Happy reading orang-orang baik. Terimakasih telah Sudi membuka gembok untuk membaca cerita si Kopi dan Biang Kerok. Silahkan spam komen agar author semangat update. Thankyou. 🥰
Bastian mencoba menjatuhkan tubuh mungil Cilla yang menerkam punggungnya. Kaki sang istri begitu kuat bertaut di pinggangnya. Apakah hanya itu membuat Bastian berteriak marah? Jawabannya tidak, Cilla tidak hanya bertengger di punggung Bastian dan memeluk leher pria muda itu dengan erat. Namun Cilla juga menggigit daun telinga Bastian hingga membuat pemiliknya berteriak kesakitan. "Kopi, aku lempar kamu kalau tidak berhenti!" ancam Bastian. Cilla menghentikan gigitannya membuat Bastian sedikit lega. Akan tetapi tidak dengan pelukannya, bahkan semakin erat. Ketika Cilla hendak menggigit kembali telinga Bastian seorang gadis ternganga di ambang pintu yang tidak tertutup. "Mas Bastian sama Mbak Cilla ngapain?" tanya gadis itu polos. Pasalnya posisi Cilla yang seakan dipanggul Bastian dan pelukannya di leher Bastian menimbulkan persepsi lain jika dilihat. Sesaat mereka berdua menoleh dan saling membeku memahami pertanyaan gadis itu. "Ah, anu Vika kita sedang…. Turun Kopi!" titah Basti
Cilla menyelesaikan pekerjaannya dan menyajikan sarapan ke meja. Ia menyapa tamu yang duduk di sebelah sang suami."Pagi El, yuk ikut sarapan," sapa dan ajak Cilla.Mata Elka menatap sekilas Cilla dan menjawabnya; "Pagi juga Cil, ah aku habis sarapan barusan, terimakasih kalian sarapan saja."Ya, gadis yang datang itu Elka sahabat Bastian. Gadis itu memang sangat dekat dengan pria itu. Bersahabat sejak SMP membuat mereka seperti saudara, bagi Bastian.Cilla tersenyum tipis kemudian mengambil piring untuk diisi nasi goreng. Dia meletakkan piring itu di meja Bastian yang menutup laptopnya. Pria itu segera mengambil sendok dari tempatnya."Hem, kalian pengantin baru udah belah duren dong?" tanya Elka tiba-tiba.Bastian yang mendengarnya terbatuk-batuk sebab tersedak makanannya. Cilla menatap Bastian dengan pikiran entah. Bastian minum air putih untuk meredakan rasa perih di tenggorokannya."Elka," panggil Bastian seraya menatap tajam sahabatnya itu."Kenapa ih, kamu malu ya Bas? Sama aku
Suasana kamar Bastian begitu hening, seakan sekitarnya menyempit saat wajah mereka bersitatap begitu dekat. Cilla begitu gugup saat ini. Bahkan wanita itu khawatir Bastian bisa mendengar jantungnya yang berdegup begitu nyaring ia rasa."Kenapa tidak bisa sembuh dengan semua itu, Tian?" tanya Cilla memberanikan diri."Aku meminta hakku, Kopi. Aku ingin kita melakukannya. Aku membutuhkan kamu, Sayang."Mata Cilla melebar mendengarkan kalimat Bastian. Bahkan pria itu memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Namun, wanita muda itu tak mampu menerjemahkannya secara cepat."Kenapa biang kerok seperti ini? Apa tadi pas pulang kepalanya terantuk sesuatu?" gerutu Cilla di dalam hati. "Hak apa yang dia maksud? Melakukan apa sih kenapa dia begitu sulit sekali dimengerti?" keluh Cilla.Suasana begitu hening, Bastian menatap wajah Cilla yang tampak bingung itu. Hatinya yang pedih mengingat bahwa istrinya masih terjerat pada kisah lamanya seakan menyiksanya. Dia terus bergelut pada pemikiran itu."Lup
Cilla memandang koper miliknya yang ada di sana. Kemudian akan mengambilnya tetapi urung. Ada seorang pria paruh baya justru mengambil kedua koper tersebut, tentu miliknya dan sang suami. "Ahmad, sudah siap mobilnya?" tanya Adjeng pada pria itu. Ahmad adalah tetangga mereka. Dia adalah seorang driver. Adjeng menyewanya hari ini. Pria itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Baiklah, tunggu mereka dulu Mad," titah Adjeng. Bastian yang sedari tadi menunggu jawaban dari pertanyaannya masih memasang ekspresi bingung. Begitu juga Cilla, dia juga ingin tahu. Mengapa kopernya malah dibawa keluar? "Kalian berangkat sekarang ke Batu ya, tadi Vika sudah siapkan semuanya. Kalian di sana satu Minggu," kata Adjeng seraya memberikan amplop kepada Bastian. &nb
Remang cahaya kamar yang redup membias bayang dua insan berada di peraduan. Mereka usai melakukan percintaan yang biasa mereka lakukan. Sang wanita tampak berpeluh dan memeluk tubuh telanjang sang pria dengan sisa kenikmatan yang telah ia raih."Mas, sampai kapan kita seperti ini? Aku takut kehilangan kamu," ucap perempuan itu."Aku mencintaimu, kamu tidak akan kehilangan aku." tegas sang pria."Kenapa kita harus seperti ini?" tanya wanita itu."Cantikku, jangan berpikiran macam-macam. Aku pergi dulu. Besok kita bertemu di tempat biasa."Mata wanita itu menatap tak suka sang pria menggunakan bajunya dan akan pergi darinya. Selalu seperti ini jika usai mereka menyatu. Bukankah hubungan gelap memang begitu adanya? Terkadang bahagia di saat dia berada di sisi, tetapi hati akan pedih bila pria itu akan kembali pada keluarganya. Sungguh neraka sebenarnya yang dijalani kehidupan pelaku perselingkuhan. Namun, mengapa masih saja ada yang rela menghabiskan waktu untuk bersakit-sakit nan sedih
Malam tiba, Bastian datang usai isya. Adjeng tentu mengomeli cucunya itu."Aku habis dari konter handphone Eyang, aku beliin hadiah ulang tahun buat Cilla." bantah Bastian saat sang nenek memarahinya pulang sedikit terlambat."Alesan saja kamu Bas! Sudah ke kamar sana, ada hadiah buat kamu. Cepet ke sana!" titah Adjeng.Bastian akhirnya menuruti sang nenek. Memang benar dia membelikan hadiah untuk istrinya yang ulang tahun besok. Ia ingin menjadi orang pertama yang memberikannya ucapan dan selamat. Ini adalah kali pertama mereka merayakan ulang tahun bersama."Eyang selalu saja marah. Em, hadiah apa? Bukannya Kopi yang ulang tahun. Kenapa aku yang dapat hadiah?" tanya Bastian seorang diri tangannya menekan handle pintu.Saat ia membuka pintu kamarnya, udara dingin berasal dari air conditioner begitu mendominasi. Pria itu sampai merinding saat dingin menembus di sela baju kemejanya. Bastian meletakkan tas kertas di meja samping ranjang. "Kopi," panggil pria itu.Namun tidak ada jawaba
Cilla berdiri dan memaksa kakinya melangkah menuju kamar mandi. Bersama Bastian lebih lama lagi akan mengancam keamanan hati dan perasaannya. Bukankah wajar suami istri membicarakan hal pribadi seperti itu?"Mau kemana?" tanya Bastian.Mata pria itu tak lepas melihat ekspresi sang istri yang aneh. Wanita yang semalam mengerang akan kepuasaan nafkah batin darinya itu tampak salah tingkah. Jangan lupakan cara berjalannya yang aneh membuat Bastian ingin menerkam dan menguasainya di ranjang."Mandi," jawabnya singkat.Bastian mendengar kata itu tersenyum miring. Bibirnya semakin lebar tersenyum dengan pikiran yang sudah jauh."Mungkin di kamar mandi lebih seru," katanya lirih. Pria itu melepas kaos kutungnya dan melempar benda itu ke lantai. Dia segera menyusul sang istri di kamar mandi.*"Kamu gak apa-apa kan, Cilla?" tanya sang ibu.Maura datang bersama Ali. Tak hanya mereka, di kamar Cilla dan Bastian berkumpul semua untuk merayakan ulang tahun Cilla. Adjeng duduk di sofa bed sedang
"Hem," respon Bastian pada kalimat sang istri yang menurutnya sangat unik."Biang kerok, kamu curang!" "Curang apa?""Aku tidak pernah berbuat begitu sama cowok manapun, tapi kamu malah melakukan itu. Artinya kamu sudah tidak perjaka lagi!" ujar Cilla.Wanita itu menarik selimut hingga terlepas dari tubuh sang suami. Dia begitu kesal dengan pernyataan sang suami sebelumnya. Cilla beralih memunggungi sang suami sebab jengkel padanya."Astaghfirullah kopi hitam! Tega banget bilang begitu," kata Bastian. "Praktek yang aku maksudkan, ya praktek sama kamu!" lanjut pria dengan tahi lalat di lehernya itu."Manabisa aku melakukan itu sama orang lain sedangkan aku saja terjerat hati sama kamu, kopi!" ujar Bastian di dalam hati. Tentu di dalam hati, mana berani Bastian mengatakan perasaannya secara gamblang.Cilla menoleh pada sang suami, matanya menatap tepat di wajah suaminya itu. "Beneran baru pertama gituan sama aku?" tanya wanita itu."Iya, kalau sudah jago gak mungkin aku butuh waktu la