Share

Bab 44

Author: Nuvola
last update Last Updated: 2025-03-02 19:17:10

Kendrick menatap wajah Serena yang telah terlelap, wanita itu tertidur setelah Kendrick melakukan pelepasan terakhirnya. Kali ini Kendrick memang bermain cukup kasar kepada Serena. Dia mudah sekali marah dan tanpa sadar melampiaskannya langsung kepada Serena.

Terlihat memar di lengan Serena, Kendrick mengecup lembut kening Serena dan mengusap kepala Serena. Sebelum bangkit dari tempat tidur dia menarik selimut untuk menutup tubuh Serena yang tidak mengenakan apapun.

Kendrick melangkah ke arah kamar mandi, dia berniat untuk mandi. Tubuhnya penuh dengan peluh bercampur aroma parfum milik Serena. Air dingin mengalir mengguyur tubuh Kendrick.

Kendrick keluar dari kamar mandi dan mendapati Serena yang terduduk di atas tempat tidur.

“Jam berapa ini, sakit sekali badanku,” lirih Serena yang masih bisa didengar oleh Kendrick.

Kendrick pun berjalan ke arah Serena, wanita itu belum membuka mata sepenuhnya. Rasa lelah membuatnya mengantuk, tapi dia masih mengingat jika dia sekarang berada d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 45

    Serena kini berada di dalam mobil bersama dengan Kendrick, yang kini kembali bersikap perhatian kepadanya. Suasana di dalam mobil tampak hangat, dengan Kendrick yang memandang Serena dengan mata yang lembut.Julian berada di depan, menyetir mobil menuju ke mansion Kendrick. Dia tidak menoleh ke belakang, membiarkan Kendrick dan Serena memiliki waktu bersama.Kendrick mengambil tangan Serena dan memegangnya dengan lembut. "Aku tidak bermaksud melukaimu,” tutur Kendrick melihat memar di lengan Serena. Serena menatap Kendrick dengan mata yang lembut, merasa bahwa Kendrick kembali menjadi dirinya yang lembut. "Saya tidak apa-apa," katanya dengan suara yang lembut. "Saya hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kendrick menjelaskan kepada Serena bahwa Rachel datang dengan bukti yang menunjukkan bahwa dia tidak terlibat dalam sabotase. Setelah mendapat peringatan dari Alonzo Group, Rachel memutuskan untuk menyelidiki dan menemukan siapa di balik semua kejadian tersebut.Rachel menemu

    Last Updated : 2025-03-03
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 46

    Matahari belum juga menampakkan dirinya ketika Serena membuka mata. Tanda-tanda fajar baru saja muncul di ufuk timur, namun jam weker di samping tempat tidur telah menunjukkan pukul lima pagi. Dengan gerakan yang pelan, Serena menggeser tangan Kendrick yang masih terlelap di sampingnya, berusaha keras agar tidak membangunkannya. Setelah yakin Kendrick masih dalam lelapnya, dia perlahan-lahan bangkit dari tempat tidur. Kaki Serena melangkah ringan menuju kamar mandi, hati-hati untuk tidak membuat suara. Udara pagi yang dingin menyambutnya saat dia melewati lorong menuju kamar mandi. Serena memutar kenop kamar mandi, suara air yang mengalir dari shower segera mengisi keheningan pagi. Pikirannya terpusat pada satu tujuan: segera mandi dan bertemu dengan ibunya di rumah sakit.Air hangat yang menetes di tubuhnya sedikit memberikan kenyamanan, namun rasa gelisah karena ingin segera melihat keadaan ibunya membuatnya cepat-cepat mengakhiri mandi. Saat keluar dari kamar mandi Serena melihat

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 47

    Hari telah sore, dan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar rumah sakit mulai memudar. Namun, suasana di kamar itu tidaklah suram, karena ibu Serena, Lydia, telah melakukan operasi dengan lancar dan sekarang telah siuman.Serena terlihat cukup lega melihat ibunya yang bisa lagi mengobrol bersamanya. Dia duduk di samping tempat tidur ibunya, memegang tangan ibunya dengan erat. Lydia, meskipun masih berbaring di atas tempat tidur, tersenyum lemah dan berbicara dengan suara yang lembut."Ibu baik-baik saja, sayang," kata Lydia, dengan mata yang berkilauan dengan kelelahan. "Ibu hanya perlu istirahat sekarang."Serena tersenyum dan memeluk ibunya dengan erat. "Aku senang, Bu," katanya, dengan suara yang penuh dengan kelegaan. "Aku sangat senang ibu baik-baik saja.”Kendrick datang dengan membawa dua plastik di tangannya. “Ibu pasti lapar, ibu makan dulu ya sebelum minum obat,” tutur Kendrick. “Tidak boleh menolak, ibu Baik hati tidak seperti anak ibu yang susah diatur dia tidak mau ma

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 48

    Kendrick masuk ke dalam mansion lama dengan santai, tidak menunjukkan tanda-tanda kejutan atau kegelisahan. Hal itu karena dia sudah mendapat kabar dari Paman Verdi bahwa Mamanya, sedang mengelilingi mansion, mencari tanda-tanda bahwa Kendrick membawa perempuan ke mansion itu.Teresa, yang sedang berdiri di ruang tamu, menatap Kendrick dengan curiga. Dia mencari tanda-tanda apa pun yang bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. "Kamu tidak ke kantor hari ini?" tanyanya, dengan nada yang sedikit keras dan curiga.Kendrick tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan atau kejutan, “Ada pekerjaan yang harus aku urus, Ma.”“Pekerjaan apa?” tanya Teresa kembali karena merasa tidak puas dengan pertanyaan Kendrick. “Sebelumnya Mama tak pernah tertarik dengan apa yang aku lakukan, kenapa sekarang sepertinya ingin tahu segala hal tentangku?” balas Kendrick membuat Teresa mendengus kesal. “Karena Mama tidak mau kamu seperti Evan yang dengan bodohnya jatuh cinta dengan jalang itu!” ucap Ter

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 49

    Serena terpaku di kursi yang berada di samping ranjang rumah sakit tempat ibunya terbaring lemah. Cahaya lampu malam yang remang-remang menerangi wajah ibunya yang tampak damai dalam tidur yang dalam. Serena tidak beranjak sejak Sofia dan Melodi pulang beberapa jam yang lalu. Tiba-tiba, suara pintu kamar yang terbuka dengan pelan membuyarkan lamunannya, dan sosok Kendrick muncul dari balik pintu. Dia tidak menyangka bahwa Kendrick akan kembali datang, sehingga dia merasa terkejut melihatnya. Kendrick hanya tersenyum lembut dan berjalan mendekati Serena. Tanpa berkata apa-apa, dia mencium kening Serena dengan lembut. "Maaf aku terlalu lama," kata Kendrick dengan suara lembut. “Mama tiba-tiba datang ke mansion lama.”“Apa semua baik-baik saja?” tanya Serena yang menatap mata Kendrick. “Tentu saja.” Kendrick lalu duduk di samping Serena dan memandang wajah ibu Serena yang sedang tidur. "Bagaimana keadaan ibumu?" tanyanya dengan suara lembut.Serena tersenyum dan mengangguk. "Ibuku b

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 50

    "Kamu harus makan. Aku akan menunggu sampai kamu selesai, wajahmu pucat pasti kelelahan," ujar Evan kembali lembut, mencoba meyakinkan Serena untuk menjaga kesehatannya juga.Serena segera menggeleng, "Ti-tidak. Aku akan makan setelah Ibu makan. Kamu tidak perlu menunggu, kamu bisa pergi. Jangan sampai kamu terlambat ke kantor gara-gara aku."Evan menghela napas. "Tidak apa-apa jika aku terlambat sedikit. Yang penting kamu baik-baik saja."Namun, Serena tetap bersikukuh, "Tidak, Evan. Aku serius, kamu harus pergi sekarang. Aku tidak mau menjadi alasan kamu mendapat masalah di kantor. Aku benar-benar akan makan setelah ibu makan,” Serena berkata untuk menyakinkan Evan. Tapi yang sebenarnya dia lakukan adalah mengusir Evan secara halus. Ada kegelisahan yang Serena sembunyikan. Kendrick, yang sudah lama berada di kamar mandi, sedang menunggu Evan pergi. Serena merasa cemas dan ingin segera mengakhiri situasi ini.Evan, yang merasakan ada sesuatu yang tidak beres, memandang Serena dengan

    Last Updated : 2025-03-09
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 51

    Hari ini Serena hanya fokus merawat ibunya di rumah sakit. Dia menemani dan melayani apa yang Lydia butuhkan, dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Serena tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian, bahkan untuk sejenak pun.Dia membantu ibunya makan, minum,dan melakukan kegiatan lainnya yang diperlukan. Serena juga selalu memastikan bahwa ibunya merasa nyaman dan tidak mengalami kesulitan apa pun. Hingga tanpa terasa jam telah menunjukkan pukul lima sore, Serena baru saja menyuapi Lydia makan dan minum obat. “Jika kamu mau pulang, maka kamu bisa pulang sekarang. Kamu pasti lelah dan besok masih harus bekerja,” tutur Lidya membuat Serena menatap ibunya. “Iya Bu, nanti Serena akan pulang. Ada yang ibu butuhkan lagi?” tanya Serena dengan lembut Dia memang telaten merawat ibunya dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Tidak ada Sayang, pulanglah sekarang. Sebentar lagi jam kerja pulang pasti macet jadi kamu harus pulang sekarang agar tidak terjebak macet.”“Baiklah, Serena akan pulan

    Last Updated : 2025-03-10
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 52

    Malam telah larut ketika Serena terbangun dari tidurnya. Gadis itu merasakan kelaparan yang mendesak, memaksanya bangkit dari peraduan hangatnya. Dengan langkah gontai, dia berjalan menuju dapur yang hanya diterangi cahaya rembulan yang menembus jendela.Serena mengambil paket mie instant dari rak dan sebutir telur dari kulkas. Dengan gerakan yang masih kaku karena baru bangun tidur, dia mulai memasak. Air mulai mendidih dalam panci, sementara Serena memecahkan telur ke dalamnya, menunggu dengan sabar sambil mengaduk perlahan.Suasana dapur yang sunyi hanya sesekali dipecahkan oleh bunyi gemericik air dan desis mie yang mulai matang. Serena memandang jam dinding, melihat jarum jam yang terus bergerak, merenungi kesendirian malam itu sambil menunggu mie siap disantap.Sementara itu, Kendrick masih sibuk dengan pekerjaannya di ruang kerja, terpisah oleh dinding yang menghadang suara dan kehangatan. Meski bekerja keras, sesekali dia menghela napas, merindukan kebersamaan yang hanya bisa

    Last Updated : 2025-03-11

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 80

    Mentari pagi menerobos masuk melalui celah gorden, membekukan lembut wajah Serena. Ia mengerjap, merasakan kehangatan di sekitarnya. Kendrick. Pria itu sudah bangun, menatap dengan senyum teduh yang selalu berhasil menghangatkan hatinya."Selamat pagi, sayang," bisik Kendrick, mengecup bibir Serena singkat namun penuh kasih. Serena membalas senyumannya."Pagi, Ken. Mandi sana, nanti telat ke kantor." Kendrick menggeleng, senyumnya semakin lebar."Tidak ada kantor hari ini untukku." Serena sedikit mengerutkan keningnya. “Maksudmu?”"Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu." "Tidak bisa, Ken. Aku juga harus ke kantor." Raut kekhawatiran langsung tergambar di wajah Kendrick."Kamu yakin Sayang?” Serena mengangguk, dia lalu berkata. “Aku ingin kembali bekerja. Aku tidak bisa terus menerus berdiam diri di rumah,bukan?” Suaranya lirih, namun terdapat ketegasan di dalamnya.Kendrick menatap Serena dengan lembut dan penuh pengertian. Mungkin benar, kembali ke rutinitas seperti biasa akan me

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 79

    "Aku senang kalau kamu sudah mulai tersenyum lagi," kata Kendrick akhirnya, suaranya lebih lembut dari biasanya, seperti mendengarkan alunan lagu yang merdu.Serena terdiam, merenungkan kata-kata Kendrick. Ia menyadari perubahan dalam dirinya sendiri. Rasanya seperti menemukan secercah cahaya di ujung lorong gelap yang tak berujung.Namun, meskipun ada perubahan positif, ia masih tidak yakin dengan apa yang sebenarnya ia rasakan. Apakah ini hanya ilusi dari rasa rindu akan kebahagiaan yang sudah lama menghilang, ataukah ada sesuatu yang nyata?Kendrick tidak berbicara untuk beberapa saat, hanya menemani Serena dalam diam. Serena menghela nafas pelan, menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, mencoba meredakan pikirannya yang terus berputar."Aku ingin kamu tetap disisiku, Sayang," kata Kendrick tiba-tiba, membuay suasana tenang yang sebelumnya ada di antara mereka. Serena langsung menegang. Ia menoleh menatap Kendrick, tetapi pria itu tetap menatap lurus ke depan, seolah-olah sedang b

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 78

    Pagi itu, Kendrick memutuskan untuk Angin sejuk menerpa wajahnya. Dia memperhatikan sekeliling—anak-anak bermain di kejauhan, pasangan muda berjalan bergandengan tangan, dan beberapa orang tua duduk menikmati sore dengan segelas kopi. Semua orang tampak... menjalani hidup.Serena menggenggam lengan bajunya sendiri, merasa terasing di antara mereka. Kendrick berdiri di sampingnya, diam, memberi Serena waktu untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar yang terasa asing."Ayo duduk," katanya akhirnya, menunjuk bangku kayu di bawah pohon rindang. Serena menurut, meskipun hatinya masih berat. Mereka duduk berdampingan dalam keheningan, hanya suara burung dan tawa anak-anak yang terdengar."Kamu tahu," Kendrick akhirnya membuka suara, "Aku dulu benci tempat kayak gini." Serena menoleh, keningnya berkerut. "Kenapa?" Kendrick mengangkat bahu. "Karena terlalu ramai. Terlalu banyak orang dengan kehidupan mereka masing-masing, sementara aku sIbuk dengan kehidupanku yang berantakan."Serena terdia

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 77

    Hujan turun dengan rintik halus, seolah langit ikut berkabung atas kepergian Lydia. Aroma tanah basah bercampur dengan wangi bunga melati yang tertata di sekitar pusara. Serena berdiri di sana, mengenakan gaun hitam sederhana, matanya sembab karena terlalu banyak menangis sejak semalam. Dia menggenggam erat ujung syal milik Ibunya—satu-satunya kenangan yang masih bisa dia peluk. Nafasnya bergetar saat menatap nisan yang kini terukir nama Lydia Quirino, Ibunya, satu-satunya keluarga yang pernah dia miliki.Melody, Sofia, dan Luna berdiri sedikit di belakangnya, memberikan ruang tetapi tetap ada di sana untuknya. Mereka tahu betapa sulitnya hari ini bagi Serena. "Aku masih tidak percaya, Serena…" suara Melody terdengar pelan, dipenuhi kesedihan yang tulus.Sofia meremas lembut bahu Serena. "Tante sudah tidak sakit lagi sekarang. Tabte bisa tenang."Serena mengangguk kecil, meski hatinya masih terasa kosong. Seberapa pun dia mencoba meyakinkan diri, kenyataan bahwa Ibunya sudah pergi sel

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 76

    "Bu… bangun, aku di sini… Ibu, tolong jangan tinggalkan aku!"Serena mengguncang tubuh Ibunya yang terbaring di ranjang rumah sakit. Suaranya bergetar, nafasnya tersengal, seolah mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini semua hanya mimpi buruk. Kenyataan yang menyakitkan ini terasa terlalu berat untuk diterima.Tidak ada respons. Tidak ada gerakan.Hanya keheningan yang mengerikan. Keheningan itu seperti pisau, mengiris hati Serena, membuatnya merasa seolah dunia di sekelilingnya mendadak gelap."Ibu, kumohon!" Suara Serena pecah. Tangisannya meluap tanpa kendali. Ia menggenggam tangan Ibunya erat-erat, berharap ada kehangatan yang masih tersisa. Tapi dingin. Terlalu dingin. Dunia yang biasanya hangat dan penuh cinta kini terasa seperti ruang yang membeku.Seorang perawat yang berdiri di dekatnya menunduk, matanya berkaca-kaca. Dokter yang baru saja selesai memeriksa kondisi Lydia hanya bisa menarik napas berat sebelum menatap Serena dengan penuh belas kasih. Rasa empati di mata mereka me

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 75

    "Kalau kamu mau pulang, aku tidak akan maksa kamu buat tetap di sini," suara Serena terdengar pelan, tapi nadanya jelas menunjukkan kelelahan.Kendrick, yang berdiri di dekat jendela kamar rumah sakit, hanya meliriknya sebelum berjalan ke menghampirinya. "Aku tidak akan ninggalin kamu di sini sendirian."Serena menghela napas. Matanya memandang tubuh Ibunya yang terbaring lemah di ranjang, wajah Lydia terlihat begitu pucat di bawah cahaya redup lampu rumah sakit. Dadanya terasa sesak. Sejak dokter mengatakan kalau kondisi Ibunya sudah tidak bisa diharapkan, Serena tahu waktu yang tersisa sudah tidak lama lagi. Kepanikan dan kesedihan menyelimuti pikirannya, membuatnya sulit untuk berpikir jernih.Kendrick berjalan mendekat, meletakkan tangannya di punggung kursi tempat Serena duduk."Sayang.""Hm?""Kalau kamu butuh sesuatu, bilang padaku ya.”Serena menoleh ke arahnya, menatap mata gelap pria itu yang terasa begitu tajam. Ada sesuatu di sana—sesuatu yang membuatnya sedikit lebih tena

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 74

    Mobil melaju cepat menembus jalanan kota yang masih basah akibat hujan tadi malam. Di dalamnya, Serena duduk diam di kursi penumpang dengan tangan saling menggenggam erat di pangkuannya. Dadanya terasa sesak, dan pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan ibunya yang terbaring lemah di rumah sakit. Perasaan cemas menyelimuti dirinya, seolah setiap detik yang berlalu semakin mendekatkan pada kenyataan yang tak ingin dihadapi.Dari sudut matanya, ia bisa merasakan tatapan Kendrick yang sesekali meliriknya. Lelaki itu tidak banyak bicara, hanya memberikan kehadiran yang menenangkan. Namun, Serena tahu, dalam diamnya, Kendrick pasti memperhatikannya lebih dari yang ia sadari. Kendrick selalu bisa merasakan ketegangan di antara mereka, bahkan tanpa kata-kata."Aku di sini," suara Kendrick akhirnya terdengar, lembut namun tegas. "Apapun yang terjadi nanti, kamu tidak sendirian." Kalimat itu terasa seperti pelukan hangat yang meredakan sedikit kegelisahan di hatinya.

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 73

    Serena masih bisa merasakan hangatnya sentuhan Kendrick di kulitnya. Dadanya naik turun dengan napas yang masih belum sepenuhnya stabil, dan pikirannya berkecamuk dengan banyak hal yang baru saja terjadi di antara mereka. Perasaannya campur aduk—antara kebahagiaan dan ketakutan. Hangatnya sentuhan Kendrick membuatnya merasa aman, tetapi ketidakpastian yang menggelayuti pikirannya membuatnya sulit untuk sepenuhnya menikmati momen itu.Dia menoleh ke samping, melihat wajah Kendrick yang begitu dekat. Mata tajam pria itu kini terlihat lebih lembut, memandangnya dengan intensitas yang belum pernah Serena lihat sebelumnya. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuatnya merasa dihargai dan diinginkan, tapi di sisi lain, ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya membuatnya merasa terjepit."Kau masih tidak percaya padaku?" suara Kendrick terdengar pelan, tetapi tetap penuh tekanan. Suaranya seperti sebuah mantra yang berusaha meredakan badai yang mengamuk di dalam diri Serena.Serena m

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 72

    Serena masih terdiam, pikirannya melayang ke peristiwa tadi. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Kendrick muncul dengan nampan makanan di tangannya."Sayang, ayo makan," ujarnya lembut, suaranya menghangatkan ruangan yang sempat terasa dingin oleh kesunyian.Serena menoleh, senyum tipis menghias wajahnya yang pucat. Dia perlahan beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Kendrick ke sofa.Di sana, Kendrick dengan penuh perhatian menyuapi Serena, sesekali matanya menatap lembut ke arah Serena, memastikan bahwa ia menghabiskan makan malamnya."Kamu tidak perlu memikirkan apa yang terjadi tadi," kata Kendrick, suaranya penuh kepastian. "Aku janji, kamu akan aman di sini, di sampingku."Serena menatap mata Kendrick mencari kebenaran di sana. "Aku sudah memerintahkan Julian untuk mengurus Ibu pulang," tambah Kendrick."Aku sungguh akan melakukannya, Ken?" tanya Serena, masih ragu-ragu."Tentu saja, apa kamu pikir aku hanya bercanda?" jawab Kendrick, tersenyum."Tapi biayanya?" tanya Serena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status