Beranda / Romansa / Terjerat Gairah Tuan Hakim / Ancaman Rob yang Lain

Share

Ancaman Rob yang Lain

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-26 12:00:42

“Kapan mereka akan mengeluarkan batu berlian dari ruangan khusus?”

Harger menatap wajah suaminya. Mereka baru tiba di kamar hotel dan sekarang sebuah keharusnya menuntun jari – jari tangan Harger untuk mengulik ponsel; menatap lekat – lekat pada angka – angka yang tertera di sana. Sebuah kalender digital. Harger mulai menghitung kapan seharusnya mereka telah melewatkan waktu paling panjang itu. Mulai mengunut kapan dia pernah masuk ke ‘ruang ganti sementara’ setelah batu berlian dipindahkan. Kemudian dia melakukan sebuah loncatan untuk mengetahui satu hal ....

Harger mendapatinya, dan dia kembali menatap sang hakim dalam.

“Tiga hari lagi. Ya, seharusnya tiga hari lagi.” Sorot mata Harger diliputi keyakinan besar. Sang hakim mengangkat alis ke arahnya dengan arti; mereka masih memiliki waktu untuk melakukan perjalanan ke Amerika.

“Malam ini kita akan berangkat.”

Suara berat sang hakim meninggalkan sesuatu yang mendebarkan di benak Harger. Rasanya dia mendadak gugup harus melakukan seb
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Susi_miu
Jangan, Kak. Udah mendekati konflik. Wkwk. Bahaya buat batin kita semua. Hihi.
goodnovel comment avatar
Violetta
ehh kenapa ya rasa2nya sekarang itu tambah pendek babnya... tambah 1 lagi dahh thor hwaaaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Tugas

    “Bagaimana? Apa katanya?” tanya Alice tidak sabaran. Sebuah insiden tak terduga baru saja menyambar ke dalam masalah mereka. Beberapa hari lalu dia dan Rob pulang dalam keadaan mabuk. Langit di kota Washingston sudah begitu gelap. Rob dalam pengaruh alkohol berat berusaha berkendara dengan mobil rental hingga sesuatu di luar kedali pria itu mengambil peran besar. Rob menabrak pembatas jalan. Bagian depan mobil tersebut mengalami kerusakan parah. Telah diderek, sementara mereka harus melakukan ganti rugi atas kerusakan properti atau pemilik mobil rental akan melanjutkan hal ini ke pihak berwajib. Rasanya Alice tidak tenang jika dia tidak mendapat kabar baik dari bibir Rob.“Lima hari lagi,” ucap pria itu membuatnya melongo.“Lima hari bukankah terlalu lama? Mr. Sanders memberi kita waktu 10 hari untuk mengumpulkan uang. Aku tidak mau masuk penjara!”Alice bersuara marah. Baru saja dia membuat Rob berdecak tidak suka.“Aku tahu!” bentak Rob kasar. “Tapi Harger juga butuh uang untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Menyatakan

    Jantung Harger luar biasa berdebar ketika di hadapannya terduga sudah begitu tipis langkah dari tangan kanan senator Amerika yang tegap. Satu menit ke depan mereka akan berpas – pasan. Harger segera memanfaatkan sisa waktu untuk berpaling ke belakang. Membidik satu titik tempat di mana suaminya berdiri dengan lembaran koran di tangan. Pria itu sedang berpura – pura baca, tetapi Harger tahu kontak mata yang mereka lakukan baru saja meninggalkan beberapa perasaan lega untuknya.Dia mengembuskan napas pelan. Terus berjalan lurus. Lebih cepat dan ....Bugh!Itu tubrukan cukup keras. Dua koper dengan bentuk, warna, dan ukuran serupa berhamburan di atas lantai. Sama seperti sang hakim di sana; fokus diam membaca. Harger berpura – pura cemas, berpura – pura meminta maaf saat pria di hadapannya yang terlihat akan marah. Tanpa mengatakan apa pun, tangan kanan senator amerika mencoba memilih koper diliputi nada keberuntungan. Harger tahu mana miliknya yang asli, yang seharusnya diambil oleh pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Foto

    “Kita mau ke mana?” tanya Harger tak mengerti. Mereka tidak langsung ke hotel. Taksi memberhentikan di sebuah jalan yang tidak Harger tahu, meskipun itu merupakan permintaan sang hakim. Untuk keberkian kali, Harger melirik suaminya dengan tanda tanya besar. Sang hakim menggenggam tangannya erat. Menuntun langkah mereka menuju ke sebuah gedung yang ntah mengapa membuat perasaan Harger mendadak tegang.“Deu, kau belum menjawabku.” Harger setengah berbisik. Dia mendekap lengan sang hakim. Begitu ragu setelah satu pemikiran serius mendesak nyaris tanpa permisi di benaknya.“Kita sedang berada di wilayah para anggota kongres. Gedung Capitol.”Sudah Harger duga. Dia merasakan jantungnya berdebar sangat keras. Bertanya – tanya apa yang diinginkan sang hakim dengan melakukan perjalanan ke tempat seperti ini. Tidak lucu kalau Deu sengaja ingin membuat Harger ketakutan. Dia sama sekali tidak mau lagi berurusan terhadap apa pun yang berikatan langsung dengan Senator Amerika. Cukup masalah yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Tertipu

    “Shit! Kita tertipu!”Berulang kali Rob berjalan mondar – mandir di hadapan Alice setelah melempar ponsel yang menyala ke atas ranjang. Sebelah alis Alice terangkat tinggi mencoba memahami situasi. Dia merenggut benda pipih itu, kemudian terkejut menemukan beberapa foto yang secara ajaib memberitahukan sesuatu padanya.Harger dengan foto wajah yang ditutup. Alice tak perlu meragukan itu. Bentuk tubuh dan rambut itu sudah menegaskan. Tetapi yang tidak Alice tidak mengerti, mengapa foto berlian juga dikirim bersamaan?“Apa maksudnya ini?” tanyanya, tidak buru – buru membaca, lebih penting menuntut Rob mengatakan semua hal.“Harger sudah menukar batu berlian itu dengan yang asli. Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkannya, tapi ini akan menjadi berita buruk. Kita sudah tidak bisa mengancamnya.”Nada bicara Rob diliputi rasa frutrasi. Pria itu mengusap wajah kasar. Erangan marah sesekali akan menggema di sudut kamar hotel. Celakalah! Alice tidak siap jika dia harus berurusan dengan seger

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Pamitan

    “Kau akan langsung berangkat ke pengadilan setelah ini?” Setelah menyelesaikan sarapan pagi. Harger tidak sedikitpun meninggalkan mata dari sang hakim. Pria dengan tampilan kemeja biru muda dan sisiran rambut ke belakangnya yang rapi, menegaskan betapa sang hakim benar – benar akan kembali melakukan rutinitas pekerjaan. Waktu cuti telah selesai. Sudah nyaris seminggu mereka berada di Italia. Harger masih menunggu jawaban dari pria itu. Sudut bibirnya melekuk tipis ketika sang hakim melakukan kontak mata yang intens. “Ya, aku akan langsung berangkat. Kau tidak apa – apa sendiri di rumah?”Harger mengangguk. Tidak apa – apa, meski itu mungkin akan terasa sangat hening. Tidak ada teman. Tidak ada siapa pun. Barangkali dia akan mencari kesibukkan sendiri. Semisal merajut, atau lainnya ... itu sedang Harger pikirkan.“Hati – hati di jalan kalau begitu.”Sekarang sudah waktunya. Saat sang hakim bangun, Harger juga bersiap menyiapkan piring di atas meja. Dia akan mencuci, tetapi setelah m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Dimulai

    “Signore, bisa tunggu sebentar di sini? Aku tidak lama, hanya memilih beberapa benang rajut dan beberapa barang lainnya.”Harger menatap supir taksi sebentar, menunggu pria itu menanggapi sebelum akhirnya keluar dari mobil. Dia berada di pasar loak di Roma. Akan memilih kebutuhan merajut di rumah dan kebutuhan paling penting, seperti bahan – bahan mentah makanan. Kali ini Harger tidak berpikir akan mengandalkan sang hakim subuh – subuh melakukan perjalanan secara diam – diam tanpa sepengetahuannya saat sementaea dia masih tidur.Pasar di Roma jauh lebih sepi daripada di pedesaan. Orang – orang tidak terlalu sibuk. Meskipun demikian, begitu banyak hal menarik perhatian Harger. Dia berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya. Alih – alih berhenti di toko dengan pelbagai perlengkapan di benak yang sedang merambah liar, Harger justru memilih – milih beberapa kain saat masuk ke sebuah toko pakaian. Seorang wanita menyapa hangat. Harger membalas senyumnya tipis. Dia beralih ke rak berisi pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Sebuah Rencana Jahat

    Deu menghentikan mobil dan menatap ke sekitar. Pandangannya jatuh begitu heran ketika tidak menemukan satu pun taksi yang terparkir di depan kantor polisi. Mungkinkah Harger ada di dalam untuk membuat laporan, kemudian meminta supir taksi untuk meninggalkan?Deu menggeleng. Persepsi demikian kurang menyakinkan. Dia merongoh ponsel. Menghubungi satu nomor yang nyata – nyata sedang tidak aktif. Pemikiran buruk membuat segala sesuatu menjadi ambigu. Deu langsung keluar dari mobil. Berniat berjalan masuk ke kantor kepolisian, tetapi naluri tajam segera memberitahu.Di belakangnya sudah diliputi dua orang pria; satu berambut sebahu, dan satu lainnya tanpa sedikitpun helai di sana.“Turuti apa yang kami katakan, jika kau ingin istrimu selamat.” Mereka tidak mengancam dengan senjata, tetapi lekuk dari benda berbahaya itu sedang membayang di balik pakaian serba hitam. Ini di wilayah kepolisian, mereka menghindari tindakan mencurigakan. Memberi sebuah isyarat agar Deu ikut melangkah beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim    Menggoda

    Alice menyeringai. “Memangnya kau harap apa yang akan kami lakukan padanya? Merawat Harger dengan baik setelah kecelakaan?”Ujung jari Alice bergerak kurang ajar menyentuh bagian wajah Deu yang terasa kasar. Ekspresi itu dingin tak tertolong. Alice ingin meringis, tetapi semakin seseorang mencoba menolaknya, dia merasakan sebuah tantangan besar. Bagaimanapun dia lebih tertarik ingin mendapatkan perhatian dari pria yang terus – terusan menganggap keberadaannya tidak pernah ada.“Aku penasaran apa yang kau lihat dari Harger ....”Alice berbisik. Tidak langsung bertanya, itu hanyalah kata yang berandai – andai. Dia sudah tak menginginkan jawaban, atau kebutuhan tidak berguna tersebut akan menambah rasa tidak sukanya yang mutlak.“Harger cantik. Aku juga cantik. Tapi nanti tidak akan ada yang bisa menandingi kecantikanku. Rasanya aku sudah tidak sabar saat mereka membelah perutnya.”“Apa maksudmu?” Deu langsung menatap Alice tajam setelah tidak pernah berpaling sedikitpun dari layar; meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part12

    Tidak. Harger tidak ingin mengambil risiko tersebut dengan mengabaikan kebutuhan sekarang. Langsung menerobos masuk hingga sebuah pemandangan tak terduga, sungguh, seolah ingin menyeretnya melangkah mundur. Dia menyaksikan sendiri sebentuk tubuh sang hakim sedang menduduki tubuh seseorang. Tangan pria itu membentuk kepala mantap, yang berulang kali dilayangkan ke wajah pria malang—terkapar—dengan keseluruhan dilimuri darah. “Deu.” Harger tidak mungkin membiarkan suaminya terlarut lama ke dalam angkara murka yang mengerikan. Berlari secepatnya hanya untuk menghentikan pria itu lewat tindakan membabi buka. Deu tidak bisa mengambil tindakan tersebut di saat – saat seperti ini, meskipun bukan hal mudah memisahkan pria yang sungguh telah meledakkan seluruh hal terpendam dalam emosi yang selama ini tertunda. “Sudah, Deu, hentikan.” Napas Harger tak kalah menggebu saat dia harus benar – benar menarik tubuh sang hakim. Untunglah setelah melewati pelbagai kesulitan, dia perlahan men

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part11

    Harger mungkin menikmati masakan dari suaminya yang telah bersedia meluangkan waktu berkutat lama di dapur, tetapi dia tetap merasa ganjil ketika pria itu menolak ajakan makan bersama. Alih – alih setuju, justru Harger mendapati sang hakim berpamitan pergi—ntah akan ke mana. Dia mencoba menemukan petunjuk. Tanpa sepengetahuan sang hakim, Harger telah melakukan sesuatu tepat saat di mana pria itu beranjak ke kamar. Dia tidak bisa membiarkan rasa ingin tahu yang membludak, terus membara seperti benar – benar ingin membakarnya. Tidak akan sanggup bertahan lebih lama. Itu benar. Secara naluriah tangan Harger meletakkan garpu untuk bersinggungan di atas piring. Bisa menikmati lasagna belakangan waktu. Sekarang dia harus melakukan satu hal pas. Merogoh ponsel di saku celana. Howard. Ya, saat – saat seperti ini Harger akan sangat membutuhkan kemampuan Howard. [Ada apa menghubungiku, Lil’H?] Suara pria itu mencu

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part10

    “Apa yang kau lihat, Deu?” Mereka sedang berbelanja, tetapi baru saja sang hakim membuatnya seperti bicara kepada patung. Harger tidak mengerti apa terjadi dan mengapa dia harus mendapati Deu terlihat berbeda dari mula – mula mereka memasuki pusat pembelanjaan. Ditambah kenyataan harus menatap cengkeraman tangan yang mengetat di troli bayi, itu makin meninggalkan perasaan ganjil tak tertahan. Nyaris lima bulan setelah masa – masa indah menjadi orang tua, Harger tidak pernah menyaksikan sang hakim menunjukkan sikap tak terbantahkan. Mata gelap itu mendelik tajam. Seperti sembunyi – sembunyi menyimpan sesuatu. Namun, dia sama sekali tak sanggup menggapai satu pun terhadap apa yang sedang suaminya pikirkan. Hanya sekelebat menatap ke mana arah pandang pria itu. Pun ... Harger tidak menemukan sesuatu secara spesifik, selain bahu seseorang yang telah meninggalkan tempat di mana beberapa orang berjalan keluar masuk. Tak tahan. Dia memutuskan untuk menyentuh lengan sang hakim. Pria itu

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part9

    Harger meletakkan bayi kecil yang baru saja dimandikan ke keranjang. Di rumah sedang kedatangan banyak tamu. Pak Sekretaris bersama seluruh keluarga. Ada Daisy dan Mr. Thamlin. Benar – benar ramai mengagumkan. Harger tidak tahu harus berkata seperti apa bahwa dia sungguh diterima dengan sangat baik. Ada ibu mertua, saudari ipar, dan hal – hal yang sering sekali mereka perhatikan. Rasanya dia nyaris tidak diperbolehkan melakukan apa pun, bahkan meski hanya mengerjakan sesuatu di dapur, yang lagipula sang hakim akan mengajukan diri—menyelesaikan semua, kemudian mereka akan berbincang – bincang, hampir seperti berbisik agar bayi tidak terbangun. Satu hal yang tidak Harger lupakan. Charlene dan Deminti juga sudah mendatanginya, mereka tiba di Italia tanpa sepengetahuan Harger, kecuali sang hakim. Ajaibnya pria itu setuju untuk merahasiakan kenyataan tersebut sesuai permintaan Charlene, bahkan menyiapkan kejutan untuknya. Harger bahagia bahwa semua orang yang dia kenal sangat dekat,

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part8

    Hari ini .... Tiba pada momen yang menegangkan. Harger tidak tahu bagaimana dia akan menghadapi proses melahirkan yang sudah berada di depan mata. Dimintai untuk berjalan – jalan lebih sering dan melakukan apa pun supaya menghadapi persalinan dengan mudah. Tetapi Harger merasa beruntung memiliki suami seperti sang hakim. Pria itu dengan sabar menemani dia berjalan ke mana pun di taman rumah sakit. Mengerjakan apa saja yang Harger sudah tak bisa lakukan setelah menghadapi perutnya yang membesar. Seperti sekarang terjadi. Harger menahan napas ketika tanpa sengaja menjatuhkan sapu tangan, kemudian sang hakim segera membungkuk, meraih benda tersebut dan menyerahkannya kembali. “Terima kasih, Yang Mulia. Aku mencintaimu.” Saat – saat seperti ini memang dibutuhkan keromantisan. Harger berpengangan erat di lengan suaminya. Mereka berjalan sangat pelan menyusuri jalan yang dibeton, tetapi Harger sedang bertelanjang kaki. Pada beberapa momen tertentu sang hakim

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part7

    Senyum Harger lagi – lagi melebar saat mengamati sesuatu yang terasa indah.Garis dua ....Tadi pagi hampir tanpa sadar dia melompat girang. Melakukan tes, lalu mendapati bahwa dirinya positif hamil, itu merupakan momen tak terlupakan setelah harus menghadapi pelbagai desakan tidak nyaman belakangan ini. Keinginan untuk muntah, golakan mual, dan semua yang menghantam Harger sebagai satu kesatuan paling mengerikan—sebuah alasan serius mengapa kebutuhan – kebutuhan tersebut akhirnya meninggalkan perasaan curiga. Dia telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengetahui kebenaran terlalu dini.Langkah Harger tentatif mendekat ke lemari pakaian. Ada sesuatu yang perlu dia lakukan sebelum memberitahu informasi ini kepada suaminya. Ya, meletakkan benda pipih di tanganya ke dalam kotak persegi panjang, lalu pelan – pelan membongkar lipatan kain di dalam rak demi mengambil sesuatu di sana. Pakaian rajut bayi buatan tangan Daisy, yang masih tersimpan utuh di sana, untuk kemudian

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part6

    “Jika kau tidak pernah siap, kita tidak akan turun, Harger.”Harger mengerjap setelah beberapa saat jatuh ke dalam pemikiran usang di benaknya. Semua sudah saling memaafkan. Sesuatu yang mengikuti di belakang bahunya kan selalu mengingatkan bahwa Laea sudah tenang di mana pun wanita itu berada. Tidak ada yang akan Harger katakan. Dia menatap sang hakim dengan sudut bibir melekuk tipis. Mereka memang memutuskan untuk berziarah ke makam Laea. Banyak yang ingin Harger curahkan, meski dia mungkin tak mengeluarkan suara ke permukaan sementara sang hakim ada di sampingnya. Hanya menatap setengah kosong pada undakan tanah yang indah—terawat begitu baik, dengan rumput – rumput terpotong begitu rapi merata.Ujung tangan Harger terulur meletakkan buket mawar, kemudian menyentuh nisan atas nama saudari perempuannya. Sedikit rasa sesak seperti berusaha menumbuk jantung Harger. Berulang kali dia berusaha menarik napas pelan, dan mengembuskan ke udara, tetapi kadang – kadang matanya

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part5

    “Apa yang kau pikirkan, Deu?” Harger bertanya sarat nada lambat. Hati – hati dia menyentuh punggung tangan sang hakim. Perlahan menautkan jari – jari tangan mereka, lalu meremasnya lembut. “Kau kepikiran soal adikmu? Apa yang benar – benar sudah kalian bicarakan? Aku hanya dengar beberapa, tapi yakin kau tidak akan seperti ini jika bukan karena sesuatu. Sekarang ceritakan padaku?'" Tadinya, Harger memang tak berniat mencampuri lebih banyak. Merasa tidak berhak. Namun, jika pada akhirnya Deu akan terus – terusan terpengaruh, dia tidak akan bisa menahan diri. Tidak tahu kapan sang hakim akan selesai dengan perselisihan batin yang terlihat luar biasa mencolok. Harger akan menunggu. Semenit, dua menit, hingga waktu yang berjalan seperkian saat. Cukup lama ... lalu embusan napas sang hakim terdengar kasar. “Astoria menolak perintahku untuk meninggalkan bajingan itu.” “Dengan mengakui bahwa Orion tidak pernah tahu dia hamil, aku rasa bukan

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ektra Part4

    “Aku bingung bagaimana alat peledak bisa berada di kepala Orion. Memangnya seberapa kecil ukuran alat peledak itu?”Harger bicara sayup – sayup di dapur sambil memegangi senter untuk menerangi pemandangan di sekitar suaminya. Sang hakim sibuk menyiapkan lasagna menjadi potongan sama rata setelah tadi ... menyalakan kembali ke api oven, dan mereka menunggu beberapa saat.Wajah tampan itu benar – benar begitu serius. Harger mengembuskan napas cukup kasar ... ntah kapan sang hakim akan menjawab pertanyaannya.“Deu.”Harger tidak akan tahan ketika sang hakim hanya diam. Masing – masing potongan lasagna diletakkan di atas piring, yang kemudian disusun di atas nampan—akan siap dibawa ke ruang tamu. Tetapi sebelum itu, iris gelap sang hakim mendadak fokus menatap lurus ke depan, seolah sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin telah berniat memberi Harger tanggapan.“Ukurannya sebesar kapsul obat, yang dimasukkan melalui rongga hidung dengan cara ditembak.”Seharusnya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status