“Itu untuk Kelly, bukan?”Marc langsung memberikan piring berantakan yang berisi udang dan kulitnya. Brandon mengernyit melihat piring tersebut. Ia mengangkat tangan.Seorang pelayan datang dan mengambil piring tersebut. Lalu, datang kembali membawa piring berisi udang yang baru. Dengan elegan, Brandon mengupas udang menggunakan bantuan garpu dan pisau.Semua anggota keluarga Dalton menatap takjub apa yang dilakukan Brandon. Sementara Kelly yang telah terbiasa hanya tersenyum sedikit. Jangankan udang, makan pisang saja Brandon selalu menggunakan bantuan alat makan.“Silahkan, Babe.” Brandon mengeser piring yang berisi udang bersih tanpa kulit.“Terima kasih.” Kelly tersenyum manis pada sang suami.Marc sampai berdiri untuk melihat isi piring di depan Kelly. Udang terkupas sempurna. Brandon memberikan piring penuh dengan kulit kepada pelayannya yang dengan sigap membersihkan area makan Brandon.“Wuih. Belajar berapa lama mengupas udang seperti itu?” Marc menggeleng-geleng.Brandon tida
Belum akhir minggu, mansion Willliam sudah sibuk. Siang ini mereka kedatangan sebuah truk besar berisi box-box mewah suvenir berisi parfum. Selain itu ada juga dus-dus besar berisi gaun pengantin dan pengiring pengantin dari butik terkenal.Sacha tampak mondar-mandir dengan membawa papan jalan. Jarinya menunjuk ke arah mana dus-dus itu harus diletakkan. Sementara Kelly hanya menonton dari balkon.“Kenapa sih aku nggak boleh bantu?” Kelly merengut melihat kesibukan di bawahnya.“Nggak papa, Babe. Serahkan saja pada Kak Cha.”Selain Sacha, Bastian – kepala pelayan mansion juga tampak lalu lalang tak henti membawa koper-koper besar. Koper-koper itu adalah milik keluarga Richmont yang akan menginap di mansion. Untungnya, Bastian dibantu Ramon – kepala pelayan mansion Brandon.Anggota keluarga Richmont memang telah mengirim barang-barang pribadi mereka. Saat akhir pekan, mereka hanya datang dengan membawa koper kabin saja.Kamar-kamar tamu di mansion William kini penuh. Setiap pintunya ter
“Apa? Kamu memberi cek senilai seratus juta untuk semua keponakanku?” Kelly membelalakkan matanya pada Brandon.Brandon lalu menjelaskan bahwa itu agar mereka semangat menemani keponakan-keponakan Brandon yang akan datang akhir pekan. Jadi nantinya, para keponakan akan memiliki kegiatan sendiri tanpa merusuhinya.Meski mengerti maksud Brandon, tetap saja Kelly khawatir. Pasalnya, Kak Fred, Kak Cha dan Kak Louis tidak mudah memberi anak-anak mereka uang. Anak-anak keluarga Dalton diajari untuk bekerja keras dulu untuk mendapatkan uang.“Ya sudah, biar saja.” Keyna membela. “Maksud Brandon kan untuk merayakan pernikahannya dengan Princess. Kita hargai pemberiannya saja.”Tidak ada yang bisa protes jika Keyna sudah memutuskan begitu. Semua mengangguk dan menggeleng melihat betapa bahagianya remaja-remaja itu mendapat uang banyak.“Bagaimana kalau mulai hari ini, kita panggil mereka dengan nama Uncle Rich dan Auntie Rich?” Marc berkata pada sepupu-sepupunya.“Setujuu.”Gerombolan remaja i
Tanpa bersusah-susah mengusap air mata, Kelly berlari ke arah suara. Brandon memeluknya erat. Jantungnya berdebar kencang karena takut terjadi sesuatu pada sang istri.“Kenapa? Katakan padaku?” Brandon mengurai pelukan dan menangkup wajah Kelly dengan kedua tangannya.“Aku tadi habis mencoba gaun pengantin.” Kelly mendongak menatap wajah tampan di depannya.“Lalu? Kamu tidak suka jadi menangis?”Kelly menggeleng. “Justru karena aku terharu kamu memilihkan gaun itu untukku.”“Ya Tuhan. Karena itu kamu menangis?”Kepala Kelly mengangguk. Ia juga bercerita bahwa ia pun melow saat bicara dengan Edzard.” Kelly menceritakan ucapan Edzard padanya.“Edzard baik banget. Aku sayang sekali padanya.”Meski tidak suka dengan pernyataan Kelly pada Edzard, Brandon hanya tersenyum tipis. Ia menyakinkan diri bahwa rasa sayang antara sahabat laki-laki dan perempuan itu nyata.“Boleh aku merasa cemburu pada Edzard?” Brandon mencium dahi Kelly.“Apa yang akan kamu lakukan kalau cemburu?”Brandon berpikir
Brandon menatap tajam pada Cedric. Apa ia tidak salah dengar? Lelaki itu menawarinya salah satu penari?Mata Brandon melirik para penari. Yang benar saja ia ditawari wanita seperti itu? Brandon merasa kesal."Sebaiknya aku kembali ke kamar." Tanpa persetujuan, lelaki itu berjalan menjauhi tempat pesta bujang.Namun, Frederix menghalanginya. "Ini pestamu. Bagaimana bisa kamu meninggalkannya?""Bisa." Brandon mode datar dan dinginnya keluar."Ayolah. Sahabatmu saja sudah bersenang-senang sekarang." Cedric mengendik pada Ian yang sedang menari bersama salah satu penari."Ian belum menikah. Biarkan saja." Brandon melirik sejenak pada sang sahabat."Tinggallah sebentar lagi." Frederix memaksa.Akhirnya, Brandon berhenti. Ia mengembuskan napas berat dan menatap Cedric serta Frederix bergantian.Lalu, Brandon melirik tempat pesta. Louis mulai menemani Ian menari. Kakak-kakak kandung dan kakak-kakak iparnya malah membentuk kelompok sendiri dan mengobrol.Pesta macam apa ini?"Kita bubarkan sa
Brandon kembali ke kamar. Ia menemukan Kelly sudah berbaring di ranjang. Brandon masuk ke kamar mandi dan membilas diri.Kelly membuka mata saat Brandon menciuminya. Ia terkekeh geli karena bibir Brandon yang merajai kulitnya."Perawatan kulit apa yang kalian lakukan barusan? Kulitmu lebih halus dan harum sekali."Kelly menoleh dan mengusap wajah Brandon. "Tebak aroma.""Hmmm." Brandon menerima tantangan dengan mengendus setiap jengkal kulit sang istri."Moringa yang dominan. Sedikit milk strawberi.”Tebakan Brandon tepat. Kelly mengacungkan jari jempolnya. Brandon hanya terkekeh dan melanjutkan sentuhan-sentuhan intensifnya pada bagian-bagian tubuh Kelly yang ia sukai.Saat menghentak tubuh di atas Kelly, Brandon tiba-tiba memdengar suara genderang bertalu di telinga. Namun itu malah membuat gairahnya bertambah besar.Setelah permainan lama yang membuat Brandon dan Kelly berkeringat, mereka tidur saling berhadapan."Apa yang kalian lakukan di rooftop paviliun Kak Lou? Kamu tampak lia
Pesta pernikahan akhirnya tiba. Meski berkata pada keluarganya bahwa ia akan baik-baik saja, sebenarnya Brandon sendiri tidak yakin. Hanya saja ia merasa harus menghargai istri dan keluarganya.Saat sedang menunggu Kelly selesai dengan riasannya, Ian mendekati Brandon. Ia berbisik pada sang sahabat yang langsung mengangguk. Tak lama, Brandon pergi mengikuti Ian.“Dokter Choi.” Brandon menyapa lelaki asia yang berwajah teduh.“Brandon.”Keduanya berpelukan secara maskulin. Lelaki yang dipanggil Dokter Choi menatap Brandon dengan bangga. Ia lalu menepuk lengan atas Brandon untuk memberi dukungan.“Kamu sudah hebat hingga detik ini.” Dokter Choi berkata dengan penuh haru.“Aku masih membutuhkan bantuan anda, Dokter.” Brandon berkata santun.Dokter Choi tersenyum dan mengangguk bersamaan. Lelaki asia itu adalah psikiater yang menemani dan membimbing mental Brandon sejak remaja. Psikiater yang dinilai keluarga Richmont berhasil mengeluarkan Brandon dari pikiran buruknya sendiri.“Tenangkan
"A-Ada apa dengan Brandon?" Kelly menatap suaminya yang kembali dipapah masuk ke ruangan.Ia lebih kaget lagi saat melihat seorang lelaki berpakaian dokter menangani Brandon. Matanya langsung berkaca-kaca.Ian menghalangi keluarga yang akan masuk. Ia harus memberi waktu pada Dokter Choi untuk membimbing Brandon. "Aku jelaskan di sini saja." Ian berkata pada Kelly.Tanpa buang waktu, Ian merinci tentang keadaan Brandon. Saat Ian bercerita, mata Kelly tak lepas dari pintu di mana suaminya sedang bersandar lemah di sofa."Brandon memiliki masalah kecemasan berlebihan?" gumam Kelly.Kini semua lebih jelas. Mengapa Brandon begitu suka kesunyian. Di kantor, ia hanya rapat dengan petinggi perusahaan. Jika ada pesta, Brandon hanya berdiri di ujung ruangan dan tidak pernah tinggal hingga pesta selesai.Tetapi, kenapa Brandon tidak memberitahunya?"Brandon ingin melakukan apa yang diinginkan keluarga Dalton. Ia ragu, tapi karena kamu sangat bersemangat, Brandon tidak tega membatalkannya."Kell
Arsen, Reno dan Mimi saat ini telah berusia tiga tahun. Orang-orang yang belum mengenal mereka selalu berpikir bahwa hanya Arsen dan Reno yang merupakan anak kembar, sementara Mimi adalah adik bungsu mereka. Perbedaan ketiganya memang semakin terlihat.“Aku mau punya anak perempuan lagi.” Kelly berkata sambil menatap Mimi yang sedang duduk di pangkuan Brandon sambil menggambar.“Aku tidak mau. Mimi saja sudah cukup.” Dengan keras kepala, Brandon menggeleng.Masalah ini belum selesai sampai bertahun-tahun. Kelly masih menginginkan memiliki anak lagi sementara Brandon yang merasa tak tega istrinya hamil dan melahirkan menolak mentah-mentah kemauan Kelly.“Aku akan bilang Mommy Florence untuk mencuri benihmu dan memasukkan ke rahimku.” Kelly berkata ketus.“Aku akan minta Mommy Keyna diam-diam memberimu suntikan KB.” Brandon menyahut tak kalah sengit.Mereka terdiam saat Mimi tiba-tiba menatap orang tuanya bergantian.“Mimi mau bilang grandpa, mommy dan daddy berantem lagi.” Mulut mungil
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”