Cilla memandang koper miliknya yang ada di sana. Kemudian akan mengambilnya tetapi urung. Ada seorang pria paruh baya justru mengambil kedua koper tersebut, tentu miliknya dan sang suami. "Ahmad, sudah siap mobilnya?" tanya Adjeng pada pria itu. Ahmad adalah tetangga mereka. Dia adalah seorang driver. Adjeng menyewanya hari ini. Pria itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Baiklah, tunggu mereka dulu Mad," titah Adjeng. Bastian yang sedari tadi menunggu jawaban dari pertanyaannya masih memasang ekspresi bingung. Begitu juga Cilla, dia juga ingin tahu. Mengapa kopernya malah dibawa keluar? "Kalian berangkat sekarang ke Batu ya, tadi Vika sudah siapkan semuanya. Kalian di sana satu Minggu," kata Adjeng seraya memberikan amplop kepada Bastian. &nb
Remang cahaya kamar yang redup membias bayang dua insan berada di peraduan. Mereka usai melakukan percintaan yang biasa mereka lakukan. Sang wanita tampak berpeluh dan memeluk tubuh telanjang sang pria dengan sisa kenikmatan yang telah ia raih."Mas, sampai kapan kita seperti ini? Aku takut kehilangan kamu," ucap perempuan itu."Aku mencintaimu, kamu tidak akan kehilangan aku." tegas sang pria."Kenapa kita harus seperti ini?" tanya wanita itu."Cantikku, jangan berpikiran macam-macam. Aku pergi dulu. Besok kita bertemu di tempat biasa."Mata wanita itu menatap tak suka sang pria menggunakan bajunya dan akan pergi darinya. Selalu seperti ini jika usai mereka menyatu. Bukankah hubungan gelap memang begitu adanya? Terkadang bahagia di saat dia berada di sisi, tetapi hati akan pedih bila pria itu akan kembali pada keluarganya. Sungguh neraka sebenarnya yang dijalani kehidupan pelaku perselingkuhan. Namun, mengapa masih saja ada yang rela menghabiskan waktu untuk bersakit-sakit nan sedih
Malam tiba, Bastian datang usai isya. Adjeng tentu mengomeli cucunya itu."Aku habis dari konter handphone Eyang, aku beliin hadiah ulang tahun buat Cilla." bantah Bastian saat sang nenek memarahinya pulang sedikit terlambat."Alesan saja kamu Bas! Sudah ke kamar sana, ada hadiah buat kamu. Cepet ke sana!" titah Adjeng.Bastian akhirnya menuruti sang nenek. Memang benar dia membelikan hadiah untuk istrinya yang ulang tahun besok. Ia ingin menjadi orang pertama yang memberikannya ucapan dan selamat. Ini adalah kali pertama mereka merayakan ulang tahun bersama."Eyang selalu saja marah. Em, hadiah apa? Bukannya Kopi yang ulang tahun. Kenapa aku yang dapat hadiah?" tanya Bastian seorang diri tangannya menekan handle pintu.Saat ia membuka pintu kamarnya, udara dingin berasal dari air conditioner begitu mendominasi. Pria itu sampai merinding saat dingin menembus di sela baju kemejanya. Bastian meletakkan tas kertas di meja samping ranjang. "Kopi," panggil pria itu.Namun tidak ada jawaba
Cilla berdiri dan memaksa kakinya melangkah menuju kamar mandi. Bersama Bastian lebih lama lagi akan mengancam keamanan hati dan perasaannya. Bukankah wajar suami istri membicarakan hal pribadi seperti itu?"Mau kemana?" tanya Bastian.Mata pria itu tak lepas melihat ekspresi sang istri yang aneh. Wanita yang semalam mengerang akan kepuasaan nafkah batin darinya itu tampak salah tingkah. Jangan lupakan cara berjalannya yang aneh membuat Bastian ingin menerkam dan menguasainya di ranjang."Mandi," jawabnya singkat.Bastian mendengar kata itu tersenyum miring. Bibirnya semakin lebar tersenyum dengan pikiran yang sudah jauh."Mungkin di kamar mandi lebih seru," katanya lirih. Pria itu melepas kaos kutungnya dan melempar benda itu ke lantai. Dia segera menyusul sang istri di kamar mandi.*"Kamu gak apa-apa kan, Cilla?" tanya sang ibu.Maura datang bersama Ali. Tak hanya mereka, di kamar Cilla dan Bastian berkumpul semua untuk merayakan ulang tahun Cilla. Adjeng duduk di sofa bed sedang
"Hem," respon Bastian pada kalimat sang istri yang menurutnya sangat unik."Biang kerok, kamu curang!" "Curang apa?""Aku tidak pernah berbuat begitu sama cowok manapun, tapi kamu malah melakukan itu. Artinya kamu sudah tidak perjaka lagi!" ujar Cilla.Wanita itu menarik selimut hingga terlepas dari tubuh sang suami. Dia begitu kesal dengan pernyataan sang suami sebelumnya. Cilla beralih memunggungi sang suami sebab jengkel padanya."Astaghfirullah kopi hitam! Tega banget bilang begitu," kata Bastian. "Praktek yang aku maksudkan, ya praktek sama kamu!" lanjut pria dengan tahi lalat di lehernya itu."Manabisa aku melakukan itu sama orang lain sedangkan aku saja terjerat hati sama kamu, kopi!" ujar Bastian di dalam hati. Tentu di dalam hati, mana berani Bastian mengatakan perasaannya secara gamblang.Cilla menoleh pada sang suami, matanya menatap tepat di wajah suaminya itu. "Beneran baru pertama gituan sama aku?" tanya wanita itu."Iya, kalau sudah jago gak mungkin aku butuh waktu la
"Dia udah berangkat sendiri," jawab Bastian paham yang ditanyakan Cilla adalah Elka.Cilla dan Bastian masih berada di mobil menuju tempat kerja mereka masing-masing. Cilla tampak mengerutkan alisnya dalam. Dia bertanya pada suaminya mengenai sahabat pria itu."Kalian pernah pacaran di waktu SMP terus bersahabat sampai sekarang, apa gak saling jatuh cinta?" tanya Cilla absurd."Kepo!" ketus sang suami.Wanita itu menatap sang suami semakin kesal."Oh, gak boleh ya tau tentang suami sendiri?" balas Cilla.Jauh di lubuk hatinya ada perasaan aneh yang terpantik. Rasa di mana ia ingin tahu lebih dalam sejauh mana hubungan mereka. Cilla telah berjalan mencoba menyelaraskan langkahnya dengan Bastian, tetapi ia tak tahu perasaan pria itu sebenarnya."Gak penting!" tukas Bastian.
"Oh, tidak pernah neko-neko ya Mas? Ya, Maura memang wanita sempurna di dunia ini. Dia wanita paling baik hingga suaminya selingkuh darinya!" ujar Arum dengan kemarahan tidak berkurang.Ali menatap wanita itu tajam. Arum tidak pernah berkata kasar seperti ini. Selama ini ia merasa sudah adil dengan keduanya walaupun untuk Arum dia tidak mengekspos hubungan mereka. Namun ia cukup memberikan waktu dan kasih sayang yang melebihi dirinya pada Maura."Jaga bicaramu, Arum!" bentak Ali.Tak lama seorang gadis masuk dengan cepat. Gadis itu tersenyum pada keduanya. Arum tampak terkejut melihatnya."Kalian di sini?" tanya gadis itu dengan tersenyum.Ali bergegas pergi dari sana. Sedang Arum beberapa saat menyusul pria itu. Gadis itu mencuci tangannya di wastafel."Kebetulan yang menguntungkan. Bapaknya Cilla selingkuh dengan Bude Arum. Astaga, mereka seperti keluarga yang rukun tetapi ternyata menyimpan kebusukan!" ucap gadis itu dengan bercermin, bibirnya tersenyum miring.Sedang Arum sungguh
"Ganggu aja, dasar Ubi Cilembu!" sungut Bastian.Ya Ubi Cilembu yaitu Vika. Gadis itu tersenyum lebar mengganggu kakak sepupunya itu. Sesaat hening, Cilla beralih di sebelah Adjeng yang masih tidur.Sedangkan Vika seolah tidak terjadi apa-apa mendekat dan duduk di samping sang nenek. Ia paham, pasangan suami-istri itu malu karena terpergok dirinya."Eyang, Vika kangen. Cepet sembuh yah, yuk kita girls time lagi kayak kemarin," kata Vika.Bastian mendengar hal itu bukannya terharu. Ia mendekat pada gadis itu dan menarik rambutnya yang diikat satu. Bastian berbisik pada adik sepupunya itu."Ubi Cilembu, eyang istirahat. Jangan berisik!"Vika meringis merasakan jambakan Bastian sedikit keras."Mas lepas! Aku kesakitan ini." pinta Vika berbisik.Sesaat pria itu melepas rambut gadis dengan mata bulat tersebut. Bastian kemudian kembali duduk di sofa."Em, Vika. Aku ke cafetaria dulu ya." pamit Cilla.Ia terus menguap sebab tidur hanya sebentar semalam. Bahkan hanya hitungan jam ia tertidur