Hampir dua jam sang hakim meninggalkan rumah, dan selama itu pula Harger tertidur menunggu sang hakim pulang. Mula – mula Harger pikir dia akan mendapati Deu di sampingnya ketika membuka mata, tetapi, bahkan ketika dia berjalan ke halaman depan. Mobil milik sang hakim memang tidak ada.Harger tak mengerti apakah memang akan selama ini melihat mayat pria jahat? Dia harap sang hakim segera pulang. Menunggu dengan cemas itu hanya akan membuatnya berdebar setiap kali melonggokkan wajah ke arah pintu.Beberapa saat akhirnya Harger memutuskan tiduran di sofa. Dia memejam, merasa sering diliputi rasa lelah setelah kejadian itu. Terlelap lagi untuk beberapa waktu mungkin tidak apa – apa. Hampir. Ya, hampir saja suara yang mendadak hilang menenggelamkan Harger ke dasar kegelapan. Dia seketika ditarik ke permukaan setelah deru mobil menembus di pendengarannya. Kelopak mata Harger terbuka. Mengetahui sang hakim pulang, dia langsung beranjak bangun dan menyusul pria itu di depan.Hal mengejutkan
Makan malam selesai, tetapi ada sesuatu yang terasa ganjil di benak Harger. Suaminya begitu terburu – buru meninggalkan dapur. Terkadang terlihat lebih sering melamun dan hanya menatap setengah kosong ke depan. Sudah tiga jam sejak Harger membersihkan sisa perangkat makan malam mereka. Bahkan sejak dia menemani Olden untuk tidur. Sang hakim belum juga menampakkan diri. Harger tidak tahu ke mana suaminya pergi.Saat berjalan ke arah kamar hanya sisa – sisa cahaya membias dari arah pintu perpustakaan. Mungkinkah? Kening Harger mengernyit membayangkan jika memang sang hakim ada di sana. Dia menatap pintu dengan ragu. Cukup lama berdiam diri di depan. Hening rasanya begitu pekat di waktu – waktu seperti ini. Pukul 10 malam. Harger yakin seharusnya dia dan sang hakim berada di kamar. Berdua. Tetapi sekarang semua itu mendadak berbeda.Lurus – lurus Harger terpaku memandangi ganggang pintu. Benaknya sekal lagi diliputi keraguan. Dengan keputusan penuh tekad akhirnya Harger mengulurkan tang
“Kau cari apa?”Kening Harger mengernyit mendapati pagi – pagi sekali sang hakim sibuk mencari sesuatu di antara lipatan pakaian. Tubuh tinggi itu harus setengah membungkuk untuk lebih teliti menemukan satu hal yang masih Harger pertanyakan di benaknya.Belum ada tanggapan sehingga Harger segera menyusul posisi sang hakim. Berdiri di samping pria dengan porsi tubuh jelas berbeda. Rasanya Harger seperti tenggelam oleh bahu sang hakim yang lebar. Aroma maskulin milik suaminya menyeruak pekat. Selesai mandi atau tidak, sepertinya sama saja. Wanginya tidak pernah hilang, seperti menggambarkan sesuatu yang Harger tidak yakin.“Cari apa?”Sekali lagi Harger mengajukan pertanyaan. Beberapa saat akhirnya iris gelap itu menatap ke wajahnya. Kontak mata yang intens. Sang hakim mendengkus sebentar lalu kembali sibuk menggerakan tangan mencari sesuatu di antara lipatan kain.“Kaos putihku hilang.”Nada bicara sang hakim masih disibukkan kebutuhan mencari di antara lipatan kain yang bertingkat – t
Nampan di tangan Harger seketika terlepas mendengar suara Nikolai dengan seseorang di balik telepon genggam. Dia tidak bisa menahan diri, itulah sebabnya, dua gelas berisi teh hangat dan toples beling dipenuhi cemilan ringan tumpah berserak diliputi suara pecahan yang keras.Jantung Harger berdebar hebat ketika dia mendapati keterkejutan di wajah Nikolai dan Ragiel bersamaan. Mereka mungkin tidak mengira dia akan berdiri di sana, mendengar semua percakapan bahwa sang hakim baru saja mengalami kejadian tidak menyenangkan.Kecelakaan?Bukankah Harger sudah meminta Deu untuk menyetir dengan hati – hati?Pandangan Harger langsung memburam membayangkan seperti apa kondisi sang hakim saat ini. Dia segera menyeka air di sudut mata. Menatap Nikolai dengan tajam; melangkah mendekat, tidak peduli beberapa pecahan kaca bertebaran di atas lantai.“Di mana Deu sekarang?” tanya Harger lirih. Dia mendengar suaranya sendiri nyaris mencekat. Apakah Deu mengalami kecelakaan parah sehingga Nikolai harus
Jari – jari tangan Harger saling mengepal menghadapi menit demi menit di pengadilan. Di depan sana, suaminya berdiri di atas podium. Menarasikan sebuah peristiwa di mana pria itu berada di tempat kejadian. Mula – mula intisari perkara ditarik saat sang hakim mencari keberadaan Harger di depan kantor kepolisian. Beberapa orang datang, merampok dan memberikan suntikan bius. Adegan berikutnya dijelaskan secara runtut; berkala; begitu tegas, absolut sehingga sanggup membungkam pengacara para dokter dengan pekerja gelap ilegal itu.Ada jeda beberapa saat sampai kemudian Mr. Federeco mengemukakan pendapat. “Jika Anda berada di tempat kejadian, Mr. Halker. Bisakah Anda menjelaskan bagaimana hanya Anda yang lolos dari ledakan serius di gedung usang itu, sementara para pelaku yang Anda sebutkan tadi, meledak dan terbakar hangus di sana?”Harger dapat merasakan ketegangan di sekitarnya. Wajah datar sang hakim setelah menerima pertanyaan dari Mr. Federeco, luar biasa nyaris tidak
Mendapat vonis dengan hukuman seumur hidup penjara merupakan berita paling – paling melegakan. Harger masih ingat momen di mana dia disergap kebahagiaan, tetapi masih harus menahan diri saat berada di ruang sidang. Yang hanya bisa diluapkan ketika dia berdua bersama sang hakim.Harger juga masih ingat kata – kata terakhir suaminya untuk tidak terlalu puas dikarenakan pengacara dari pihak pelaku mengajukan banding. Bagian satu ini Harger tidak begitu tahu. Dia hanya menunggu kabar dari sang hakim. Hanya bisa berharap kalau – kalau pengajuan banding itu akan ditolak secara mutlak dan spesifik.“Kau sudah siap, Mrs. Keroppi?”Tiba – tiba pintu kamar terbuka. Harger melirik keberadaan sang hakim lewat pantulan cermin. Suaminya dengan setelah jas hitam dan kemeja putih sebagai dalaman terlihat begitu tampan. Dia menelan ludah kasar ketika pria itu mengangkat kaki mendekat.Sepasang lengan yang liat merambat ringan di pinggulnya. Harger dalam balutan dress merah yang memba
Untuk terakhir kali Harger mengamanti wajahnya, memastikan kembali tatanan make up yang sempat dibuat kacau. Paling tidak sekarang sudah jauh lebih baik dibanding penampilan terdahulu. Harger segera menatap ke samping. Sang hakim baru saja saja keluar, membuka pintu mobil seraya mempersilakan Harger menyambut tangan yang terulur di depan mata.“Terima kasih, Yang Mulia.”Perlahan mereka melangkah menuju area pesta. Jantung Harger berdebar keras membayangkan akan bertemu orang – orang yang memiliki perbandingan jauh darinya. Di pintu masuk terdapat dua pria; sang hakim menyerahkan kertas undangan, kemudian mereka diberi sapaan hangat.Memang sebuah kenyataan membuat Harger terpekur lama. Semua elemen yang terlihat di matanya semacam suatu hal yang dia tidak tahu bagaimana menghadapinya. Harger yakin semua hakim yang tergabung di sini membawa pasangan masiang – masing. Banyak wanita terlihat berkelas, dan dia-lah satu – satunya gadis paling muda, setelah suaminya.
Sang hakim langsung tertawa pelan. Tidak ada yang lucu, itu membuat Harger tidak tahan segera mencubit perut liat suaminya. “Kenapa kau tertawa!” ucapnya sedikit jengkel. Mendadak Harger menaruh rasa curiga kalau – kalau sang hakim sebenarnya tahu mengenai perasaan Anette kepada pria itu. Harger mendengkus. Akhirnya memutuskan untuk menjauhkan diri, tetapi sang hakim tiba – tiba kembali menarik tubuh mereka saling bertubrukan.“Mr. Sassimo memang pernah menjodohkan putrinya padaku. Aku rasa itu yang membuatnya menatapku seperti itu.”Ini mengejutkan. Pengetahuan Harger benar – benar kosong mengenai ucapan sang hakim. Wajahnya mendadak berubah masam dengan sorot mata yang tajam.“Mengapa kau tidak mengatakan ini padaku?” tanyanya agak menuntut.“Aku rasa ini bukan hal penting, jadi seharusnya tidak perlu membahasnya.”“Tapi dengan begitu kau membuatku mengambil keputusan yang salah. Harusnya tadi kita di rumah saja jika dia ada di sini untuk mengagumimu.”
Tidak. Harger tidak ingin mengambil risiko tersebut dengan mengabaikan kebutuhan sekarang. Langsung menerobos masuk hingga sebuah pemandangan tak terduga, sungguh, seolah ingin menyeretnya melangkah mundur. Dia menyaksikan sendiri sebentuk tubuh sang hakim sedang menduduki tubuh seseorang. Tangan pria itu membentuk kepala mantap, yang berulang kali dilayangkan ke wajah pria malang—terkapar—dengan keseluruhan dilimuri darah. “Deu.” Harger tidak mungkin membiarkan suaminya terlarut lama ke dalam angkara murka yang mengerikan. Berlari secepatnya hanya untuk menghentikan pria itu lewat tindakan membabi buka. Deu tidak bisa mengambil tindakan tersebut di saat – saat seperti ini, meskipun bukan hal mudah memisahkan pria yang sungguh telah meledakkan seluruh hal terpendam dalam emosi yang selama ini tertunda. “Sudah, Deu, hentikan.” Napas Harger tak kalah menggebu saat dia harus benar – benar menarik tubuh sang hakim. Untunglah setelah melewati pelbagai kesulitan, dia perlahan men
Harger mungkin menikmati masakan dari suaminya yang telah bersedia meluangkan waktu berkutat lama di dapur, tetapi dia tetap merasa ganjil ketika pria itu menolak ajakan makan bersama. Alih – alih setuju, justru Harger mendapati sang hakim berpamitan pergi—ntah akan ke mana. Dia mencoba menemukan petunjuk. Tanpa sepengetahuan sang hakim, Harger telah melakukan sesuatu tepat saat di mana pria itu beranjak ke kamar. Dia tidak bisa membiarkan rasa ingin tahu yang membludak, terus membara seperti benar – benar ingin membakarnya. Tidak akan sanggup bertahan lebih lama. Itu benar. Secara naluriah tangan Harger meletakkan garpu untuk bersinggungan di atas piring. Bisa menikmati lasagna belakangan waktu. Sekarang dia harus melakukan satu hal pas. Merogoh ponsel di saku celana. Howard. Ya, saat – saat seperti ini Harger akan sangat membutuhkan kemampuan Howard. [Ada apa menghubungiku, Lil’H?] Suara pria itu mencu
“Apa yang kau lihat, Deu?” Mereka sedang berbelanja, tetapi baru saja sang hakim membuatnya seperti bicara kepada patung. Harger tidak mengerti apa terjadi dan mengapa dia harus mendapati Deu terlihat berbeda dari mula – mula mereka memasuki pusat pembelanjaan. Ditambah kenyataan harus menatap cengkeraman tangan yang mengetat di troli bayi, itu makin meninggalkan perasaan ganjil tak tertahan. Nyaris lima bulan setelah masa – masa indah menjadi orang tua, Harger tidak pernah menyaksikan sang hakim menunjukkan sikap tak terbantahkan. Mata gelap itu mendelik tajam. Seperti sembunyi – sembunyi menyimpan sesuatu. Namun, dia sama sekali tak sanggup menggapai satu pun terhadap apa yang sedang suaminya pikirkan. Hanya sekelebat menatap ke mana arah pandang pria itu. Pun ... Harger tidak menemukan sesuatu secara spesifik, selain bahu seseorang yang telah meninggalkan tempat di mana beberapa orang berjalan keluar masuk. Tak tahan. Dia memutuskan untuk menyentuh lengan sang hakim. Pria itu
Harger meletakkan bayi kecil yang baru saja dimandikan ke keranjang. Di rumah sedang kedatangan banyak tamu. Pak Sekretaris bersama seluruh keluarga. Ada Daisy dan Mr. Thamlin. Benar – benar ramai mengagumkan. Harger tidak tahu harus berkata seperti apa bahwa dia sungguh diterima dengan sangat baik. Ada ibu mertua, saudari ipar, dan hal – hal yang sering sekali mereka perhatikan. Rasanya dia nyaris tidak diperbolehkan melakukan apa pun, bahkan meski hanya mengerjakan sesuatu di dapur, yang lagipula sang hakim akan mengajukan diri—menyelesaikan semua, kemudian mereka akan berbincang – bincang, hampir seperti berbisik agar bayi tidak terbangun. Satu hal yang tidak Harger lupakan. Charlene dan Deminti juga sudah mendatanginya, mereka tiba di Italia tanpa sepengetahuan Harger, kecuali sang hakim. Ajaibnya pria itu setuju untuk merahasiakan kenyataan tersebut sesuai permintaan Charlene, bahkan menyiapkan kejutan untuknya. Harger bahagia bahwa semua orang yang dia kenal sangat dekat,
Hari ini .... Tiba pada momen yang menegangkan. Harger tidak tahu bagaimana dia akan menghadapi proses melahirkan yang sudah berada di depan mata. Dimintai untuk berjalan – jalan lebih sering dan melakukan apa pun supaya menghadapi persalinan dengan mudah. Tetapi Harger merasa beruntung memiliki suami seperti sang hakim. Pria itu dengan sabar menemani dia berjalan ke mana pun di taman rumah sakit. Mengerjakan apa saja yang Harger sudah tak bisa lakukan setelah menghadapi perutnya yang membesar. Seperti sekarang terjadi. Harger menahan napas ketika tanpa sengaja menjatuhkan sapu tangan, kemudian sang hakim segera membungkuk, meraih benda tersebut dan menyerahkannya kembali. “Terima kasih, Yang Mulia. Aku mencintaimu.” Saat – saat seperti ini memang dibutuhkan keromantisan. Harger berpengangan erat di lengan suaminya. Mereka berjalan sangat pelan menyusuri jalan yang dibeton, tetapi Harger sedang bertelanjang kaki. Pada beberapa momen tertentu sang hakim
Senyum Harger lagi – lagi melebar saat mengamati sesuatu yang terasa indah.Garis dua ....Tadi pagi hampir tanpa sadar dia melompat girang. Melakukan tes, lalu mendapati bahwa dirinya positif hamil, itu merupakan momen tak terlupakan setelah harus menghadapi pelbagai desakan tidak nyaman belakangan ini. Keinginan untuk muntah, golakan mual, dan semua yang menghantam Harger sebagai satu kesatuan paling mengerikan—sebuah alasan serius mengapa kebutuhan – kebutuhan tersebut akhirnya meninggalkan perasaan curiga. Dia telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengetahui kebenaran terlalu dini.Langkah Harger tentatif mendekat ke lemari pakaian. Ada sesuatu yang perlu dia lakukan sebelum memberitahu informasi ini kepada suaminya. Ya, meletakkan benda pipih di tanganya ke dalam kotak persegi panjang, lalu pelan – pelan membongkar lipatan kain di dalam rak demi mengambil sesuatu di sana. Pakaian rajut bayi buatan tangan Daisy, yang masih tersimpan utuh di sana, untuk kemudian
“Jika kau tidak pernah siap, kita tidak akan turun, Harger.”Harger mengerjap setelah beberapa saat jatuh ke dalam pemikiran usang di benaknya. Semua sudah saling memaafkan. Sesuatu yang mengikuti di belakang bahunya kan selalu mengingatkan bahwa Laea sudah tenang di mana pun wanita itu berada. Tidak ada yang akan Harger katakan. Dia menatap sang hakim dengan sudut bibir melekuk tipis. Mereka memang memutuskan untuk berziarah ke makam Laea. Banyak yang ingin Harger curahkan, meski dia mungkin tak mengeluarkan suara ke permukaan sementara sang hakim ada di sampingnya. Hanya menatap setengah kosong pada undakan tanah yang indah—terawat begitu baik, dengan rumput – rumput terpotong begitu rapi merata.Ujung tangan Harger terulur meletakkan buket mawar, kemudian menyentuh nisan atas nama saudari perempuannya. Sedikit rasa sesak seperti berusaha menumbuk jantung Harger. Berulang kali dia berusaha menarik napas pelan, dan mengembuskan ke udara, tetapi kadang – kadang matanya
“Apa yang kau pikirkan, Deu?” Harger bertanya sarat nada lambat. Hati – hati dia menyentuh punggung tangan sang hakim. Perlahan menautkan jari – jari tangan mereka, lalu meremasnya lembut. “Kau kepikiran soal adikmu? Apa yang benar – benar sudah kalian bicarakan? Aku hanya dengar beberapa, tapi yakin kau tidak akan seperti ini jika bukan karena sesuatu. Sekarang ceritakan padaku?'" Tadinya, Harger memang tak berniat mencampuri lebih banyak. Merasa tidak berhak. Namun, jika pada akhirnya Deu akan terus – terusan terpengaruh, dia tidak akan bisa menahan diri. Tidak tahu kapan sang hakim akan selesai dengan perselisihan batin yang terlihat luar biasa mencolok. Harger akan menunggu. Semenit, dua menit, hingga waktu yang berjalan seperkian saat. Cukup lama ... lalu embusan napas sang hakim terdengar kasar. “Astoria menolak perintahku untuk meninggalkan bajingan itu.” “Dengan mengakui bahwa Orion tidak pernah tahu dia hamil, aku rasa bukan
“Aku bingung bagaimana alat peledak bisa berada di kepala Orion. Memangnya seberapa kecil ukuran alat peledak itu?”Harger bicara sayup – sayup di dapur sambil memegangi senter untuk menerangi pemandangan di sekitar suaminya. Sang hakim sibuk menyiapkan lasagna menjadi potongan sama rata setelah tadi ... menyalakan kembali ke api oven, dan mereka menunggu beberapa saat.Wajah tampan itu benar – benar begitu serius. Harger mengembuskan napas cukup kasar ... ntah kapan sang hakim akan menjawab pertanyaannya.“Deu.”Harger tidak akan tahan ketika sang hakim hanya diam. Masing – masing potongan lasagna diletakkan di atas piring, yang kemudian disusun di atas nampan—akan siap dibawa ke ruang tamu. Tetapi sebelum itu, iris gelap sang hakim mendadak fokus menatap lurus ke depan, seolah sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin telah berniat memberi Harger tanggapan.“Ukurannya sebesar kapsul obat, yang dimasukkan melalui rongga hidung dengan cara ditembak.”Seharusnya