pada keluarga Richmont.Kelly mengangguk mengerti. Sepertinya ia harus cepat belajar tentang mansion ini dan para pelayan yang mengurusnya. Tentu, ia tidak mau tersasar di mansionnya sendiri.Saat mereka tiba di ruang kucing, dokter hewan sedang memeriksa Mint. Kucing itu tampak sedang diberi obat lalu mengamuk karena dipegangi.Brandon mengenalkan Kelly pada dokter hewan. Kelly lalu bercerita tentang pertemuannya dengan Mint dan
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”
Setelah satu minggu, Kelly dan Brandon bolak-balik ke rumah sakit untuk mengunjungi bayi-bayi mereka, akhirnya si kembar tiga diperbolehkan pulang. Mommy Keyna menggendong Mimi, sementara si kembar Arsen dan Reno duduk di kereta dorong.Kelly dan Brandon mengucapkan terima kasih pada tim dokter dan perawat yang telah membantu mereka. Brandon tentu saja menolak keinginan direktur rumah sakit yang ingin foto keluarganya dipajang di dinding rumah sakit.“Maaf. Demi privasi keluarga Brandon Richmont, saya tidak dapat menuruti permintaan anda.” Ian menolak tegas.“Apa anda sudah mengatakannya pada Nyonya Kelly? Saya pikir Nyonya Kelly tidak akan keberatan.” Tetap saja, direktur memaksa.“Untuk urusan ini, saya yang bertanggung jawab.”Ian melunasi biaya rumah sakit, lalu keluar dari ruang direktur. Audrey yang sejak tadi menemani kagum pada ketegasan Ian.“Memangnya, Brandon sudah bilang tidak mau didokumentasikan?” Audrey bertanya seraya mengiringi langkah Ian.“Tidak. Tapi, aku tau watak