Serena terpaku di kursi yang berada di samping ranjang rumah sakit tempat ibunya terbaring lemah. Cahaya lampu malam yang remang-remang menerangi wajah ibunya yang tampak damai dalam tidur yang dalam. Serena tidak beranjak sejak Sofia dan Melodi pulang beberapa jam yang lalu. Tiba-tiba, suara pintu kamar yang terbuka dengan pelan membuyarkan lamunannya, dan sosok Kendrick muncul dari balik pintu. Dia tidak menyangka bahwa Kendrick akan kembali datang, sehingga dia merasa terkejut melihatnya. Kendrick hanya tersenyum lembut dan berjalan mendekati Serena. Tanpa berkata apa-apa, dia mencium kening Serena dengan lembut. "Maaf aku terlalu lama," kata Kendrick dengan suara lembut. “Mama tiba-tiba datang ke mansion lama.”“Apa semua baik-baik saja?” tanya Serena yang menatap mata Kendrick. “Tentu saja.” Kendrick lalu duduk di samping Serena dan memandang wajah ibu Serena yang sedang tidur. "Bagaimana keadaan ibumu?" tanyanya dengan suara lembut.Serena tersenyum dan mengangguk. "Ibuku b
"Kamu harus makan. Aku akan menunggu sampai kamu selesai, wajahmu pucat pasti kelelahan," ujar Evan kembali lembut, mencoba meyakinkan Serena untuk menjaga kesehatannya juga.Serena segera menggeleng, "Ti-tidak. Aku akan makan setelah Ibu makan. Kamu tidak perlu menunggu, kamu bisa pergi. Jangan sampai kamu terlambat ke kantor gara-gara aku."Evan menghela napas. "Tidak apa-apa jika aku terlambat sedikit. Yang penting kamu baik-baik saja."Namun, Serena tetap bersikukuh, "Tidak, Evan. Aku serius, kamu harus pergi sekarang. Aku tidak mau menjadi alasan kamu mendapat masalah di kantor. Aku benar-benar akan makan setelah ibu makan,” Serena berkata untuk menyakinkan Evan. Tapi yang sebenarnya dia lakukan adalah mengusir Evan secara halus. Ada kegelisahan yang Serena sembunyikan. Kendrick, yang sudah lama berada di kamar mandi, sedang menunggu Evan pergi. Serena merasa cemas dan ingin segera mengakhiri situasi ini.Evan, yang merasakan ada sesuatu yang tidak beres, memandang Serena dengan
Hari ini Serena hanya fokus merawat ibunya di rumah sakit. Dia menemani dan melayani apa yang Lydia butuhkan, dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Serena tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian, bahkan untuk sejenak pun.Dia membantu ibunya makan, minum,dan melakukan kegiatan lainnya yang diperlukan. Serena juga selalu memastikan bahwa ibunya merasa nyaman dan tidak mengalami kesulitan apa pun. Hingga tanpa terasa jam telah menunjukkan pukul lima sore, Serena baru saja menyuapi Lydia makan dan minum obat. “Jika kamu mau pulang, maka kamu bisa pulang sekarang. Kamu pasti lelah dan besok masih harus bekerja,” tutur Lidya membuat Serena menatap ibunya. “Iya Bu, nanti Serena akan pulang. Ada yang ibu butuhkan lagi?” tanya Serena dengan lembut Dia memang telaten merawat ibunya dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Tidak ada Sayang, pulanglah sekarang. Sebentar lagi jam kerja pulang pasti macet jadi kamu harus pulang sekarang agar tidak terjebak macet.”“Baiklah, Serena akan pulan
Malam telah larut ketika Serena terbangun dari tidurnya. Gadis itu merasakan kelaparan yang mendesak, memaksanya bangkit dari peraduan hangatnya. Dengan langkah gontai, dia berjalan menuju dapur yang hanya diterangi cahaya rembulan yang menembus jendela.Serena mengambil paket mie instant dari rak dan sebutir telur dari kulkas. Dengan gerakan yang masih kaku karena baru bangun tidur, dia mulai memasak. Air mulai mendidih dalam panci, sementara Serena memecahkan telur ke dalamnya, menunggu dengan sabar sambil mengaduk perlahan.Suasana dapur yang sunyi hanya sesekali dipecahkan oleh bunyi gemericik air dan desis mie yang mulai matang. Serena memandang jam dinding, melihat jarum jam yang terus bergerak, merenungi kesendirian malam itu sambil menunggu mie siap disantap.Sementara itu, Kendrick masih sibuk dengan pekerjaannya di ruang kerja, terpisah oleh dinding yang menghadang suara dan kehangatan. Meski bekerja keras, sesekali dia menghela napas, merindukan kebersamaan yang hanya bisa
“Pasti ada kesalahpahaman. Suamiku tak mungkin menjualku!”Serena berkata dengan suara gemetar di hadapan pria yang sudah membelinya, Kendrick Alonzo. Di hadapan Serena, pria berwajah tampan itu menatap dengan dingin. “Tidak mungkin menjualmu? Begitu percaya diri.”Jawaban Kendrick membuat Serena merasa semakin merasa terdesak. Apalagi ditambah dengan latar belakang pria itu yang begitu berkuasa. Namun, meski begitu, dia menolak untuk percaya. Sebab, di kota ini, tak ada yang tidak mengenal tabiat Kendrick yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan yang ia inginkan.Bisa saja Kendrick menekan Leo dan memaksa suaminya itu menjualnya, kan? Sebab, menurut Serena, pernikahannya dengan Leo baik-baik saja dan cenderung damai tanpa ada masalah berarti.Oleh karena itu, Serena berjalan menjauh dan mencoba untuk menghubungi Leo, tapi sama sekali tidak diangkat. Dua kali mencoba, Serena mulai merasa gelisah.Samar-samar, Serena mendengar dengusan dari arah Kendrick sebelum kemudian suar
Senyum getir tersungging di bibir Serena dan diam-diam meminta maaf pada ibunya dalam hati. "Mafkan aku, Bu. Hanya dengan ini Ibu bisa dioperasi.."“Bagus.” Kendrick menjawab sembari mengarahkan wajah Serena untuk menatapnya. Sedetik kemudian, Serena berteriak kecil karena pria itu telah menarik lembut tubuhnya hingga terjatuh ke pangkuan pria itu. Serena berusaha untuk menahan diri agar tak jatuh sepenuhnya ke dalam pelukan Kendrick dengan menahan dada pria itu menggunakan tangannya.Namun, hembusan nafas Kendrick yang panas di lehernya dan pijatan lembut pria itu di pinggangnya membuat tubuh Serena melemas."Ada peraturan yang harus kamu pahami saat bekerja bersamaku, Serena.” bisik Kendrick serak. “Jangan sekali-sekali kamu dekat dengan laki-laki lain. Mengerti?” Serena menjawab dengan anggukan kecil yang langsung membuat Kendrick tersenyum samar. “Mengerti, Tuan.”“Good.”Kendrick mengecup pundak Serena dan meremas pinggul wanita itu sebelum kemudian berusaha untuk mengikis j
Serena menatap bangunan mewah yang ada di depannya itu. Sebelumnya dia telah memasuki mansion itu dengan penuh paksaan. Tapi, kali ini dia memasuki mansion itu dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun. Seorang pria paruh baya menyambut mereka dengan sangat sopan dan ramah. “Selamat datang Tuan dan Nona.” Serena cukup terkejut mendengar panggilan dari pria paruh baya itu. “Antar dia ke kamar!” titah Kendrick yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Serena. Serena menatap punggung Kendrick yang menjauh masuk ke dalam lift. “Nona, sebelumnya perkenalkan saya Verdi, ketua pelayan di mansion ini,” jelas Verdi dengan membungkukkan badannya. Verdi pria paruh baya yang memegang jabatan sebagai kepala pelayan di mansion Kendrick. Dengan posturnya yang tegap dan sikapnya yang selalu teratur, Verdi dikenal memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap keluarga Kendrick. Dia juga sangat pandai dalam mempertahankan sikap yang sopan dan profesional, tidak pernah membiarkan emos
Sudut bibir Kendrick seketika terangkat dia langsung menyudutkan Serena ke dinding. “Aku tidak tahu jika kamu akan seberani ini,” bisik Kendrick yang mengecup telinga Serena. “Bukankah ini sudah tugas saya? Anda begitu baik memindahkan ibu saya ke ruang VIP jadi saya pun akan melakukan tugas saya dengan baik.”Kendrick terlihat tidak puas dengan jawaban Serena, dia segera menyambar bibir Serena dengan kasar membuat Serena sedikit terkejut dengan serangan tiba-tiba Kendrick. Ciuman itu tidaklah lembut tapi Serena cukup menikmatinya. Serena bisa merasakan jika Kendrick begitu ahli melakukannya membuat Serena kewalahan.Dia menepuk dada Kendrick, meminta Kendrick untuk melepaskan ciumannya karena Serena kehabisan nafas. Kendrick pun sejenak melepaskan ciuman mereka lalu kembali mencium Serena dan membawa Serena ke tempat tidur. Dengan mudah Kendrick melepas bathrobe yang Serena kenakan membuat Kendrick mengerang kecil. Meskipun awalnya Kendrick menciumnya dengan kasar tapi semakin lam
Malam telah larut ketika Serena terbangun dari tidurnya. Gadis itu merasakan kelaparan yang mendesak, memaksanya bangkit dari peraduan hangatnya. Dengan langkah gontai, dia berjalan menuju dapur yang hanya diterangi cahaya rembulan yang menembus jendela.Serena mengambil paket mie instant dari rak dan sebutir telur dari kulkas. Dengan gerakan yang masih kaku karena baru bangun tidur, dia mulai memasak. Air mulai mendidih dalam panci, sementara Serena memecahkan telur ke dalamnya, menunggu dengan sabar sambil mengaduk perlahan.Suasana dapur yang sunyi hanya sesekali dipecahkan oleh bunyi gemericik air dan desis mie yang mulai matang. Serena memandang jam dinding, melihat jarum jam yang terus bergerak, merenungi kesendirian malam itu sambil menunggu mie siap disantap.Sementara itu, Kendrick masih sibuk dengan pekerjaannya di ruang kerja, terpisah oleh dinding yang menghadang suara dan kehangatan. Meski bekerja keras, sesekali dia menghela napas, merindukan kebersamaan yang hanya bisa
Hari ini Serena hanya fokus merawat ibunya di rumah sakit. Dia menemani dan melayani apa yang Lydia butuhkan, dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Serena tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian, bahkan untuk sejenak pun.Dia membantu ibunya makan, minum,dan melakukan kegiatan lainnya yang diperlukan. Serena juga selalu memastikan bahwa ibunya merasa nyaman dan tidak mengalami kesulitan apa pun. Hingga tanpa terasa jam telah menunjukkan pukul lima sore, Serena baru saja menyuapi Lydia makan dan minum obat. “Jika kamu mau pulang, maka kamu bisa pulang sekarang. Kamu pasti lelah dan besok masih harus bekerja,” tutur Lidya membuat Serena menatap ibunya. “Iya Bu, nanti Serena akan pulang. Ada yang ibu butuhkan lagi?” tanya Serena dengan lembut Dia memang telaten merawat ibunya dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Tidak ada Sayang, pulanglah sekarang. Sebentar lagi jam kerja pulang pasti macet jadi kamu harus pulang sekarang agar tidak terjebak macet.”“Baiklah, Serena akan pulan
"Kamu harus makan. Aku akan menunggu sampai kamu selesai, wajahmu pucat pasti kelelahan," ujar Evan kembali lembut, mencoba meyakinkan Serena untuk menjaga kesehatannya juga.Serena segera menggeleng, "Ti-tidak. Aku akan makan setelah Ibu makan. Kamu tidak perlu menunggu, kamu bisa pergi. Jangan sampai kamu terlambat ke kantor gara-gara aku."Evan menghela napas. "Tidak apa-apa jika aku terlambat sedikit. Yang penting kamu baik-baik saja."Namun, Serena tetap bersikukuh, "Tidak, Evan. Aku serius, kamu harus pergi sekarang. Aku tidak mau menjadi alasan kamu mendapat masalah di kantor. Aku benar-benar akan makan setelah ibu makan,” Serena berkata untuk menyakinkan Evan. Tapi yang sebenarnya dia lakukan adalah mengusir Evan secara halus. Ada kegelisahan yang Serena sembunyikan. Kendrick, yang sudah lama berada di kamar mandi, sedang menunggu Evan pergi. Serena merasa cemas dan ingin segera mengakhiri situasi ini.Evan, yang merasakan ada sesuatu yang tidak beres, memandang Serena dengan
Serena terpaku di kursi yang berada di samping ranjang rumah sakit tempat ibunya terbaring lemah. Cahaya lampu malam yang remang-remang menerangi wajah ibunya yang tampak damai dalam tidur yang dalam. Serena tidak beranjak sejak Sofia dan Melodi pulang beberapa jam yang lalu. Tiba-tiba, suara pintu kamar yang terbuka dengan pelan membuyarkan lamunannya, dan sosok Kendrick muncul dari balik pintu. Dia tidak menyangka bahwa Kendrick akan kembali datang, sehingga dia merasa terkejut melihatnya. Kendrick hanya tersenyum lembut dan berjalan mendekati Serena. Tanpa berkata apa-apa, dia mencium kening Serena dengan lembut. "Maaf aku terlalu lama," kata Kendrick dengan suara lembut. “Mama tiba-tiba datang ke mansion lama.”“Apa semua baik-baik saja?” tanya Serena yang menatap mata Kendrick. “Tentu saja.” Kendrick lalu duduk di samping Serena dan memandang wajah ibu Serena yang sedang tidur. "Bagaimana keadaan ibumu?" tanyanya dengan suara lembut.Serena tersenyum dan mengangguk. "Ibuku b
Kendrick masuk ke dalam mansion lama dengan santai, tidak menunjukkan tanda-tanda kejutan atau kegelisahan. Hal itu karena dia sudah mendapat kabar dari Paman Verdi bahwa Mamanya, sedang mengelilingi mansion, mencari tanda-tanda bahwa Kendrick membawa perempuan ke mansion itu.Teresa, yang sedang berdiri di ruang tamu, menatap Kendrick dengan curiga. Dia mencari tanda-tanda apa pun yang bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. "Kamu tidak ke kantor hari ini?" tanyanya, dengan nada yang sedikit keras dan curiga.Kendrick tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan atau kejutan, “Ada pekerjaan yang harus aku urus, Ma.”“Pekerjaan apa?” tanya Teresa kembali karena merasa tidak puas dengan pertanyaan Kendrick. “Sebelumnya Mama tak pernah tertarik dengan apa yang aku lakukan, kenapa sekarang sepertinya ingin tahu segala hal tentangku?” balas Kendrick membuat Teresa mendengus kesal. “Karena Mama tidak mau kamu seperti Evan yang dengan bodohnya jatuh cinta dengan jalang itu!” ucap Ter
Hari telah sore, dan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar rumah sakit mulai memudar. Namun, suasana di kamar itu tidaklah suram, karena ibu Serena, Lydia, telah melakukan operasi dengan lancar dan sekarang telah siuman.Serena terlihat cukup lega melihat ibunya yang bisa lagi mengobrol bersamanya. Dia duduk di samping tempat tidur ibunya, memegang tangan ibunya dengan erat. Lydia, meskipun masih berbaring di atas tempat tidur, tersenyum lemah dan berbicara dengan suara yang lembut."Ibu baik-baik saja, sayang," kata Lydia, dengan mata yang berkilauan dengan kelelahan. "Ibu hanya perlu istirahat sekarang."Serena tersenyum dan memeluk ibunya dengan erat. "Aku senang, Bu," katanya, dengan suara yang penuh dengan kelegaan. "Aku sangat senang ibu baik-baik saja.”Kendrick datang dengan membawa dua plastik di tangannya. “Ibu pasti lapar, ibu makan dulu ya sebelum minum obat,” tutur Kendrick. “Tidak boleh menolak, ibu Baik hati tidak seperti anak ibu yang susah diatur dia tidak mau ma
Matahari belum juga menampakkan dirinya ketika Serena membuka mata. Tanda-tanda fajar baru saja muncul di ufuk timur, namun jam weker di samping tempat tidur telah menunjukkan pukul lima pagi. Dengan gerakan yang pelan, Serena menggeser tangan Kendrick yang masih terlelap di sampingnya, berusaha keras agar tidak membangunkannya. Setelah yakin Kendrick masih dalam lelapnya, dia perlahan-lahan bangkit dari tempat tidur. Kaki Serena melangkah ringan menuju kamar mandi, hati-hati untuk tidak membuat suara. Udara pagi yang dingin menyambutnya saat dia melewati lorong menuju kamar mandi. Serena memutar kenop kamar mandi, suara air yang mengalir dari shower segera mengisi keheningan pagi. Pikirannya terpusat pada satu tujuan: segera mandi dan bertemu dengan ibunya di rumah sakit.Air hangat yang menetes di tubuhnya sedikit memberikan kenyamanan, namun rasa gelisah karena ingin segera melihat keadaan ibunya membuatnya cepat-cepat mengakhiri mandi. Saat keluar dari kamar mandi Serena melihat
Serena kini berada di dalam mobil bersama dengan Kendrick, yang kini kembali bersikap perhatian kepadanya. Suasana di dalam mobil tampak hangat, dengan Kendrick yang memandang Serena dengan mata yang lembut.Julian berada di depan, menyetir mobil menuju ke mansion Kendrick. Dia tidak menoleh ke belakang, membiarkan Kendrick dan Serena memiliki waktu bersama.Kendrick mengambil tangan Serena dan memegangnya dengan lembut. "Aku tidak bermaksud melukaimu,” tutur Kendrick melihat memar di lengan Serena. Serena menatap Kendrick dengan mata yang lembut, merasa bahwa Kendrick kembali menjadi dirinya yang lembut. "Saya tidak apa-apa," katanya dengan suara yang lembut. "Saya hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kendrick menjelaskan kepada Serena bahwa Rachel datang dengan bukti yang menunjukkan bahwa dia tidak terlibat dalam sabotase. Setelah mendapat peringatan dari Alonzo Group, Rachel memutuskan untuk menyelidiki dan menemukan siapa di balik semua kejadian tersebut.Rachel menemu
Kendrick menatap wajah Serena yang telah terlelap, wanita itu tertidur setelah Kendrick melakukan pelepasan terakhirnya. Kali ini Kendrick memang bermain cukup kasar kepada Serena. Dia mudah sekali marah dan tanpa sadar melampiaskannya langsung kepada Serena. Terlihat memar di lengan Serena, Kendrick mengecup lembut kening Serena dan mengusap kepala Serena. Sebelum bangkit dari tempat tidur dia menarik selimut untuk menutup tubuh Serena yang tidak mengenakan apapun. Kendrick melangkah ke arah kamar mandi, dia berniat untuk mandi. Tubuhnya penuh dengan peluh bercampur aroma parfum milik Serena. Air dingin mengalir mengguyur tubuh Kendrick. Kendrick keluar dari kamar mandi dan mendapati Serena yang terduduk di atas tempat tidur. “Jam berapa ini, sakit sekali badanku,” lirih Serena yang masih bisa didengar oleh Kendrick. Kendrick pun berjalan ke arah Serena, wanita itu belum membuka mata sepenuhnya. Rasa lelah membuatnya mengantuk, tapi dia masih mengingat jika dia sekarang berada d