Share

[S2] Piknik Bertiga

last update Last Updated: 2025-02-23 20:37:49

"Kalian janji di mana?"

"Di taman sekitar sini."

"Ke sana naik apa?"

"Minta tolong anter si Surya."

Bu Mala mengangguk. Ia sudah mode pasrah dengan apapun yang anaknya itu lakukan. "Hati-hati di jalan ya!"

Nilam memberikan kecupan di pipi sang Mama. "Dah Mama."

"Daaah..." Bu Mala melihat putrinya melangkah keluar dengan wajah sedikit merona. Setelah menutup pintu, Nilam menarik napas panjang sebelum berjalan menuju taman—tempat di mana Jean sudah menunggunya.

Saat tiba di taman, mata Nilam langsung menangkap sosok Jean dan Qila yang sudah lebih dulu menunggunya di bawah pohon rindang. Jean bersandar santai di salah satu dahan pohon dengan tangan terlipat di dada, sementara Qila berdiri di sampingnya dengan ekspresi sedikit canggung.

Bocah sepuluh tahun itu tampak mengenakan dress putih selutut bermotif bunga kecil berwarna biru, dengan rambut hitam panjangnya diikat menjadi dua kuncir rendah. Sepasang sandal putih melengkapi penampilannya yang terlihat manis dan sederhana.

Jean, sepe
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Pengen Bawa ke KUA

    "Bawa dong, emang kamu mau makan apa?""Burger?""Jelas itu ada.""Kentang?""Ada banget.""Donat, Mba?""Tenang aja. Mba juga bawa cake.""Kalkun goreng?"Nilam terdiam sejenak, lalu menatap Qila yang sudah menahan tawa."Kalau mau kalkun, sana minta Papa kamu nangkap dulu. Baru Mba gorengin kalau udah dapet," balas Nilam sambil meringis lebar."Ngaco. Di sini mana ada kalkun. Ada tuh, nemo. Siapa tau kalian berdua pengen coba."Mereka tertawa kompak. Jean yang duduk di samping mereka hanya menggelengkan kepala, heran dengan tingkah dua perempuan itu.Saat makanan sudah tersaji, mereka mulai menikmati bekal dengan lahap. Qila dan Jean terus memuji masakan Nilam yang lezat."Mba Nilam, masakannya selalu enak," ujar Qila dengan mulut penuh makanan."Iya, bener. Harusnya kamu ga usah kerja di kantor, Nilam. Buka usaha restoran aja, pasti banyak peminatnya," tambah Jean.Nilam tertawa, lalu menatap mereka berdua. "Kalau ga ada pengunjung gimana?"Jean tersenyum. "Aku ama Qila yang bakal

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Pak!

    "T—tunggu, Pak Jean, jangan—" Terlambat. Jean sudah lebih dulu menyiramkan air ke arahnya lagi, membuat Nilam menjerit geli. Tawa mereka bercampur dengan suara ombak, seakan dunia hanya milik mereka bertiga. Di tengah kebersamaan itu, saat mata mereka bertemu—Jean menatapnya lebih lama dari biasanya. Seakan membaca sesuatu di balik sorot mata Nilam, sesuatu yang lebih dari sekadar keseruan bermain air.Namun sebelum suasana berubah semakin dalam, Qila yang tertawa di samping mereka menarik kembali perhatian. "Aku menang! Aku bisa bikin Papa mainan pasir juga!" Jean dan Nilam akhirnya tertawa, mengakui kekalahan mereka di tangan gadis kecil itu. Tapi di dalam hati mereka, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang belum terucap, tapi mulai terasa begitu nyata.Angin pantai berhembus lembut, membawa aroma laut yang khas. Langit mulai berubah jingga, menandakan matahari perlahan turun ke ufuk barat. Namun, keseruan mereka masih jauh dari selesai. Puas dengan istana pasir dan saling siram

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 01

    "Mas, besok sore aku pulang agak telat ya. Soalnya ada tamu penting dari kantor. Jadi aku harus nemenin Bos buat jamu dia." Pria bernama Jean itu tak mengatakan apapun. Dia sibuk menatap layar laptopnya dalam diam. Toh dia juga bingung harus menjawab apa. Sebab ini, bukan pertama kalinya Sang istri ijin untuk pulang terlambat. Bahkan, dia tak ingat ini permohonannya yang ke berapa. Elisha yang sibuk mengoleskan Skin Care Routinenya langsung menengok ke arah sang suami yang duduk bersandar di kepala ranjang. Diamnya pria 30 tahun itu tentu saja membuatnya resah. "Mas!" Ia menatap pria itu, "Kok kamu diem aja? Kamu ngasih ijin kan?" tanya perempuan dengan gaun tidur berbahan satin itu sedikit penekanan. Jean hanya mendengus. "Terus aku harus jawab apa? Ngelarang juga mustahil kan? Toh kamu nggak akan pernah nurut." Jawaban ketus suaminya membuat Elisha jengah. Jika sudah seperti ini pasti ujung-ujungnya hanyalah pertengkaran saja. "Ya gimana pun juga, aku kan butuh restu kamu Mas.

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 02

    Saat pintu rumahnya terbuka, ia malah dikejutkan oleh sosok yang cukup— cantik. "Kamu ini siapa? Sales ya? Maaf ya, aku lagi nggak pengen beli barang apapun." Perempuan cantik berkulit putih itu meremas tas ransel besar yang ia pegang. "Saya bukan sales Pak. Saya Nilam, ART yang dikirim penyalur ke sini." Jean kaget. ART? Mustahil. Mana ada seorang asisten rumah tangga, berpenampilan cantik begini? Kulitnya putih, wajahnya ayu, rambut hitam lurus, dan bertubuh sintal. Belum lagi dress selutut yang dikenakan oleh perempuan muda itu, seolah sedang memamerkan kaki jenjangnya yang indah. "Kamu bercanda ya? Dibandingkan jadi ART, penampilan kamu lebih cocok buat jadi model tau," cibir Jean tak percaya. "Tapi, saya beneran ART yang dikirim ke sini Pak. Kalau nggak percaya, Bapak bisa telfon langsung ke penyalur kok." Jean menelusuri penampilan perempuan di depannya. "Siapa nama kamu tadi?" "Ni— Nilam Pak." "Ya udah bentar." Jean masuk ke dalam. Mencoba menghubungi nomor penyalur

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 03

    "Rasa kopinya kok beda ya? Ini merk-nya baru?" Nilam kaget. "E— enggak kok Pak. Kopinya sama seperti yang Bapak kasih tadi," terang perempuan cantik itu dengan wajah panik. Ia takut rasa kopi buatannya tidak enak. "Masa sih?" Jean terlihat sangsi. "Emangnya kenapa Pak?" "Soalnya, rasa kopi ini lebih enak dibandingkan sebelumnya. Aromanya juga lebih harum. Makanya aku pikir kopi ini beda merk sama yang sebelumnya." Nilam mengusap dada lega. Dia pikir, Jean tidak suka dengan kopi yang ia buat. "Duh, Bapak bikin saya kaget aja. Kirain tadi kopinya nggak enak." Melihat wajah lega Nilam, membuat senyum kecil Jean terkembang. "Sama. Aku juga kaget karena rasa kopinya lebih enak dibandingin pas buat sendiri." Nilam mengulum senyum. "Makasih Pak." "Ya udah, kamu lanjutin masaknya." "Baik Pak. Saya permisi." Pria dengan bahu kokoh itu melihat Nilam yang berjalan meninggalkan tempat kerjanya. Batinnya menggumam, 'Bahkan, Elisha aja nggak bisa bikin kopi seenak buatannya.' Jean mengge

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 04

    "Keterlaluan istri gue. Masa, tiap diajak berhubungan dia nggak pernah mau. Alesan capek-lah, ngantuk-lah. Banyak bangetlah cara dia buat ngehindar." "Sumpah bro, gue sampai sakit kepala gara-gara sering ditolak. Lo bayangin, seminggu aja nggak gituan udah bikin gua stres. Lah ini, hampir tiga bulan gua nggak bisa nyentuh dia." Itulah keluhan Jean siang ini pada teman baiknya. Saka. Pria yang sudah lama jadi kawannya ini adalah tempat curhat yang paling pas untuk menampung segala uneg-unegnya. "Aneh banget istri lo itu, masa suami minta gitu nggak dikasih? Padahal kan lumrah kalau kita sebagai suami minta dilayani soal ranjang." "Nah kan? Giliran jajan di luar dia marah. Tapi pas suami butuh, dia nggak bisa." Jean terlihat kesal. Wajahnya sudah tidak enak sejak semalam. Yah maklum, itu karena dia gagal menyalurkan hasratnya. "Coba deh lo bicarain baik-baik ke Elisha. Gimana pun juga itu kan kebutuhan kita sebagai suami istri. Ya masa, cuma gara-gara capek kita dianggurin gitu aj

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 05

    "Nasinya mau berapa banyak Pak?" Nilam memandangi tuannya yang tampak tertegun saat ia bertanya demikian. Dan bagi Jean, itu cukup mengejutkan baginya sebab setelah beberapa waktu terakhir ada seseorang yang mau repot-repot menuangkan nasi untuknya. Yang bahkan, Elisha saja tidak mau melakukan itu untuknya. "Pak? Bapak kenapa? Kok malah ngelamun?" "Eh— enggak. Ini lho, aku—" Jean garuk-garuk kepala seperti orang linglung. "Nasinya mau berapa banyak Pak?" ulang Nilam lagi. "Segini cukup?" tanyanya sambil menunjukkan nasi yang sudah dia tuang ke atas piring. "Udah," jawab Jean singkat. "Lauknya Pak, silahkan ambil sendiri!" Nilam menaruh piring di depan dada Jean. Sementara dia membantu majikannya tersebut untuk membuka tudung saji supaya pria itu dapat mengambil lauknya dengan sepuas hati. "Gimana Pak? Enak nggak?" Perempuan seksi dengan balutan T-shirt dan rok berbentuk A-line bermotif batik itu menatap tuannya penuh harap. Yah, berharap Jean memuji masakan yang telah di

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Gagal 'itu...'

    Jean memandangi istrinya, dia agak ragu untuk mengatakan hal ini. Namun dia memberanikan diri berkata, "Sebenarnya aku..." "Aku apa Mas?" "Kamu mandi aja dulu. Nanti aku kasih tau," balas Jean sambil tersenyum. Elisha menekuk wajahnya. Suaminya ini senang sekali membuatnya penasaran. "Ya udah, aku mandi bentar ya." Sekitar 15 menit kemudian, Elisha sudah keluar dari kamar mandi dengan gaun tidurnya. Wanita itu tersenyum ke arah Jean yang masih terjaga sembari mengeringkan rambutnya. "Kirain, kamu udah tidur." "Kan aku nungguin kamu," jawab Jean sambil menutup laptopnya dan menaruhnya di atas tempat tidur. "Oh iya, kamu tadi mau ngomong apa Mas?" tanya Elisha pada sang suami. Ia tatap pria yang sudah 8 tahun itu dia nikahi melalui cermin di depannya. Meskipun lelah, wanita cantik itu tidak pernah melewatkan rutinitasnya untuk menggunakan skincare. Jean tersenyum. Ia turun dari ranjang dan menghampiri istrinya. Pria tampan tersebut berdiri di belakang Elisha sambil memijat pungg

    Last Updated : 2024-09-04

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Pak!

    "T—tunggu, Pak Jean, jangan—" Terlambat. Jean sudah lebih dulu menyiramkan air ke arahnya lagi, membuat Nilam menjerit geli. Tawa mereka bercampur dengan suara ombak, seakan dunia hanya milik mereka bertiga. Di tengah kebersamaan itu, saat mata mereka bertemu—Jean menatapnya lebih lama dari biasanya. Seakan membaca sesuatu di balik sorot mata Nilam, sesuatu yang lebih dari sekadar keseruan bermain air.Namun sebelum suasana berubah semakin dalam, Qila yang tertawa di samping mereka menarik kembali perhatian. "Aku menang! Aku bisa bikin Papa mainan pasir juga!" Jean dan Nilam akhirnya tertawa, mengakui kekalahan mereka di tangan gadis kecil itu. Tapi di dalam hati mereka, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang belum terucap, tapi mulai terasa begitu nyata.Angin pantai berhembus lembut, membawa aroma laut yang khas. Langit mulai berubah jingga, menandakan matahari perlahan turun ke ufuk barat. Namun, keseruan mereka masih jauh dari selesai. Puas dengan istana pasir dan saling siram

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Pengen Bawa ke KUA

    "Bawa dong, emang kamu mau makan apa?""Burger?""Jelas itu ada.""Kentang?""Ada banget.""Donat, Mba?""Tenang aja. Mba juga bawa cake.""Kalkun goreng?"Nilam terdiam sejenak, lalu menatap Qila yang sudah menahan tawa."Kalau mau kalkun, sana minta Papa kamu nangkap dulu. Baru Mba gorengin kalau udah dapet," balas Nilam sambil meringis lebar."Ngaco. Di sini mana ada kalkun. Ada tuh, nemo. Siapa tau kalian berdua pengen coba."Mereka tertawa kompak. Jean yang duduk di samping mereka hanya menggelengkan kepala, heran dengan tingkah dua perempuan itu.Saat makanan sudah tersaji, mereka mulai menikmati bekal dengan lahap. Qila dan Jean terus memuji masakan Nilam yang lezat."Mba Nilam, masakannya selalu enak," ujar Qila dengan mulut penuh makanan."Iya, bener. Harusnya kamu ga usah kerja di kantor, Nilam. Buka usaha restoran aja, pasti banyak peminatnya," tambah Jean.Nilam tertawa, lalu menatap mereka berdua. "Kalau ga ada pengunjung gimana?"Jean tersenyum. "Aku ama Qila yang bakal

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Piknik Bertiga

    "Kalian janji di mana?""Di taman sekitar sini.""Ke sana naik apa?""Minta tolong anter si Surya."Bu Mala mengangguk. Ia sudah mode pasrah dengan apapun yang anaknya itu lakukan. "Hati-hati di jalan ya!"Nilam memberikan kecupan di pipi sang Mama. "Dah Mama.""Daaah..." Bu Mala melihat putrinya melangkah keluar dengan wajah sedikit merona. Setelah menutup pintu, Nilam menarik napas panjang sebelum berjalan menuju taman—tempat di mana Jean sudah menunggunya.Saat tiba di taman, mata Nilam langsung menangkap sosok Jean dan Qila yang sudah lebih dulu menunggunya di bawah pohon rindang. Jean bersandar santai di salah satu dahan pohon dengan tangan terlipat di dada, sementara Qila berdiri di sampingnya dengan ekspresi sedikit canggung. Bocah sepuluh tahun itu tampak mengenakan dress putih selutut bermotif bunga kecil berwarna biru, dengan rambut hitam panjangnya diikat menjadi dua kuncir rendah. Sepasang sandal putih melengkapi penampilannya yang terlihat manis dan sederhana.Jean, sepe

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Nikah Aja, Gimana?

    "Eh bentar...""Ada apa Qila?"Ia menatap sang Papa. "Aku baru inget sesuatu.""Sesuatu? Apa?" Jean bertanya dengan penuh rasa penasaran."Besok kita jadi piknik gak Pa? Yang katanya ama Mba Nilam."Jean menganga. Bisa-bisanya dia hampir lupa hal penting tersebut. "Oh iya. Papa hampir lupa.""Ya udah, aku mau tidur cepet deh." Qila bersiap naik ke atas."Iya. Sebelum tidur jangan lupa gosok gigi ama cuci kaki ya! Jangan lupa berdo'a."Qila mengangguk dengan semangat. "Iya Pa! Selamat malam...""Malam sayang..." Jean melihat Qila berlari ke atas meninggalnya. Sedangkan dia sendiri langsung pergi menuju dapur dan berniat membuat kopi untuk teman mengejarkan laporan sebelum tidur.***"Kamu lagi ngapain Nilam?"Perempuan 23 tahun itu menengok sebentar ke arah sang Mama. Ia yang sibuk memasukkan makanan ke dalam rantang makanan hanya berkata, "Ini Ma, lagi siapin bekal.""Buat?""Piknik."Bu Mala mengerutkan keningnya. "Piknik ke mana?""Pantai.""Sama?"Nilam menghentikan kegiatannya. Ia

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ayo Dong Papa!

    Di sebuah ruangan rumah yang cukup luas, Jean berdiri dengan kaku di tengah-tengah, sementara Qila menatapnya dengan ekspresi penuh harapan. Musik K-pop yang enerjik sudah mengalun dari speaker, mengisi ruangan dengan dentuman ritme yang cepat."Papa, coba gerakinnya kayak gini!" Qila memperagakan beberapa gerakan tari yang terlihat lincah dan penuh semangat. Tangannya bergerak dengan anggun, sementara kakinya melangkah dengan irama yang pas.Jean menghela napas, menatap putrinya dengan pasrah. "Qila, Papa ini udah tua. Mana bisa gerak secepat itu?" ucap Jean memberikan alasan.Qila mendelik sebal. "Papa gak tua! Papa kan masih 30an, masih kuat dan masih bisa dance Kpop.""Qila, Papa bisa ngelakuin apapun tapi jangan joget dong!" ia memohon. Baru juga mulai tapi Jean merasa energinya terkuras habis."Coba dulu Papaaaa... Yaaah, pleaseee..." pinta Qila sambil menunjukkan mata puppynya. "Kalau gak ama Papa, ama siapa lagi Qila latihan?" Qila mulai merajuk.Jean menghela nafas. Dia palin

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Agak Curiga

    Sore harinya, Nilam, Talita, dan Rina berkumpul di depan kantor sebelum berangkat ke mall. Mereka sudah merencanakan hari ini sejak beberapa hari yang lalu untuk bersantai setelah minggu yang sibuk."Akhirnya kita bisa jalan-jalan juga!" seru Talita penuh semangat."Iya, udah lama banget kita gak hangout kayak gini," tambah Rina sambil tersenyum.Nilam mengangguk setuju, ia terlihat sama girangnya dengan kedua rekannya. "Aku gak sabar mau shopping.""Sama iiih," Talita mengangguk setuju. "Moga aja aku gak khilaf. Gajian masih seminggu lagi soalnya.""Ingetin aku juga buat gak kalap ya, Mba," sahut Nilam. Sambil menempelkan sebelah pipinya ke pundak Rina."Ya udah ayo berangkat! Itu taksinya udah datang," ajak Rina dengan penuh semangat.Setelah tiba di mall, mereka langsung berkeliling, melihat-lihat berbagai toko. Mereka membeli beberapa baju dan makeup untuk dipakai ke kantor, sambil sesekali tertawa dan bercanda satu sama lain. Tidak hanya itu, mereka juga sibuk bertukar pendapat s

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Orang Asing

    "Sendirian aja Mba?"Nilam yang sedang menunggu Jean, reflek menoleh ke samping. Keningnya berkerut dalam ketika melihat siapa yang ada di sebelahnya. Seorang pria berperawakan tinggi tegap dengan masker dan topi hitam yang menutupi wajahnya. Pria itu terlihat misterius menurut Nilam."E- enggak, Mas," jawabnya disertai senyum tipis. "Saya datang berdua kok. Kebetulan dia masih ada di dalam.""Oh. Pacarnya ya?"Nilam mengangguk ragu. Sementara bibirnya menggumamkan kata "iya"."Oh."Hening di antara mereka berdua. Sampai akhirnya Nilam kembali buka suara, "Masnya sendiri ke sini ama siapa?""Sendiri.""Um, gitu ya?" Nilam mengangguk-angguk kecil. Sejujurnya dia agak sangsi saat melihat penampilan pria itu yang cukup mencurigakan. Namun dia tidak boleh suudzon kan?"Btw, mbanya cantik banget."Hah? Nilam kaget. Tapi sejujur kemudian, ia tersenyum canggung. Tiba-tiba sekali orang ini memujinya, padahal kenal saja tidak. Jadi sedikit antisipasi, ia mengambil jarak menjauh dari pria yang

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kerja Keras

    Jean merogoh ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar. Salah satu klien penting perusahaan. Ia menoleh ke arah Nilam, meminta izin dengan tatapan mata. Nilam hanya mengangguk pelan, memberi tanda bahwa tidak masalah jika Jean harus menerima panggilan itu.Jean melangkah ke samping, menempelkan ponsel ke telinganya. "Halo, Pak Jo? Ya, bagaimana kabarnya?"Nada suara Jean berubah lebih serius. Nilam hanya menyimak dari kejauhan, menunggu sambil sesekali melirik jam tangannya. Percakapan Jean tampaknya cukup penting, karena pria itu mulai berjalan mondar-mandir kecil di depan pintu ruangannya."Ya, saya mengerti... Tentu, kami akan pastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Iya. Satu minggu lagi acaranya berlangsung. Benar Pak, saya harap anda bisa datang ke sana," ucap Jean, nada suaranya tegas namun tetap profesional.Nilam mendengar sekilas tentang acara investor yang akan datang. Sepertinya ada beberapa kendala yang sedang dibahas. Jean terus berbicara di telepon, suaranya se

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Agak Curiga

    "Talita! Nilam!" Keduanya langsung berhenti berdebat ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Dan saat mereka menoleh ternyata itu adalah salah satu senior mereka di kantor yang mengajak mereka untuk naik ke atas karena sudah waktunya masuk kerja.Tanpa banyak membantah mereka mengangguk dan mengikuti sang senior. Nilam dan Talita berjalan ke atas dengan beriringan.Saat memasuki ruangan Jean, Nilam berusaha bersikap profesional. Yah, seperti permintaan Jean, saat di kantor mereka harus tetap fokus pada pekerjaan. "Selamat pagi, Pak Jean," sapanya dengan senyum manis. "Aku ingin menyampaikan jadwal kegiatan hari ini. Selain itu, seminggu lagi akan ada pengumuman investor perusahaan."Jean yang tengah fokus pada layar laptopnya mendongak dan menatap Nilam. Ekspresi wajahnya sedikit melunak saat melihat sekretaris yang sekaligus kekasihnya itu datang. "Pagi, Nilam. Duduk dulu! Ada beberapa hal lain yang harus kita bahas soal pengumuman investor perusahaan."Nilam mengangguk dan du

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status