10"Minggir!" desis Avreen sambil mendelik tajam pada pria berjaket hijau. "Judesnya," ledek Ernest. "Kamu cemberut gitu, tambah imut," godanya. Ernest terbeliak ketika Avreen mencengkeram pergelangan tangannya, dan memelintir hingga badan Ernest terpaksa berputar mengikuti gerakan cepat Avreen. "Kamu tambah jelek kalau meringis gitu," cibir Avreen, sebelum menancapkan kuku jemari kirinya ke tangan Ernest yang spontan memekik. "Suaramu kayak ba-nci!" celanya sembari menambah kekuatan cekalan. "Non, tahan," pinta Jauhari sambil berusaha melepaskan tangan Ernest dari cengkeraman sang nona. "Jangan dicegah! Ini bentuk balas dendamku setelah menjadi bahan taruhannya!" geram Avreen yang mengejutkan orang-orang di sekitar. "Aku tahu, tapi, bukan di sini tempatnya buat nyiksa dia." Jauhari memegangi tangan kanan Avreen sambil menggeleng dua kali. "Tantang saja dia nanti, buat duel sama Non," lanjutnya. "Aku nggak mau bertarung dengan perempuan!" jerit Ernest. "Oh, kalau begitu, kamu
11Hari berganti menjadi minggu. Rencana Avreen untuk berkunjung ke Brisbane, akhirnya dibatalkan. Sebab musim dingin saat itu tengah mencapai puncaknya. Berbeda dengan wilayah Eropa dan Amerika, musim dingin di Australia berlangsung dari awal Juni hingga akhir Agustus. Kendatipun kecewa, tetapi Avreen akhirnya menerima pembatalan itu. Sebagai ganti ke Brisbane, Jourell mengusulkan agar Avreen berkunjung ke Port Stephens. Kota itu adalah pelabuhan dan destinasi wisata di pantai timur New South Wales. Port Stephens dikelilingi 26 pantai dan teluk. Pelabuhan tersebut berada di dalam kawasan taman laut Port Stephens-Great Lakes. Port Stephens memiliki banyak kota-kota, termasuk Nelson Bay dan Raymond Terrace sebagai kota-kota yang lebih besar, serta beberapa desa kecil di sepanjang teluk. Kota-kota itu telah berkembang menjadi lebih menarik seiring dengan pertumbuhan pariwisata, yang berkembang pesat di sana. Untuk mencapai Kota Port Stephens, pengunjung bisa melakukan perjalanan da
12Jauhari mendengarkan penuturan pemilik kafe itu dengan saksama. Dia beradu pandang dengan Harzan, kemudian mereka berbisik-bisik. "Non, kita terpaksa nyari penginapan di sini," ujar Jauhari setelah berbincang dengan Harzan. "Kenapa, Bang?" tanya Avreen. "Kata pemilik kafe, akan ada badai salju di sekitar sini. Waktunya maksimal satu jam dari sekarang. Kita nggak akan sempat kembali ke Sydney, karena mungkin saja badainya meluas." "Hmm, ya. Kita mau nginap di mana?" "Harzan lagi nyari." Jauhari menunjuk rekannya yang tengah sibuk mencari hotel terdekat, melalui aplikasi di ponselnya. "Kita bagi tugas. Non, Tyas dan Viviane, ke toko sebelah. Beli roti atau apa pun yang bisa dimakan. Aku mau ke toko ujung, beli minuman dan lainnya," ungkap Jauhari yang dibalas anggukan sang nona. Tidak berselang lama, kelompok itu telah berada di beberapa toko lain. Nuriel dan Chalid berlari menuju satu-satunya toko souvenir yang masih buka, untuk membeli kaus dan celana panjang model apa pun y
13 *Grup Petinggi PBK* Yanuar : Astagfirullah! @Ari, kenapa anak buahmu jogetnya kacau? Andri : Aku nonton bareng Cayapata, ngakak dia. Wirya : Lien suka malahan. Dia kirim video itu ke grup istri bos PC, pada heboh. Zulfi : Baru kali ini aku lihat Ari uget-uget kayak ulat kaki seribu. Yoga : Menurutku, jogetnya Ari bagus. Tapi, Chalid sama Irham yang merusak harmoni.Alvaro : May sama Juna ketawa terus, tuh. Haryono : Baman mutar videonya sampai lima kali. Suka katanya lihat orang bule joget. Tio : Aku justru fokus ke Tyas. Suaranya bagus banget. Wirya : Boleh ditarik buat jadi tim musik, @Pak Tio?Tio : Ya, tarik aja, @Wirya. Biar Nandira dan Fairish punya teman nyanyi. Sultan : Loh, mereka di mana itu? Kok, banyak bule. Yanuar ; Di hotel, @Ayah. Karena terjebak badai salju, jadinya kemarin mereka nginap di sana. Sultan : Hotel di Sydney? Yanuar : Bukan, tapi di ... apa, ya, nama tempatnya? Ada yang tahu? Wirya : Port Stephens, @Bapak. Sultan : Kayaknya saya belum per
14Malam telah larut, ketika mobil yang ditumpangi kelompok Jauhari bergerak menjauh dari kantor polisi terdekat, dengan tempat kejadian perkara. Sebagai saksi mata utama, Avreen harus memberikan kesaksian berulang kali hingga dia kelelahan. Begitu pula dengan Jauhari dan Nuriel, yang turut membantu kedua korban penusukan. Harwill, salah satu pengacara yang merupakan teman Geof, sepupu Aruna, telah datang ke kantor polisi, setelah dihubungi Geof. Harwill bertindak sebagai kuasa hukum Avreen dan teman-temannya, yang diminta untuk tetap berada di Port Stephens, hingga beberapa hari ke depan.Harwill ikut mengantarkan hingga mobil yang dikemudikan Harzan memasuki tempat parkir hotel. Kemudian Harwill melanjutkan perjalanan ke rumahnya. Puluhan menit terlewati, Jauhari telah selesai berganti pakaian. Sebab pengunjung hotel telah berkurang, Jauhari dan Harzan pindah ke kamar seberang tempat ketiga gadis."Bang, sudah laporan ke Bang W?" tanya Harzan yang tengah berbaring di sisi kiri ka
15Sepanjang pagi hingga siang, Avreen gelisah. Dia berulang kali teringat wajah Truman saat badan lelaki tersebut diputar ke belakang olehnya.Berbeda dengan Owen, korban yang selamat, Truman sudah nyaris tidak bergerak saat tubuhnya diperiksa Nuriel, yang ingin memastikan apakah ada luka lainnya. Avreen menggeleng pelan saat terbayang mata cokelat Truman yang memandanginya sesaat, sebelum pria itu memejam sembari berusaha untuk tetap bernapas. Panggilan Jauhari menyebabkan Avreen memandangi pintu kamar, yang perlahan terbuka. Jauhari memasuki ruangan bersama Bryan dan Jourell. Avreen bangkit duduk dan menyalami kedua sahabat Tio itu dengan takzim. Avreen memaksakan senyuman, saat Bryan duduk di tepi kasur dan memerhatikannya saksama. "Sudah lebih tenang?" tanya Bryan. "Ya, Pak," cicit Avreen. "Pesananmu ada di depan. Mau dimakan kapan?" "Sekarang. Tadi aku sudah pesan wortel, buncus, selada dan kentang kukus. Hanya kurang tahu dan kangkungnya." "Mau dibuat apa?" "Gado-gado.
16Dedi mengulum senyuman ketika mobil Jeep hitam ternyata benar-benar mengikuti mobil yang ditumpanginya. Dedi menginstruksikan beberapa trik pada Jafan yang segera melaksanakannya. Kedua gadis yang berada di kursi tengah, sibuk memvideokan mobil Jeep. Hal itu diminta Dedi, yang nantinya akan meneruskan video itu ke Harwill. Tyas dan Viviane sudah cukup hafal berbagai teknik yang digunakan para pengawal, dalam usaha mereka untuk menghindari pengintai maupun penguntit. Setelah cukup jauh dari pusat kota, Jafan memutar mobil tanpa menyalakan lampu sen. Kemudian dia memacu kendaraan lebih cepat, agar tidak bisa diikuti lagi. "Sial!" umpat sopir mobil Jeep. "Mereka ke mana?" tanya pria bertopi bisbol hitam sembari memindai sekitar. "Tadi mereka memutar arah, lalu mengebut." Sopir memukuli kemudi, karena kesal incarannya berhasil lolos. "Lalu, kita harus bagaimana?" "Kamu telepon Monti. Tanyakan posisinya. Kita menyusul ke sana." Sementara itu di hotel baru yang berada di pusat k
17Belasan pasang mata menatap layar televisi nyaris tanpa kedip. Berita tentang kedatangan banyak orang ke hotel dekat pantai, menjadi trendung topik di banyak media sosial. Kendatipun tidak terjadi keributan, tetapi polisi maaih berjaga-jaga di sekitar. Mereka khawatir akan terjadi serangan susulan dari gerombolan yang disinyalir sebagai anggota gangster. Harwill sudah menelepon Bryan dan meminta tim Indonesia untuk tetap berada di hotel. Hingga suasana kembali kondusif. Selain itu, Harwill juga mengusahakan agar kelompok Jauhari diperbolehkan untuk meninggalkan Port Stephens, secepatnya. Seusai menonton berita, Jauhari berpindah ke kamarnya untuk menelepon Wirya. Kala panggilan diangkat, Jauhari terkejut, karena bukan Wirya yang menyapanya dengan ucapan salam. Melainkan Alvaro. "Waalaikumsalam. Bang Varo lagi sama Bang W?" tanya Jauhari, seusai menjawab salam dari komisaris 4 PBK tersebut. "Ya, kami masih di kantor," jelas Alvaro. "Di sini baru jam 4 sore, Ri," lanjutnya. "Ah,
67Jalinan waktu terus bergulir. Tibalah hari yang dinantikan semua umat muslim di seluruh penjuru dunia. Begitu pula di Sydney. Beberapa tempat yang mengadakan salat Ied, dipenuhi banyak orang. Hal serupa juga dilakukan Ishwar dan keluarganya. Mereka telah berada di kantor KBRI di pusat kota, untuk menunaikan salat Iedul Fitri. Taylor dan Kurt yang mengantarkan keempat orang tersebut, menunggu di depan gedung utama. Seusai pelaksanaan salat, keduanya diajak Ishwar untuk ikut bersantap di area dalam. Sementara di kantor polisi, Jauhari telah selesai salat Duha. Meskipun tidak bisa ikut dengan keluarganya untuk salat Ied, Jauhari cukup puas bisa terus hidup dan merayakan hari raya. Seusai salat, Jauhari yang ditemani Loko, beranjak keluar. Langkah mereka terhenti di dekat tangga, ketika berjumpa dengan kelompok Rupert yang semuanya menggunaksn baju koko biru muda."Kalian dapat baju itu, dari mana?" tanya Loko. "Kami dikasih Yusuf, sebelum dia berangkat kemarin," jelas Rupert. "P
66Jauhari memaksakan senyuman saat menyambangi Avreen dan rombongan pimpinan Yanuar, yang berpamitan padanya serta tim caravan. Sesuai janji, Hisyam dan Aditya tidak ikut dalam rombongan itu. Mereka hendak menunggu keluarga Jauhari tiba tiga hari mendatang. Kemudian mereka akan mudik ke Indonesia di hari terakhir puasa, bersama Yusuf. Jauhari meminta Avreen untuk berhenti menangis, saat gadis tersebut berpamitan padanya. Jauhari hanya membelai rambut Avreen dan tidak berani mendekapnya, karena tengah dipandangi banyak orang. Belasan menit terlewati, Jauhari masih termangu di kursi teras depan ruang tunggu. Dia diizinkan Harper untuk melepas keberangkatan bus, yang membawa rombongan tim Indonesia menuju bandara. Hisyam merangkul pundak sahabatnya dari kiri. Dia memahami jika Jauhari pasti ingin ikut mudik seperti yang lainnya. Meskipun keluarga Jauhari akan datang, tetap saja dia masih merindukan bisa berkumpul dengan kerabat, seperti tahun-tahun sebelumnya. Loko dan Taylor yang b
65*Grup Mega Proyek* Yanuar : @Sebastian, selamat jadi calon Papa. Bryan : Rinjani hamil? Yanuar : Ya, @Mas Bryan. Bryan : Ikut senang aku. Keven : Sudah berapa bulan hamilnya? Hansel : Dari perutnya, kutebak, 6 minggu. Keven : Memangnya kamu lihat perut Rinjani? @Hansel. Hansel : @Mas Keven, aku yang bawa Rinjani ke rumah sakit, karena Tian lagi di Ontario. Keven : Aku lupa kalau kamu lagi ngamen di Kanada. Hansel : Astaga! Kenapa kakakku jadi pikun? Alvaro : Pasti ketularan Sipitih. Mereka, kan, dinas bareng bulan lalu. Wirya : Jangan dekat-dekat sama Yanuar. Zulfi : Hu um. Nanti katepaan pelupa.Brayden : Apa itu, katepaan? Zulfi : Ketularan, @Mas Brayden. Zein : Ketempelan. Hendri : Sawan. Martin : Kesurupan. Lithfan : Muncul aja pasukan pengejar hantu, bahasannya berubah jadi horor. Lainufar : @Mas Sebastian, selamat! Zainal : Aku kasih tahu Triska, langsung jerit-jerit dia. Arya : Dahayu, nangis. Baskara : Renata juga sama. Dante : Edelweiss sesenggukan h
64Rupert dan rekan-rekannya tiba di kantor polisi menjelang jam 6 sore. Mereka berhenti di ruang tunggu dan ikut duduk bersama kelompok Jauhari, yang tengah menantikan waktu berbuka puasa. Rupert menerangkan putusan hakim yang sesuai dengan perjanjian mereka. Yakni, tim Rupert dijatuhi hukuman 1 tahun 3 bulan penjara, potong masa tahanan. Dengan begitu, tim Rupert bisa mendampingi Jauhari di penjara umum. Saat terdengar azan magrib dari ponsel banyak orang, Rupert dan teman-temannya ikut bersantap. Bahkan, mereka menambah porsi dan menyebabkan yang lainnya bingung. "Kamu makannya banyak sekali, Rupert," cakap Yìchèn. "Aku tidak makan siang tadi, dan hanya minum. Jadi aku sangat lapar," terang Rupert di sela-sela mengunyah. "Kenapa tidak makan siang?" "Aku mencoba ikut puasa, dan ternyata sangat berat." Yìchèn berdecih. "Aku sudah ikut puasa dari hari pertama. Tapi tidak seperti kamu yang kalap makan." "Kamu puasa full? Maksudku, dari subuh?" "Ya. Tiap mereka sahur, aku juga
63Selama tiga hari berikutnya, Avreen tidak datang mengunjungi Jauhari. Gadis bermata sipit itu masih kesal, karena pria tersebut meragukan kekuatannya untuk bertahan setia. Sore itu, Avreen didatangi Yoga, Haryono, Yusuf dan Nanang. Mereka mengajak sang gadis berjalan-jalan, dengan alasan hendak membeli oleh-oleh buat keluarga dan kerabat di Indonesia. Avreen tidak bisa menolak dan menerima ajakan itu. Sebab dia juga hendak berbelanja. Aisyah, Tyas dan Viviane menumpang di mobil MPV yang dikemudikan Yusuf. Sedangkan Mizan dan Shahid menumpang di mobil operasional PBK yang disopiri Nanang. Puluhan menit berlalu, mereka telah selesai berbelanja, dan sedang menunggu waktu berbuka puasa, di salah satu restoran western di pusat perbelanjaan. "Bang, kapan kita akan berangkat?" tanya Avreen. "Maksimal 5 hari lagi. Nunggu rombongan Yanuar datang," jawab Yoga. "Apa orang tua Bang Ari juga ikut datang?" "Kayaknya nggak. Mereka baru berangkat dua hari sebelum lebaran." "Berarti aku ngg
62Stanford mendengkus, sesaat setelah mendapatkan laporan dari Servaas yang baru tiba di kediaman Candy, pacar terbaru Baylon. Servaas sebenarnya ingin ikut Stanford, tetapi mantan ketua pengawal Baylon itu memintanya untuk bertahan dan menjadi informan buat tim Stanford. Kendatipun kecewa pada Baylon, tetapi Stanford dan teman-temannya tetap memantau kegiatan Baylon, alias menjaganya dari jauh. Setelah menutup sambungan telepon, Stanford beralih menelepon seseorang. Mereka berjanji temu, dan dia segera berangkat agar bisa tiba di tempat perjanjian itu tepat waktu. Puluhan menit terlewati, Stanford memasuki ruang VIP sebuah restoran di pusat kota. Dia terkejut melihat Owen dan Anzac juga berada di sana, bersama Allambee serta Rogan. Stanford yang datang bersama sepupunya, Hildo, menyalami semua orang, sebelum mereka duduk di dua kursi kosong. "Menurut laporan kerabatku, kemungkinan yang mengintai tadi adalah mantan anak buah Brecht," cakap Allambee memulai perbincangan. "Siapa
61Hari berganti. Kelompok Jauhari kembali melaksanakan persidangan. Meskipun lelah jiwa dan raga, tetapi mereka tetap mengikuti persidangan hingga tuntas. Lembayung senja sudah hampir mendekati garis cakrawala, ketika konvoi banyak kendaraan itu tiba di tempat parkir kantor polisi pusat. Semua penumpang turun sambil membawa barang masing-masing. Mereka berhenti di ruang tamu, lalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk berbuka puasa. Para penjaga diantarkan ransum masing-masing, sesuai instruksi dari Yoga. Hal itu dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih atas kerjasama yang baik, antara tim PBK dan petugas jaga, selama 8 bulan terakhir. Puluhan menit terlewati, Yoga dan yang lainnya kembali ke caravan untuk menunaikan salat Magrib secara bergantian. Kemudian, Haryono, Riaz, Nawang dan Nanang mengantarkan tim Avreen ke apartemen, sekaligus untuk menginap di sana. Menjelang waktu isya, Yoga dan semua anak buahnya berpindah ke ruangan di ujung kanan bangunan utama. Yoga berhasil memb
60Matahari baru naik sepenggalah, ketika Jauhari dan teman-temannya diantarkan petugas jaga ke ruang kerja Gilbert. Kelima pria yang sama-sama menggunakan kaus krem, terkejut melihat banyak orang di ruangan kepala polisi. Termasuk Elfman dan dua koleganya. Tidak berselang lama, tim Rupert muncul. Mereka duduk berdampingan di bangku panjang yang baru dipindahkan dari depan, supaya semua orang di ruangan itu bisa duduk. Gilbert menerangkan hasil keputusan pihak kejaksaan, yang akan kembali memindahkan beberapa tahanan ke lapas mereka. Namun, hanya Jauhari dan Rupert yang akan dijemput kembali, sedangkan yang lainnya tetap di kantor polisi.Hal itu tentu saja diprotes Cayden dan tim kuasa hukum tim PBK. Harzan juga menyampaikan keberatan, karena dia khawatir dengan keselamatan Jauhari. "Izinkan satu orang lagi menempati sel di sana. Apalagi tim kami sedang berpuasa. Akan terasa sangat berat menjalani ibadah bila hanya sendirian," ungkap Cayden. Gilbert mengalihkan pandangan pada ke
59Kloter 7 tiba sore itu waktu setempat. Mereka dijemput Chatur dengan menggunakan bus kecil, yang dipinjam dari hotel Arvasathya Grup, beserta sopirnya. Sepanjang jalan menuju kantor polisi pusat, Chatur menerangkan situasi teraktual. Yoga dan Haryono bergantian bertanya, sedangkan para junior tetap diam mendengarkan dengan serius. Setibanya di tempat tujuan, mereka disambut tim Yusuf. Seusai melepas rindu, mereka memasuki ruang tamu lapas1 untuk bertemu regu Jauhari. Puluhan orang tersebut berbincang dengan suara pelan. Sebab telah masuk bulan Ramadhan dan hampir semuanya berpuasa, tidak ada hidangan yang disuguhkan. "Suf, apa sudah dibagi, siapa saja yang bertugas mulai besok?" tanya Yoga."Ya, Bang," jawab Yusuf sambil membuka buku catatannya. "Caravan satu, ditempati Riaz, Ruben, Gumilang, Faidhan, Eijaz dan Abizar. Caravan dua, Jafan, Angga, Nadeem, Girish, Raffan, dan Zidni," lanjutnya. "Hari berikutnya, senior di caravan satu digantikan Samuel dan Bunji. Caravan dua, Dedi