Brandon kembali ke kamar. Ia menemukan Kelly sudah berbaring di ranjang. Brandon masuk ke kamar mandi dan membilas diri.Kelly membuka mata saat Brandon menciuminya. Ia terkekeh geli karena bibir Brandon yang merajai kulitnya."Perawatan kulit apa yang kalian lakukan barusan? Kulitmu lebih halus dan harum sekali."Kelly menoleh dan mengusap wajah Brandon. "Tebak aroma.""Hmmm." Brandon menerima tantangan dengan mengendus setiap jengkal kulit sang istri."Moringa yang dominan. Sedikit milk strawberi.”Tebakan Brandon tepat. Kelly mengacungkan jari jempolnya. Brandon hanya terkekeh dan melanjutkan sentuhan-sentuhan intensifnya pada bagian-bagian tubuh Kelly yang ia sukai.Saat menghentak tubuh di atas Kelly, Brandon tiba-tiba memdengar suara genderang bertalu di telinga. Namun itu malah membuat gairahnya bertambah besar.Setelah permainan lama yang membuat Brandon dan Kelly berkeringat, mereka tidur saling berhadapan."Apa yang kalian lakukan di rooftop paviliun Kak Lou? Kamu tampak lia
Pesta pernikahan akhirnya tiba. Meski berkata pada keluarganya bahwa ia akan baik-baik saja, sebenarnya Brandon sendiri tidak yakin. Hanya saja ia merasa harus menghargai istri dan keluarganya.Saat sedang menunggu Kelly selesai dengan riasannya, Ian mendekati Brandon. Ia berbisik pada sang sahabat yang langsung mengangguk. Tak lama, Brandon pergi mengikuti Ian.“Dokter Choi.” Brandon menyapa lelaki asia yang berwajah teduh.“Brandon.”Keduanya berpelukan secara maskulin. Lelaki yang dipanggil Dokter Choi menatap Brandon dengan bangga. Ia lalu menepuk lengan atas Brandon untuk memberi dukungan.“Kamu sudah hebat hingga detik ini.” Dokter Choi berkata dengan penuh haru.“Aku masih membutuhkan bantuan anda, Dokter.” Brandon berkata santun.Dokter Choi tersenyum dan mengangguk bersamaan. Lelaki asia itu adalah psikiater yang menemani dan membimbing mental Brandon sejak remaja. Psikiater yang dinilai keluarga Richmont berhasil mengeluarkan Brandon dari pikiran buruknya sendiri.“Tenangkan
"A-Ada apa dengan Brandon?" Kelly menatap suaminya yang kembali dipapah masuk ke ruangan.Ia lebih kaget lagi saat melihat seorang lelaki berpakaian dokter menangani Brandon. Matanya langsung berkaca-kaca.Ian menghalangi keluarga yang akan masuk. Ia harus memberi waktu pada Dokter Choi untuk membimbing Brandon. "Aku jelaskan di sini saja." Ian berkata pada Kelly.Tanpa buang waktu, Ian merinci tentang keadaan Brandon. Saat Ian bercerita, mata Kelly tak lepas dari pintu di mana suaminya sedang bersandar lemah di sofa."Brandon memiliki masalah kecemasan berlebihan?" gumam Kelly.Kini semua lebih jelas. Mengapa Brandon begitu suka kesunyian. Di kantor, ia hanya rapat dengan petinggi perusahaan. Jika ada pesta, Brandon hanya berdiri di ujung ruangan dan tidak pernah tinggal hingga pesta selesai.Tetapi, kenapa Brandon tidak memberitahunya?"Brandon ingin melakukan apa yang diinginkan keluarga Dalton. Ia ragu, tapi karena kamu sangat bersemangat, Brandon tidak tega membatalkannya."Kell
Tidak ada yang bertanya kenapa Kelly dan Brandon tidak hadir saat sarapan bersama. Mereka memaklumi, meski keadaan Brandon masih menjadi topik utama pembahasaan saat dua keluarga besar bertemu."Tidak bisa diobati?" William bertanya serius pada Doker Choi."Kalaupun diobati, suatu saat jika ada pemicunya, gejala itu akan timbul lagi.""Selama ini Brandon sudah berhasil lepas dari obat-obatan kecemasan karena ia memang mengontrol diri untuk tidak berada di keramaian." Granny Eliza menimpali."Kami jadi tidak enak hati. Maaf." Keyna berkata dengan penuh penyesalan.Keluarga Richmont menggeleng tegas. Mereka tidak menyalahkan keluarga Dalton. Malah berterima kasih karena sangat pengertian dengan keadaan Brandon.Semuanya lalu menoleh bersamaan saat terdengar gelak tawa dari meja sebelah. Para remaja cucu-cucu keluarga Dalton dan Richmont sedang mengobrol dan bercanda."Mereka sangat cepat akrab." Granny Eliza tersenyum bahagia melihat kebersamaan tersebut."Aku dengar dari Bastian, merek
Tiga hari setelah pesta, Brandon baru keluar dari kamar. Kelly benar-benar ingin suaminya pulih lebih dulu. Setelah sebelumnya melihat keramaian pesta mereka di televisi saja membuat Brandon mual.Sebagian tamu yang menginap di hotel sudah pulang. Begitu juga dengan keluarga Dalton dan Richmont. Hingga Kelly dan Brandon kini hanya sarapan bersama Eros dan Ian.“Aku akan kembali besok dengan Dokter Choi. Kamu yakin sudah nggak papa?” Ian menatap serius pada sahabatnya.“Obatku ada di sini.” Brandon mengendik pada sang istri yang duduk di sampingnya.Kelly mencebik. “Padahal, aku tak harus melakukan apa jika Brandon terkena panic attach lagi.”Mereka terkekeh. Ian bilang, Brandon hanya butuh tidur. Eros mengangguk setuju.“Kamar yang sejuk, penerangan minim, aromaterapi camomile akan sangat membantu.” Eros menambahkan.“Mungkin sekarang ditambah kegiatan ranjang.” Ian bercanda sambil mengedipkan satu matanya pada Brandon.Brandon mendengus pelan, namun tak menampik penyataan tersebut. K
Setelah keluarga Richmont pulang ke negara mereka, Kelly dan Brandon kembali ke mansion William. Keyna memeluk Kelly sesaat setelah mereka sampai.“Setelah berbagi dirimu dengan pekerjaan, sekarang Mommy harus berbagi dirimu dengan suami dan keluarganya.” Keyna mengungkapkan rasa rindu.“Maaf, Mommy.” Kelly mencium Keyna di kedua pipinya. “Sebelum bulan madu, kami akan tinggal di mansion kok.”Keyna mengangguk. Setelah itu ia mencium kedua pipi Brandon, sementara Kelly sudah berada di pelukan sang daddy yang juga berkata merindukan putrinya.Berempat mereka mengobrol di taman sambil minum teh. Kelly berniat mengantar sang Mommy ke rumah sakit. Brandon mengangguk menyetujui.Sebelum mengantar Keyna bekerja, William melaporkan bahwa penyaringan udara di aviary sudah selesai. Kepala Brandon langsung menoleh menatap ujung aviary di kejauhan.“Daddy sudah ke sana?”“Belum sempat. Rencananya sore ini setelah Keyna selesai praktek.”Brandon mengangguk. “Oke, Dad. Kami akan temani.”Keyna ter
William dan Keyna kagum dengan apa yang dilakukan Brandon di aviary. Sore setelah menjemput Keyna di rumah sakit mereka langsung ke sangkar burung raksasa. Udara di sana sangat segar dengan aroma wood.“Tidak ada bau kotoran sama sekali.” Keyna menatap William yang mengangguk setuju.Brandon menjelaskan bagaimana timnya memperbaiki saluran penyaringan udara di aviary dan memberikan biang pewangi alami hutan. William mengangguk-angguk lalu menikmati suasana aviary bersama Keyna.Kelly dan Brandon memisahkan diri untuk memberi orang tuanya berduaan. Mereka duduk-duduk di depan kolam ikan yang terdapat air terjun buatan.“Terima kasih, ya. Daddy terlihat senang sekali.” Kelly tersenyum pada sang suami.“Ini bukan apa-apa.” Brandon balas tersenyum. “Bagiku ini urusan kecil.”Kelly terkekeh. “Jika orang lain mendengar perkataanmu, mereka pasti akan mengatakan kamu sombong.”Lelaki itu berkata tak pedulli dengan omongan orang. Yang jelas, ia bisa membuat mertuanya senang dengan keahliannya.
Semua terdiam mendengar ucapan Brandon. Bahkan yang tadinya makan seketika berhenti dan menatap lelaki tampan itu. Kelly yang lebih merespon dengan menyeringai pada keluarganya.“Ka – Kamu beli kapal Wave yang terkenal itu?” ulang Louis.“Iya. Kelly bilang ia suka, jadi aku langsung mendekati pemiliknya.”“Astaga... lelaki ini.” Louis bergumam pelan sambil menggeleng.“Beneran kami boleh pakai?” Lily bertanya dengan wajah serius.Brandon mengangguk. Meski banyak pertanyaan bagaimana Brandon bisa membeli kapal itu dengan waktu cepat, lelaki itu hanya menjawab singkat. “Aku memberi pemiliknya penawaran tinggi.”Kelly sudah berpesan pada Brandon agar tidak membeberkan secara rinci tentang negosiasi pembelian kapal. Meski keluarga Dalton pun kaya raya, mereka tidak pernah secara spontan membeli sebuah kapal hanya untuk berlayar setengah hari.“Kalian akan pergi dan mungkin akan tinggal di negara Brandon. Lalu, untuk apa kapal itu?”Menjawab pertanyaan Louis, Brandon berkata kapal itu bisa
Arsen, Reno dan Mimi saat ini telah berusia tiga tahun. Orang-orang yang belum mengenal mereka selalu berpikir bahwa hanya Arsen dan Reno yang merupakan anak kembar, sementara Mimi adalah adik bungsu mereka. Perbedaan ketiganya memang semakin terlihat.“Aku mau punya anak perempuan lagi.” Kelly berkata sambil menatap Mimi yang sedang duduk di pangkuan Brandon sambil menggambar.“Aku tidak mau. Mimi saja sudah cukup.” Dengan keras kepala, Brandon menggeleng.Masalah ini belum selesai sampai bertahun-tahun. Kelly masih menginginkan memiliki anak lagi sementara Brandon yang merasa tak tega istrinya hamil dan melahirkan menolak mentah-mentah kemauan Kelly.“Aku akan bilang Mommy Florence untuk mencuri benihmu dan memasukkan ke rahimku.” Kelly berkata ketus.“Aku akan minta Mommy Keyna diam-diam memberimu suntikan KB.” Brandon menyahut tak kalah sengit.Mereka terdiam saat Mimi tiba-tiba menatap orang tuanya bergantian.“Mimi mau bilang grandpa, mommy dan daddy berantem lagi.” Mulut mungil
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”