Share

Pamitan

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2024-03-02 11:28:09

“Kau akan langsung berangkat ke pengadilan setelah ini?”

Setelah menyelesaikan sarapan pagi. Harger tidak sedikitpun meninggalkan mata dari sang hakim. Pria dengan tampilan kemeja biru muda dan sisiran rambut ke belakangnya yang rapi, menegaskan betapa sang hakim benar – benar akan kembali melakukan rutinitas pekerjaan. Waktu cuti telah selesai. Sudah nyaris seminggu mereka berada di Italia.

Harger masih menunggu jawaban dari pria itu. Sudut bibirnya melekuk tipis ketika sang hakim melakukan kontak mata yang intens.

“Ya, aku akan langsung berangkat. Kau tidak apa – apa sendiri di rumah?”

Harger mengangguk. Tidak apa – apa, meski itu mungkin akan terasa sangat hening. Tidak ada teman. Tidak ada siapa pun. Barangkali dia akan mencari kesibukkan sendiri. Semisal merajut, atau lainnya ... itu sedang Harger pikirkan.

“Hati – hati di jalan kalau begitu.”

Sekarang sudah waktunya. Saat sang hakim bangun, Harger juga bersiap menyiapkan piring di atas meja. Dia akan mencuci, tetapi setelah m
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Violetta
ihhh malah sampe sono... kupikir mereka bakal lontang lantung jadi gembel... gak suka banget sama duo penghianat ini... pen si Deu nembak pala mereka arggghhh sebellll
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Dimulai

    “Signore, bisa tunggu sebentar di sini? Aku tidak lama, hanya memilih beberapa benang rajut dan beberapa barang lainnya.”Harger menatap supir taksi sebentar, menunggu pria itu menanggapi sebelum akhirnya keluar dari mobil. Dia berada di pasar loak di Roma. Akan memilih kebutuhan merajut di rumah dan kebutuhan paling penting, seperti bahan – bahan mentah makanan. Kali ini Harger tidak berpikir akan mengandalkan sang hakim subuh – subuh melakukan perjalanan secara diam – diam tanpa sepengetahuannya saat sementaea dia masih tidur.Pasar di Roma jauh lebih sepi daripada di pedesaan. Orang – orang tidak terlalu sibuk. Meskipun demikian, begitu banyak hal menarik perhatian Harger. Dia berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya. Alih – alih berhenti di toko dengan pelbagai perlengkapan di benak yang sedang merambah liar, Harger justru memilih – milih beberapa kain saat masuk ke sebuah toko pakaian. Seorang wanita menyapa hangat. Harger membalas senyumnya tipis. Dia beralih ke rak berisi pa

    Last Updated : 2024-03-03
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Sebuah Rencana Jahat

    Deu menghentikan mobil dan menatap ke sekitar. Pandangannya jatuh begitu heran ketika tidak menemukan satu pun taksi yang terparkir di depan kantor polisi. Mungkinkah Harger ada di dalam untuk membuat laporan, kemudian meminta supir taksi untuk meninggalkan?Deu menggeleng. Persepsi demikian kurang menyakinkan. Dia merongoh ponsel. Menghubungi satu nomor yang nyata – nyata sedang tidak aktif. Pemikiran buruk membuat segala sesuatu menjadi ambigu. Deu langsung keluar dari mobil. Berniat berjalan masuk ke kantor kepolisian, tetapi naluri tajam segera memberitahu.Di belakangnya sudah diliputi dua orang pria; satu berambut sebahu, dan satu lainnya tanpa sedikitpun helai di sana.“Turuti apa yang kami katakan, jika kau ingin istrimu selamat.” Mereka tidak mengancam dengan senjata, tetapi lekuk dari benda berbahaya itu sedang membayang di balik pakaian serba hitam. Ini di wilayah kepolisian, mereka menghindari tindakan mencurigakan. Memberi sebuah isyarat agar Deu ikut melangkah beberapa

    Last Updated : 2024-03-04
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim    Menggoda

    Alice menyeringai. “Memangnya kau harap apa yang akan kami lakukan padanya? Merawat Harger dengan baik setelah kecelakaan?”Ujung jari Alice bergerak kurang ajar menyentuh bagian wajah Deu yang terasa kasar. Ekspresi itu dingin tak tertolong. Alice ingin meringis, tetapi semakin seseorang mencoba menolaknya, dia merasakan sebuah tantangan besar. Bagaimanapun dia lebih tertarik ingin mendapatkan perhatian dari pria yang terus – terusan menganggap keberadaannya tidak pernah ada.“Aku penasaran apa yang kau lihat dari Harger ....”Alice berbisik. Tidak langsung bertanya, itu hanyalah kata yang berandai – andai. Dia sudah tak menginginkan jawaban, atau kebutuhan tidak berguna tersebut akan menambah rasa tidak sukanya yang mutlak.“Harger cantik. Aku juga cantik. Tapi nanti tidak akan ada yang bisa menandingi kecantikanku. Rasanya aku sudah tidak sabar saat mereka membelah perutnya.”“Apa maksudmu?” Deu langsung menatap Alice tajam setelah tidak pernah berpaling sedikitpun dari layar; meng

    Last Updated : 2024-03-05
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Jahit Kembali

    “Aku tidak akan memberitahumu!”Alice mencoba memberontak, tetapi dia juga merasa takut jika alat pemicu meledak, membuat tubuhnya menjadi keping – keping. Sialan, bagaimana mungkin dia dengan mudah tertipu daya oleh pesona seorang pria yang saat ini sedang merongoh sesuatu di suka celananya? Alice melotot tak terima ketika ponsel di mana Rob akan menghubungi terenggut begitu saja. Deu mengulik beberapa saat. Setidaknya benda pipih ini akan berguna kemudian waktu saat sementara dia masih menunggu Alice menyerahkan jawaban sederhana.“Ada berapa orang di luar?”Sekali lagi Deu bertanya. Dan sekali lagi itu pula Alice menolak bicara.“Kau memaksaku. Ada berapa orang di luar?”Suara ketakutan Alice terdengar. Wanita itu merasakan sakit oleh cengkeraman tangan yang kasar. Dia menatap ke dalam mata gelap di hadapannya. Segera berdebar mendapati sisi misterius dan hal yang terasa menyeramkan menguap dalam satu waktu.“Kau ingin aku mematahkan rahangmu, atau sebenanrya kau memang ingin aku m

    Last Updated : 2024-03-06
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Bekas yang Dikupas

    Pisau bedah diambil dari ruang operasi setelah polisi meringkus para dokter dan Rob yang dinyatakan sekarat. Deu memang tidak berniat membunuh pelaku paling utama, tetapi jika pria itu akan tewas setelah mendapat perawatan serius, hal tersebut tidak berada di dalam kendalinya.Deu menatap ke arah cermin diliputi sorot mata tajam. Keran air segera dinyalakan. Dia mencuci pisau bedah. Menampung sedikit air di telapak tangan, kemudian membasuh bekas tanda kemerahan di lehernya. Bagian tajam dari pisau digunakan untuk mengikis tanda merah tersebut. Alice meninggalkan sesuatu yang buruk. Harus disingkirkan, tidak peduli kulit di leher Deu terkelupas dan dia mulai berdarah.Informasi terakhir yang didengar mengenai Alice. Wanita itu terbakar hangus bersama delapan orang, di gedung yang menyalakan kobaran api. Polisi tidak dapat melakukan banyak sekadar menemukan sisa – sisa kerangka. Mereka telah menjadi abu. Sementara orang – orang di gedung lainnya yang masih bernyawa telah ditahan oleh pi

    Last Updated : 2024-03-07
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Kebenaran Terselubung

    “Hati – hati,” ucap Deu saat Harger mencoba duduk di sofa dengan sedikit terburu. Setelah tiga hari menjalani perawatan serius. Harger akhirnya dipersilakan pulang. Dia menatap lamat pria yang sedang membersihkan sisa kebutuhan mereka. Sang hakim berjalan sebentar ke arah kamar. Kemudian kembali mendekatinya sembari membawa segelas air.“Minum dulu.”Harger tidak ragu menerima, tetapi tidak pernah meninggalkan mata dari garis lelah di wajah suaminya. Deu seperti hampir menggunakan waktu tanpa beristirahat. Pagi pria itu ke pengadilan, sementara setelah pekerjaannya selesai, sang hakim akan langsung ke rumah sakit. Menjaga Harger seperti biasa, bahkan sewaktu -waktu meninggalkan kamera pengintai; menjadi keharusan pria itu saat meninggalkan Harger sendiri di ruang rawat.“Kau tidak mau istirahat?” Harger akhirnya bersuara. Dia mengangkat satu tangan sekadar menyentuh wajah sang hakim. Mengusap rahang yang terasa kasar. Pria itu nyaris tidak pernah bercukur. Rambut di wajah sudah terli

    Last Updated : 2024-03-08
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Olden

    Hampir dua jam sang hakim meninggalkan rumah, dan selama itu pula Harger tertidur menunggu sang hakim pulang. Mula – mula Harger pikir dia akan mendapati Deu di sampingnya ketika membuka mata, tetapi, bahkan ketika dia berjalan ke halaman depan. Mobil milik sang hakim memang tidak ada.Harger tak mengerti apakah memang akan selama ini melihat mayat pria jahat? Dia harap sang hakim segera pulang. Menunggu dengan cemas itu hanya akan membuatnya berdebar setiap kali melonggokkan wajah ke arah pintu.Beberapa saat akhirnya Harger memutuskan tiduran di sofa. Dia memejam, merasa sering diliputi rasa lelah setelah kejadian itu. Terlelap lagi untuk beberapa waktu mungkin tidak apa – apa. Hampir. Ya, hampir saja suara yang mendadak hilang menenggelamkan Harger ke dasar kegelapan. Dia seketika ditarik ke permukaan setelah deru mobil menembus di pendengarannya. Kelopak mata Harger terbuka. Mengetahui sang hakim pulang, dia langsung beranjak bangun dan menyusul pria itu di depan.Hal mengejutkan

    Last Updated : 2024-03-09
  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Sesuatu yang Tak Dimengerti

    Makan malam selesai, tetapi ada sesuatu yang terasa ganjil di benak Harger. Suaminya begitu terburu – buru meninggalkan dapur. Terkadang terlihat lebih sering melamun dan hanya menatap setengah kosong ke depan. Sudah tiga jam sejak Harger membersihkan sisa perangkat makan malam mereka. Bahkan sejak dia menemani Olden untuk tidur. Sang hakim belum juga menampakkan diri. Harger tidak tahu ke mana suaminya pergi.Saat berjalan ke arah kamar hanya sisa – sisa cahaya membias dari arah pintu perpustakaan. Mungkinkah? Kening Harger mengernyit membayangkan jika memang sang hakim ada di sana. Dia menatap pintu dengan ragu. Cukup lama berdiam diri di depan. Hening rasanya begitu pekat di waktu – waktu seperti ini. Pukul 10 malam. Harger yakin seharusnya dia dan sang hakim berada di kamar. Berdua. Tetapi sekarang semua itu mendadak berbeda.Lurus – lurus Harger terpaku memandangi ganggang pintu. Benaknya sekal lagi diliputi keraguan. Dengan keputusan penuh tekad akhirnya Harger mengulurkan tang

    Last Updated : 2024-03-10

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part12

    Tidak. Harger tidak ingin mengambil risiko tersebut dengan mengabaikan kebutuhan sekarang. Langsung menerobos masuk hingga sebuah pemandangan tak terduga, sungguh, seolah ingin menyeretnya melangkah mundur. Dia menyaksikan sendiri sebentuk tubuh sang hakim sedang menduduki tubuh seseorang. Tangan pria itu membentuk kepala mantap, yang berulang kali dilayangkan ke wajah pria malang—terkapar—dengan keseluruhan dilimuri darah. “Deu.” Harger tidak mungkin membiarkan suaminya terlarut lama ke dalam angkara murka yang mengerikan. Berlari secepatnya hanya untuk menghentikan pria itu lewat tindakan membabi buka. Deu tidak bisa mengambil tindakan tersebut di saat – saat seperti ini, meskipun bukan hal mudah memisahkan pria yang sungguh telah meledakkan seluruh hal terpendam dalam emosi yang selama ini tertunda. “Sudah, Deu, hentikan.” Napas Harger tak kalah menggebu saat dia harus benar – benar menarik tubuh sang hakim. Untunglah setelah melewati pelbagai kesulitan, dia perlahan men

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part11

    Harger mungkin menikmati masakan dari suaminya yang telah bersedia meluangkan waktu berkutat lama di dapur, tetapi dia tetap merasa ganjil ketika pria itu menolak ajakan makan bersama. Alih – alih setuju, justru Harger mendapati sang hakim berpamitan pergi—ntah akan ke mana. Dia mencoba menemukan petunjuk. Tanpa sepengetahuan sang hakim, Harger telah melakukan sesuatu tepat saat di mana pria itu beranjak ke kamar. Dia tidak bisa membiarkan rasa ingin tahu yang membludak, terus membara seperti benar – benar ingin membakarnya. Tidak akan sanggup bertahan lebih lama. Itu benar. Secara naluriah tangan Harger meletakkan garpu untuk bersinggungan di atas piring. Bisa menikmati lasagna belakangan waktu. Sekarang dia harus melakukan satu hal pas. Merogoh ponsel di saku celana. Howard. Ya, saat – saat seperti ini Harger akan sangat membutuhkan kemampuan Howard. [Ada apa menghubungiku, Lil’H?] Suara pria itu mencu

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part10

    “Apa yang kau lihat, Deu?” Mereka sedang berbelanja, tetapi baru saja sang hakim membuatnya seperti bicara kepada patung. Harger tidak mengerti apa terjadi dan mengapa dia harus mendapati Deu terlihat berbeda dari mula – mula mereka memasuki pusat pembelanjaan. Ditambah kenyataan harus menatap cengkeraman tangan yang mengetat di troli bayi, itu makin meninggalkan perasaan ganjil tak tertahan. Nyaris lima bulan setelah masa – masa indah menjadi orang tua, Harger tidak pernah menyaksikan sang hakim menunjukkan sikap tak terbantahkan. Mata gelap itu mendelik tajam. Seperti sembunyi – sembunyi menyimpan sesuatu. Namun, dia sama sekali tak sanggup menggapai satu pun terhadap apa yang sedang suaminya pikirkan. Hanya sekelebat menatap ke mana arah pandang pria itu. Pun ... Harger tidak menemukan sesuatu secara spesifik, selain bahu seseorang yang telah meninggalkan tempat di mana beberapa orang berjalan keluar masuk. Tak tahan. Dia memutuskan untuk menyentuh lengan sang hakim. Pria itu

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part9

    Harger meletakkan bayi kecil yang baru saja dimandikan ke keranjang. Di rumah sedang kedatangan banyak tamu. Pak Sekretaris bersama seluruh keluarga. Ada Daisy dan Mr. Thamlin. Benar – benar ramai mengagumkan. Harger tidak tahu harus berkata seperti apa bahwa dia sungguh diterima dengan sangat baik. Ada ibu mertua, saudari ipar, dan hal – hal yang sering sekali mereka perhatikan. Rasanya dia nyaris tidak diperbolehkan melakukan apa pun, bahkan meski hanya mengerjakan sesuatu di dapur, yang lagipula sang hakim akan mengajukan diri—menyelesaikan semua, kemudian mereka akan berbincang – bincang, hampir seperti berbisik agar bayi tidak terbangun. Satu hal yang tidak Harger lupakan. Charlene dan Deminti juga sudah mendatanginya, mereka tiba di Italia tanpa sepengetahuan Harger, kecuali sang hakim. Ajaibnya pria itu setuju untuk merahasiakan kenyataan tersebut sesuai permintaan Charlene, bahkan menyiapkan kejutan untuknya. Harger bahagia bahwa semua orang yang dia kenal sangat dekat,

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part8

    Hari ini .... Tiba pada momen yang menegangkan. Harger tidak tahu bagaimana dia akan menghadapi proses melahirkan yang sudah berada di depan mata. Dimintai untuk berjalan – jalan lebih sering dan melakukan apa pun supaya menghadapi persalinan dengan mudah. Tetapi Harger merasa beruntung memiliki suami seperti sang hakim. Pria itu dengan sabar menemani dia berjalan ke mana pun di taman rumah sakit. Mengerjakan apa saja yang Harger sudah tak bisa lakukan setelah menghadapi perutnya yang membesar. Seperti sekarang terjadi. Harger menahan napas ketika tanpa sengaja menjatuhkan sapu tangan, kemudian sang hakim segera membungkuk, meraih benda tersebut dan menyerahkannya kembali. “Terima kasih, Yang Mulia. Aku mencintaimu.” Saat – saat seperti ini memang dibutuhkan keromantisan. Harger berpengangan erat di lengan suaminya. Mereka berjalan sangat pelan menyusuri jalan yang dibeton, tetapi Harger sedang bertelanjang kaki. Pada beberapa momen tertentu sang hakim

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part7

    Senyum Harger lagi – lagi melebar saat mengamati sesuatu yang terasa indah.Garis dua ....Tadi pagi hampir tanpa sadar dia melompat girang. Melakukan tes, lalu mendapati bahwa dirinya positif hamil, itu merupakan momen tak terlupakan setelah harus menghadapi pelbagai desakan tidak nyaman belakangan ini. Keinginan untuk muntah, golakan mual, dan semua yang menghantam Harger sebagai satu kesatuan paling mengerikan—sebuah alasan serius mengapa kebutuhan – kebutuhan tersebut akhirnya meninggalkan perasaan curiga. Dia telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengetahui kebenaran terlalu dini.Langkah Harger tentatif mendekat ke lemari pakaian. Ada sesuatu yang perlu dia lakukan sebelum memberitahu informasi ini kepada suaminya. Ya, meletakkan benda pipih di tanganya ke dalam kotak persegi panjang, lalu pelan – pelan membongkar lipatan kain di dalam rak demi mengambil sesuatu di sana. Pakaian rajut bayi buatan tangan Daisy, yang masih tersimpan utuh di sana, untuk kemudian

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part6

    “Jika kau tidak pernah siap, kita tidak akan turun, Harger.”Harger mengerjap setelah beberapa saat jatuh ke dalam pemikiran usang di benaknya. Semua sudah saling memaafkan. Sesuatu yang mengikuti di belakang bahunya kan selalu mengingatkan bahwa Laea sudah tenang di mana pun wanita itu berada. Tidak ada yang akan Harger katakan. Dia menatap sang hakim dengan sudut bibir melekuk tipis. Mereka memang memutuskan untuk berziarah ke makam Laea. Banyak yang ingin Harger curahkan, meski dia mungkin tak mengeluarkan suara ke permukaan sementara sang hakim ada di sampingnya. Hanya menatap setengah kosong pada undakan tanah yang indah—terawat begitu baik, dengan rumput – rumput terpotong begitu rapi merata.Ujung tangan Harger terulur meletakkan buket mawar, kemudian menyentuh nisan atas nama saudari perempuannya. Sedikit rasa sesak seperti berusaha menumbuk jantung Harger. Berulang kali dia berusaha menarik napas pelan, dan mengembuskan ke udara, tetapi kadang – kadang matanya

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ekstra Part5

    “Apa yang kau pikirkan, Deu?” Harger bertanya sarat nada lambat. Hati – hati dia menyentuh punggung tangan sang hakim. Perlahan menautkan jari – jari tangan mereka, lalu meremasnya lembut. “Kau kepikiran soal adikmu? Apa yang benar – benar sudah kalian bicarakan? Aku hanya dengar beberapa, tapi yakin kau tidak akan seperti ini jika bukan karena sesuatu. Sekarang ceritakan padaku?'" Tadinya, Harger memang tak berniat mencampuri lebih banyak. Merasa tidak berhak. Namun, jika pada akhirnya Deu akan terus – terusan terpengaruh, dia tidak akan bisa menahan diri. Tidak tahu kapan sang hakim akan selesai dengan perselisihan batin yang terlihat luar biasa mencolok. Harger akan menunggu. Semenit, dua menit, hingga waktu yang berjalan seperkian saat. Cukup lama ... lalu embusan napas sang hakim terdengar kasar. “Astoria menolak perintahku untuk meninggalkan bajingan itu.” “Dengan mengakui bahwa Orion tidak pernah tahu dia hamil, aku rasa bukan

  • Terjerat Gairah Tuan Hakim   Ektra Part4

    “Aku bingung bagaimana alat peledak bisa berada di kepala Orion. Memangnya seberapa kecil ukuran alat peledak itu?”Harger bicara sayup – sayup di dapur sambil memegangi senter untuk menerangi pemandangan di sekitar suaminya. Sang hakim sibuk menyiapkan lasagna menjadi potongan sama rata setelah tadi ... menyalakan kembali ke api oven, dan mereka menunggu beberapa saat.Wajah tampan itu benar – benar begitu serius. Harger mengembuskan napas cukup kasar ... ntah kapan sang hakim akan menjawab pertanyaannya.“Deu.”Harger tidak akan tahan ketika sang hakim hanya diam. Masing – masing potongan lasagna diletakkan di atas piring, yang kemudian disusun di atas nampan—akan siap dibawa ke ruang tamu. Tetapi sebelum itu, iris gelap sang hakim mendadak fokus menatap lurus ke depan, seolah sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin telah berniat memberi Harger tanggapan.“Ukurannya sebesar kapsul obat, yang dimasukkan melalui rongga hidung dengan cara ditembak.”Seharusnya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status