Barta masih membeliak menatap Naomi dengan tajam. Ia sama sekali tak menyangka jika istrinya itu akan berada di sana, dan hal itu tentu akan membuat rahasia Barta terancam.“Naomi, apa yang kamu lakukan di sini hah?” sentak pria paruh baya itu, terdengar jelas kemarahan teramat jelas dari suaranya.“Seharusnya aku yang bertanya pada Tuan. Apa yang Tuan lakukan di ruangan dokter andrologi? Bukankah ini ruangan dokter spesialis reproduksi pria?” Naomi balik bertanya tak mau kalah, karena sekarang juga ia harus mendapat penjelasan dari Barta.Mendengar pertanyaan itu, seketika membuat wajah Barta pun mendadak terlihat pucat. Ia pun kemudian melirik ke arah dokter yang ada di sampingnya. Dan persamaan dengan itu, dokter pun juga tampak melirik ke arah Barta.Keduanya tampak saling memberi isyarat, dimana tak lama kemudian dokter itu pun segera menganggukkan kepalanya seolah mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Barta.“Kenapa Tuan diam saja? Katakan semuanya, atau aku akan cari tahu ke
Hari demi hari mulai terasa berlalu dengan begitu cepat. Beberapa hari berlalu semenjak Naomi memergoki Berta pergi ke dokter andrologi waktu itu, sampai sekarang pria paruh baya itu sama sekali tak pernah menyentuhnya. Bahkan Naomi selalu berusaha keras untuk membujuknya dan menawarkan berbagai godaan kepada Barta, tapi tetap saja suaminya itu tak ingin menyentuh dirinya.“Tuan, sudah beberapa hari ini Tuan tidak pernah menyentuhku sama sekali? Apa yang terjadi padamu, Tuan? Apa Tuan sudah mulai bosan padaku?” tanya Naomi, sembari berusaha menahan air matanya yang hendak jatuh membasahi wajah.Kini keduanya sedang berada di dalam kamar seperti biasa. Namun, Barta justru tak menoleh sedikitpun kepada Naomi. Padahal wanita itu sudah menggunakan lingerie paling seksi yang dia punya, tapi tetap saja itu tak membuat Barta berhasrat untuk menyentuhnya.“Sudahlah, Naomi, jangan berpikiran yang bukan bukan. Aku sama sekali tidak bosan padamu,” jawab Barta sembari berbaring membelakangi Naomi
Ting!“Apa ini?” Dahi Naomi seketika mengernyit, saat tiba-tiba ia mendapat sebuah pesan masuk dari nomor asing yang tak tersimpan di ponselnya.Merasa sangat penasaran dengan apa yang dikirimkan oleh nomor asing tersebut, maka Naomi pun cepat-cepat membuka pesan di ponselnya itu. Ternyata itu adalah sebuah rekaman suara, yang langsung saja didengarkan oleh Naomi.Rekaman suara di ponsel itu jelas-jelas adalah suara milik Brata yang sedang berbicara pada para anak buahnya. Dalam rekaman itu, terdengar jelas bahwa Brata meminta para anak buahnya untuk mencarikan obat bagi impotensi yang ia derita.“A … apa? Jadi Tuan Barta impoten?” Seketika kedua bola mata Naomi melebar sempurna.Wajah gadis itu mendadak terlihat pucat, dan tiba-tiba ia merasa begitu kesulitan untuk menelan salivanya sendiri. Naomi tercengang, membuat kedua bibirnya bahkan setengah terbuka.Brakk!Tangan Naomi seketika terasa gemetar dan mendadak lemas, hingga membuat ponsel di tangannya jatuh begitu saja di atas temp
“Wah, ternyata dia sudah bertemu dengan Naomi,” gumam Edgar dengan tersenyum puas di bibirnya.Merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh temannya selanjutnya, maka Edgar pun segera berbalas pesan dengan temannya itu. Ketika sang teman mengirim pesan bahwa saat ini dirinya sedang bersama dengan Naomi.Rupanya rencana Edgar tak hanya berhenti sampai di situ. Pria itu ternyata sudah meminta temannya yang lain untuk berada tak jauh dari sana, dan merekam momen pertemuan antara Naomi dan temannya yang satunya.Dengan cepat, kini Edgar pun segera menelfon temannya yang ada di sana, yang ternyata adalah Andrew. Sahabat yang selama ini paling mengerti Edgar.“Halo, Edgar,” terdengar sahutan suara Andrew di seberang telfon.“Halo, Andrew. Bagaimana? Apa sudah ada perbincangan penting antara Naomi dan Galih yang sudah kau dapatkan?” tanya Edgar tak sabar.“Belum, Edgar. Kau sabarlah dulu. Lagipula mereka baru saja bertemu. Kau tenang saja, karena nanti aku pasti akan melaporkan apapu
Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu belakang terdengar jelas, bersamaan dengan suara ponsel Naomi yang berdering saat mengganggu. Wanita itu sontak cepat-cepat terbangun dari tidurnya, dan lekas meraih ponsel di atas meja.Dengan cepat matanya segera terbelalak saat melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut. Lalu buru-buru ia melirik pada Barta, yang untungnya kini masih tertidur pulas dan sama sekali tak menyadari pergerakan dari Naomi.“Kenapa kakak terus saja menelfonku? Apa dia tidak punya kerjaan lain malam-malam begini?” gerutu Naomi kesal.Naomi tak menjawab telfon dari Martinus, tetapi ia sempat membaca pesan bahwa saat ini kakaknya sedang berada di pintu belakang. Lekas wanita itu turun dari ranjangnya, dan melangkah cepat ke pintu belakang.Saat itu, kebetulan Edgar dan Bella baru saja dari dapur. Edgar sudah masuk lebih dulu ke dalam kamarnya, sedangkan Bella masih berada di dapur. Gadis itu mengernyitkan keningnya keheranan, saat mendengar suara ketukan pintu yang
Semburat sinar terang mulai menyapa bumi, membuat setiap mata yang lelap lekas terjaga untuk memulai hari. Pagi-pagi sekali, Bella sudah menyiapkan sarapan untuk Barta di meja makan. Setelah semuanya selesai, gadis itu lekas bergabung di meja makan bersama dengan Barta dan Naomi yang sudah lebih dulu berada di sana.“Nah, rasanya aku senang sekali kalau melihat kalian akur seperti ini,” puji Barta sambil menatap Bella dan Naomi secara bergantian.Namun, kedua gadis itu memilih untuk diam tanpa menyahut ucapan dari Barta. Dengan menekuk wajah cemberutnya, kini Naomi tampak memasukkan makanan ke dalam mulutnya dengan paksa.Sedangkan Bella juga tak terlihat bersemangat sama sekali. Ia hanya memaksakan senyumnya tipis, sambil mengunyah makanannya pelan.“Oh iya, hari ini aku ada nasabah yang rumahnya lumayan jauh. Aku akan pergi kesana, dan mungkin sore hari baru pulang,” ujar Barta yang berpamitan pada kedua istrinya tersebut.“Silahkan, Tuan,” jawab Bella dengan senyum senang di wajahn
Satu minggu kemudian, surat panggilan kepada Barta sebagai tergugat sudah dikirimkan ke rumah pria tua itu. Namun, Naomi dengan pintarnya langsung menerima surat itu dengan mengaku bahwa dia merupakan anaknya Barta.Setelah petugas dari pengadilan itu pergi, maka gadis itu segera memberikan surat itu kepada Bella. Sedangkan Naomi langsung mengajak Barta dengan pura-pura bahwa calon bayinya ingin mengajak mereka jalan-jalan.Barta yang tak bisa menolak permintaan dari istrinya itu pun segera menurut saja dan menuruti permintaan Naomi. Sementara mereka pergi, Bella langsung menemui Edgar di gudang dan mengajak kekasihnya itu pergi ke kamarnya. Di sana, Bella lekas menunjukkan surat panggilan dari pengadilan yang ditujukan kepada Barta. Sebelah sudut bibir Edgar mengangkat senyuman, membentuk sebuah senyum miring yang begitu puas.“Bagus, Sayang. Sekarang juga aku akan membakar surat ini, supaya pria tua itu tidak pernah tahu tentang surat ini,” kata Edgar yang bersiap menyalakan korek
“Kenapa kalian ingin bertemu denganku?” tanya Naomi ketus, saat ia bertemu dengan Bella dan Edgar yang sengaja ingin menemuinya di pintu belakang.Wanita itu memasang wajah tak senang, karena sampai saat ini ia memang masih tak menyukai mereka berdua. Naomi terpaksa membantu Edgar dan Bella hanya karena ancaman dari anak suaminya itu.“Kami ingin minta bantuan mu sekali lagi,” sahut Edgar cepat, tetapi jawaban itu justru membuat Naomi kian meradang.“Kenapa kalian selalu saja meminta bantuanku, hah? Aku benar-benar lelah membantu kalian. Aku selalu was was setiap kali mengajak Tuan Barta pergi dan berbohong padanya. Kenapa kalian tidak minta bantuan orang lain saja hah?” sentak Naomi kesal.“Karena hanya kamu yang bisa membantu kami, Naomi,” tukas Bella, menatap wanita itu penuh harap.“Tidak apa-apa kalau Naomi tidak mau melakukannya, Sayang. Aku masih punya video dia dengan pria itu, yang sewaktu-waktu bisa aku berikan pada papa,” sambung Edgar dengan tersenyum licik.Perkataan Edga