Share

Jalan Keluar

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-19 11:33:11

Tanpa banyak bicara tiba – tiba tangan sang hakim mengangkut tubuh Harger, dan membiarkan Harger duduk di meja bar, sementara pria itu memilih posisi nyaris sama seperti sebelumnya. Menjulang tinggi; mereka saling berhadap - hadapan.

“Sekarang katakan apa yang kau sembunyikan dariku?”

Kali pertama bicara setelah bersikap aneh. Harger mendengar suara sang hakim seperti menuntutnya, ntah untuk alasan seperti apa. Dia belum sepenuhnya mengerti.

“Maksudmu?”

Suara Harger tercekat. Dia berusaha meneliti wajah sang hakim, tetapi pria itu cenderung menyembunyikan dengan nyaris menunduk.

“Aku mendapat laporan untuk transaksi besar kedua kalinya dalam bulan ini di rekening yang kuberikan padamu.”

Pria itu mulai melanjutkan.

“Yang pertama anggap kau sudah meminta izinku.”

Sesaat sang hakim berhenti sejenak. Iris gelap itu akhirnya menatap ke dalam diri Harger. Secara tidak langsung memancingnya merasakan ketegangan yang begitu besar.

“5000 pound, Harger. Kau melakukan transaksi internasional kur
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Violetta
penasaran siapa sebenernya yg ambil itu berlian... kupikir Deu yg ambil terus simpen di tempet yg aman hmmm
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Chires

    Untuk bertemu Chires, Harger dan sang hakim perlu melakukan perjalanan ke Skotlandia. Chires tinggal di sebuah kota terpencil, bukan di Edinburgh, sehingga mereka harus mempertimbangkan beberapa hal lainnya. Harger mungkin ingin bertemu Charlene, Demini, dan anak – anak panti asuhan. Terutama dia sudah sangat merindukan Sofia. Sayang sekali ini menjadi perjalanan penting. Waktu mereka tidak begitu banyak. Rob bisa saja kembali meminta uang di saat - saat tak terduga. Lagipula masa cuti sang hakim akan segera berakhir. Itu akan terlalu menyibukkan bagi suaminya.“Jadi di sini temanmu tinggal?” tanya sang hakim masih dengan menggenggam erat jari – jari tangan Harger yang mendadak mungil jika saling bertaut.Harger mengangguk pelan. Menuntun suaminya berjalan lebih cepat setelah masuk ke sebuah perkarangan. Mereka tak langsung menuju pintu depan, tetapi menyingkir ke sisi samping di mana ruang gudang sedang terbuka.Di sana Chires mengerjakan pekerjaannya sebagai seorang seniman ukir. Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ingin Tahu

    Langkah Harger tentatif menuju satu titik di mana sang hakim duduk di sana. Menatap sebuah padang dengan rumput tua menguning. Kedua kaki pria itu menekuk, sementara lengannya menyangga di atas lutut. Deu seperti sedang memikirkan sesuatu; sorot mata yang begitu lurus masih belum meninggalkan beberapa puncak tanaman liar yang tersapu embusan angin.“Apa yang kau lihat, Yang Mulia?” tanya Harger berbisik pelan. Dia tahu tetapi pura – pura untuk memulai percakapan.Sang hakim berpaling ke arahnya. Tersenyum tipis meski tidak langsung menanggapi dengan jawaban.“Batu itu sudah dikerjakan?”“Sudah.”Harger masih memandangi wajah sang hakim. Iris gelap itu menangkap matanya, begitu lekat. Sesekali akan menyipit samar untuk membuat Harger salah tingkah.“Jangan melihatku seperti itu.”Satu tangan Harger mendorong wajah suaminya. Pria itu terkekeh ringan, tidak berusaha menentang, tetapi tidak pula membiarkan jarak antara mereka tersulut. Posisi seperti ini; dengan tangan sang hakim menarik H

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Menjemput

    Untunglah masalah Chires hanya sesaat berlalu. Harger mengamati bahu sang hakim. Mereka baru tiba di motel setelah berjalan kaki beberapa meter dari rumah Chires. Tas di punggung sang hakim baru saja diletakkan di sekitar meja. Harger segera mendekat ketika pria itu merenggut kaos polos dengan cara dan kebiasaan yang selalu sama. Sang hakim terlihat akan tidur sebelum Harger tiba – tiba mengajukan pertanyaan.“Kau lelah, Yang Mulia?”Karena setahunya, Deu harus memapah batu berlian yang berat, kemudian di tengah jalan pria itu memberi Harger tawaran untuk memanjat ke tubuhnya. Harger tentu tidak menolak.“Kalau kau lelah ... aku mungkin bisa memijat tubuhmu.”Niat sang hakim sesaat urung. Pria itu terlihat berpikir, kemudian mengangguk.“Pijat yang enak, bisa?” tanya sang hakim skeptis. “Sampai membuatmu mendesah pun aku bisa.”Harger terkikik samar. Samar – samar pula membiarkan ranjang berderak saat dia merangkak naik ke atas ranjang. Menunggu sang hakim menelungkup dan dia mulai d

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Jadi Mau

    Sayup – sayup bunyi gemerincing menembus di pendengaran Harger. Kelopak matanya terbuka, perlahan mencoba mengenali situasi yang hening sebelum dia jatuh tertidur. Setelah pandangannya terasa sangat – sangat familiar. Harger pelan – pelan bergeser bangun. Secara mengejutkan dia merasakan jantungnya berdetak keras.Di mana Sofia?Tidak ada siapa pun di kamar. Mendadak Harger tidak dapat memikirkan hal lain. Dia takut Sofia diambil atau barangkali merangkak sendiri ke antah berantah. Harger membeku sesaat. Sambil mencoba mendapati informasi penting di benaknya. Dia memaksakan kaki melangkah terburu ke kamar mandi.Nihil.Harger mulai bertanya – tanya apakah saat dia tidur, benar sama sekali tidak merasakan apa pun? Apakah saat sang hakim pergi, itu menjadi kesempatan bagi orang lain berjalan masuk?Harger tak yakin sang hakim kembali, tetapi pria itu tidak menunjukkan sesuatu yang berarti di sini. Dengan tangan gemetar Harger merenggut ponsel di atas ranjang. Dia sudah berniat menghubun

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Bersama

    Harger langsung menoleh saat pintu kamar mandi terbuka. Sang hakim baru saja keluar dari ruang lembab itu setelah menunggu giliran antara dia dan Sofia yang telah selesai berpakaian. Semerbak aroma bayi dan maskulinitas milik seorang pria menyeruak ke seluruh ruangan. Wangi bedak dan telon paling mencolok, menjadi satu kesatuan yang menyenangkan. Harger menyukainya, tetapi dia tak menolak jika harus mengamati setiap detil air yang menetes pelan – pelan melewati kulit punggung sang hakim.Rambut pria itu basah. Handuk putih yang melilit di pinggul pun terlihat basah. Sebuah kebiasaan. Tak heran. Harger tak akan mengomentari apa pun. Dia segera membawa Sofia menatap keluar jendela. Terus mengintip suaminya berpakaian, itu tidak bagus untuk Sofia. Biarkan gadis kecil dalam dekapannya meraba – raba kaca hotel sambil bergumam sesekali.Setelah mengirim pesan kepada Charlene. Harger akhirnya mendapatkan izin supaya Sofia tinggal satu malam lebih lama di sini. Besok pagi dia dan sang hakim a

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Soalan Anak

    “Apa Sofia merepotkan kalian?”Nada tidak nyaman menyusup di antara suara Charlene. Harger tersenyum kepada wanita itu. Kehadiran Sofia justru menambah kesan manis. Jika dia tidak memikirkan sisi berbahaya dari kehidupannya dan sang hakim yang lebih sering tak terduga, mungkin Harger bersedia mengadopsi Sofia. Dia yakin sang hakim juga tidak keberatan. Sayangnya Harger tidak berani mengambil risiko.Akan ada banyak orang seperti Direktur Oscar di balik sebuah layar yang terang. Membayangkan meskipun sang hakim bukan lagi seorang agen lapangan, tetapi itu memiliki potensi besar. Musuh – musuh dari masa lalu akan ditambahkan ke dalam daftar.“Lain kali, jika aku dan Deu ada waktu, kami akan membawa Sofia ke Italia,” ucap Harger bercanda. Dia menyerahkan Sofia kepada Charlene. Gadis kecil itu tidak menolak, sementara sang hakim menawarkan bantuan kepada supir taksi untuk membereskan keperluan Sofia ke bagasi mobil—sekalian termos semalam yang dibeli. Charlene bahkan terkejut saat mengeta

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ancaman Rob yang Lain

    “Kapan mereka akan mengeluarkan batu berlian dari ruangan khusus?” Harger menatap wajah suaminya. Mereka baru tiba di kamar hotel dan sekarang sebuah keharusnya menuntun jari – jari tangan Harger untuk mengulik ponsel; menatap lekat – lekat pada angka – angka yang tertera di sana. Sebuah kalender digital. Harger mulai menghitung kapan seharusnya mereka telah melewatkan waktu paling panjang itu. Mulai mengunut kapan dia pernah masuk ke ‘ruang ganti sementara’ setelah batu berlian dipindahkan. Kemudian dia melakukan sebuah loncatan untuk mengetahui satu hal ....Harger mendapatinya, dan dia kembali menatap sang hakim dalam.“Tiga hari lagi. Ya, seharusnya tiga hari lagi.” Sorot mata Harger diliputi keyakinan besar. Sang hakim mengangkat alis ke arahnya dengan arti; mereka masih memiliki waktu untuk melakukan perjalanan ke Amerika.“Malam ini kita akan berangkat.”Suara berat sang hakim meninggalkan sesuatu yang mendebarkan di benak Harger. Rasanya dia mendadak gugup harus melakukan seb

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Tugas

    “Bagaimana? Apa katanya?” tanya Alice tidak sabaran. Sebuah insiden tak terduga baru saja menyambar ke dalam masalah mereka. Beberapa hari lalu dia dan Rob pulang dalam keadaan mabuk. Langit di kota Washingston sudah begitu gelap. Rob dalam pengaruh alkohol berat berusaha berkendara dengan mobil rental hingga sesuatu di luar kedali pria itu mengambil peran besar. Rob menabrak pembatas jalan. Bagian depan mobil tersebut mengalami kerusakan parah. Telah diderek, sementara mereka harus melakukan ganti rugi atas kerusakan properti atau pemilik mobil rental akan melanjutkan hal ini ke pihak berwajib. Rasanya Alice tidak tenang jika dia tidak mendapat kabar baik dari bibir Rob.“Lima hari lagi,” ucap pria itu membuatnya melongo.“Lima hari bukankah terlalu lama? Mr. Sanders memberi kita waktu 10 hari untuk mengumpulkan uang. Aku tidak mau masuk penjara!”Alice bersuara marah. Baru saja dia membuat Rob berdecak tidak suka.“Aku tahu!” bentak Rob kasar. “Tapi Harger juga butuh uang untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part12

    Tidak. Harger tidak ingin mengambil risiko tersebut dengan mengabaikan kebutuhan sekarang. Langsung menerobos masuk hingga sebuah pemandangan tak terduga, sungguh, seolah ingin menyeretnya melangkah mundur. Dia menyaksikan sendiri sebentuk tubuh sang hakim sedang menduduki tubuh seseorang. Tangan pria itu membentuk kepala mantap, yang berulang kali dilayangkan ke wajah pria malang—terkapar—dengan keseluruhan dilimuri darah. “Deu.” Harger tidak mungkin membiarkan suaminya terlarut lama ke dalam angkara murka yang mengerikan. Berlari secepatnya hanya untuk menghentikan pria itu lewat tindakan membabi buka. Deu tidak bisa mengambil tindakan tersebut di saat – saat seperti ini, meskipun bukan hal mudah memisahkan pria yang sungguh telah meledakkan seluruh hal terpendam dalam emosi yang selama ini tertunda. “Sudah, Deu, hentikan.” Napas Harger tak kalah menggebu saat dia harus benar – benar menarik tubuh sang hakim. Untunglah setelah melewati pelbagai kesulitan, dia perlahan men

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part11

    Harger mungkin menikmati masakan dari suaminya yang telah bersedia meluangkan waktu berkutat lama di dapur, tetapi dia tetap merasa ganjil ketika pria itu menolak ajakan makan bersama. Alih – alih setuju, justru Harger mendapati sang hakim berpamitan pergi—ntah akan ke mana. Dia mencoba menemukan petunjuk. Tanpa sepengetahuan sang hakim, Harger telah melakukan sesuatu tepat saat di mana pria itu beranjak ke kamar. Dia tidak bisa membiarkan rasa ingin tahu yang membludak, terus membara seperti benar – benar ingin membakarnya. Tidak akan sanggup bertahan lebih lama. Itu benar. Secara naluriah tangan Harger meletakkan garpu untuk bersinggungan di atas piring. Bisa menikmati lasagna belakangan waktu. Sekarang dia harus melakukan satu hal pas. Merogoh ponsel di saku celana. Howard. Ya, saat – saat seperti ini Harger akan sangat membutuhkan kemampuan Howard. [Ada apa menghubungiku, Lil’H?] Suara pria itu mencu

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part10

    “Apa yang kau lihat, Deu?” Mereka sedang berbelanja, tetapi baru saja sang hakim membuatnya seperti bicara kepada patung. Harger tidak mengerti apa terjadi dan mengapa dia harus mendapati Deu terlihat berbeda dari mula – mula mereka memasuki pusat pembelanjaan. Ditambah kenyataan harus menatap cengkeraman tangan yang mengetat di troli bayi, itu makin meninggalkan perasaan ganjil tak tertahan. Nyaris lima bulan setelah masa – masa indah menjadi orang tua, Harger tidak pernah menyaksikan sang hakim menunjukkan sikap tak terbantahkan. Mata gelap itu mendelik tajam. Seperti sembunyi – sembunyi menyimpan sesuatu. Namun, dia sama sekali tak sanggup menggapai satu pun terhadap apa yang sedang suaminya pikirkan. Hanya sekelebat menatap ke mana arah pandang pria itu. Pun ... Harger tidak menemukan sesuatu secara spesifik, selain bahu seseorang yang telah meninggalkan tempat di mana beberapa orang berjalan keluar masuk. Tak tahan. Dia memutuskan untuk menyentuh lengan sang hakim. Pria itu

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part9

    Harger meletakkan bayi kecil yang baru saja dimandikan ke keranjang. Di rumah sedang kedatangan banyak tamu. Pak Sekretaris bersama seluruh keluarga. Ada Daisy dan Mr. Thamlin. Benar – benar ramai mengagumkan. Harger tidak tahu harus berkata seperti apa bahwa dia sungguh diterima dengan sangat baik. Ada ibu mertua, saudari ipar, dan hal – hal yang sering sekali mereka perhatikan. Rasanya dia nyaris tidak diperbolehkan melakukan apa pun, bahkan meski hanya mengerjakan sesuatu di dapur, yang lagipula sang hakim akan mengajukan diri—menyelesaikan semua, kemudian mereka akan berbincang – bincang, hampir seperti berbisik agar bayi tidak terbangun. Satu hal yang tidak Harger lupakan. Charlene dan Deminti juga sudah mendatanginya, mereka tiba di Italia tanpa sepengetahuan Harger, kecuali sang hakim. Ajaibnya pria itu setuju untuk merahasiakan kenyataan tersebut sesuai permintaan Charlene, bahkan menyiapkan kejutan untuknya. Harger bahagia bahwa semua orang yang dia kenal sangat dekat,

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part8

    Hari ini .... Tiba pada momen yang menegangkan. Harger tidak tahu bagaimana dia akan menghadapi proses melahirkan yang sudah berada di depan mata. Dimintai untuk berjalan – jalan lebih sering dan melakukan apa pun supaya menghadapi persalinan dengan mudah. Tetapi Harger merasa beruntung memiliki suami seperti sang hakim. Pria itu dengan sabar menemani dia berjalan ke mana pun di taman rumah sakit. Mengerjakan apa saja yang Harger sudah tak bisa lakukan setelah menghadapi perutnya yang membesar. Seperti sekarang terjadi. Harger menahan napas ketika tanpa sengaja menjatuhkan sapu tangan, kemudian sang hakim segera membungkuk, meraih benda tersebut dan menyerahkannya kembali. “Terima kasih, Yang Mulia. Aku mencintaimu.” Saat – saat seperti ini memang dibutuhkan keromantisan. Harger berpengangan erat di lengan suaminya. Mereka berjalan sangat pelan menyusuri jalan yang dibeton, tetapi Harger sedang bertelanjang kaki. Pada beberapa momen tertentu sang hakim

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part7

    Senyum Harger lagi – lagi melebar saat mengamati sesuatu yang terasa indah.Garis dua ....Tadi pagi hampir tanpa sadar dia melompat girang. Melakukan tes, lalu mendapati bahwa dirinya positif hamil, itu merupakan momen tak terlupakan setelah harus menghadapi pelbagai desakan tidak nyaman belakangan ini. Keinginan untuk muntah, golakan mual, dan semua yang menghantam Harger sebagai satu kesatuan paling mengerikan—sebuah alasan serius mengapa kebutuhan – kebutuhan tersebut akhirnya meninggalkan perasaan curiga. Dia telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengetahui kebenaran terlalu dini.Langkah Harger tentatif mendekat ke lemari pakaian. Ada sesuatu yang perlu dia lakukan sebelum memberitahu informasi ini kepada suaminya. Ya, meletakkan benda pipih di tanganya ke dalam kotak persegi panjang, lalu pelan – pelan membongkar lipatan kain di dalam rak demi mengambil sesuatu di sana. Pakaian rajut bayi buatan tangan Daisy, yang masih tersimpan utuh di sana, untuk kemudian

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part6

    “Jika kau tidak pernah siap, kita tidak akan turun, Harger.”Harger mengerjap setelah beberapa saat jatuh ke dalam pemikiran usang di benaknya. Semua sudah saling memaafkan. Sesuatu yang mengikuti di belakang bahunya kan selalu mengingatkan bahwa Laea sudah tenang di mana pun wanita itu berada. Tidak ada yang akan Harger katakan. Dia menatap sang hakim dengan sudut bibir melekuk tipis. Mereka memang memutuskan untuk berziarah ke makam Laea. Banyak yang ingin Harger curahkan, meski dia mungkin tak mengeluarkan suara ke permukaan sementara sang hakim ada di sampingnya. Hanya menatap setengah kosong pada undakan tanah yang indah—terawat begitu baik, dengan rumput – rumput terpotong begitu rapi merata.Ujung tangan Harger terulur meletakkan buket mawar, kemudian menyentuh nisan atas nama saudari perempuannya. Sedikit rasa sesak seperti berusaha menumbuk jantung Harger. Berulang kali dia berusaha menarik napas pelan, dan mengembuskan ke udara, tetapi kadang – kadang matanya

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part5

    “Apa yang kau pikirkan, Deu?” Harger bertanya sarat nada lambat. Hati – hati dia menyentuh punggung tangan sang hakim. Perlahan menautkan jari – jari tangan mereka, lalu meremasnya lembut. “Kau kepikiran soal adikmu? Apa yang benar – benar sudah kalian bicarakan? Aku hanya dengar beberapa, tapi yakin kau tidak akan seperti ini jika bukan karena sesuatu. Sekarang ceritakan padaku?'" Tadinya, Harger memang tak berniat mencampuri lebih banyak. Merasa tidak berhak. Namun, jika pada akhirnya Deu akan terus – terusan terpengaruh, dia tidak akan bisa menahan diri. Tidak tahu kapan sang hakim akan selesai dengan perselisihan batin yang terlihat luar biasa mencolok. Harger akan menunggu. Semenit, dua menit, hingga waktu yang berjalan seperkian saat. Cukup lama ... lalu embusan napas sang hakim terdengar kasar. “Astoria menolak perintahku untuk meninggalkan bajingan itu.” “Dengan mengakui bahwa Orion tidak pernah tahu dia hamil, aku rasa bukan

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ektra Part4

    “Aku bingung bagaimana alat peledak bisa berada di kepala Orion. Memangnya seberapa kecil ukuran alat peledak itu?”Harger bicara sayup – sayup di dapur sambil memegangi senter untuk menerangi pemandangan di sekitar suaminya. Sang hakim sibuk menyiapkan lasagna menjadi potongan sama rata setelah tadi ... menyalakan kembali ke api oven, dan mereka menunggu beberapa saat.Wajah tampan itu benar – benar begitu serius. Harger mengembuskan napas cukup kasar ... ntah kapan sang hakim akan menjawab pertanyaannya.“Deu.”Harger tidak akan tahan ketika sang hakim hanya diam. Masing – masing potongan lasagna diletakkan di atas piring, yang kemudian disusun di atas nampan—akan siap dibawa ke ruang tamu. Tetapi sebelum itu, iris gelap sang hakim mendadak fokus menatap lurus ke depan, seolah sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin telah berniat memberi Harger tanggapan.“Ukurannya sebesar kapsul obat, yang dimasukkan melalui rongga hidung dengan cara ditembak.”Seharusnya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status