Share

Bercinta

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 12:35:37

FAI

“Aku numpang ke kamar mandi ya?” ucapnya meminta izin.

“Silakan, Leya,” jawabku lalu beranjak dari sisi pintu agar Cataleya bisa lewat.

Aku membereskan kamera yang Cataleya letakkan di tempat tidur. Aku harap setelah ini dia segera pergi agar aku juga bisa beristirahat dan menenangkan diri. Keberadaannya di sekitarku adalah bahaya besar. Aku khawatir tidak mampu mengendalikan diri lalu melanggar aturan yang telah kubuat untuk diri sendiri.

Sambil menunggunya keluar dari kamar mandi, aku memijit-mijit pundak yang terasa pegal. Tidak hanya karena lelah, namun juga karena posisi tidur yang salah.

“Fai …” Suara lembut itu terdengar bersamaan dengan sentuhan yang sama lembutnya di bahuku. Telapak tangannya menempel di punggung tanganku.

Aku menoleh dan mendapati Cataleya di dekatku.

“Capek ya?” tanyanya.

“Cuma pegal dikit,” jawabku sembari menyingkirkan tangan dari bahu yang otomatis membuat tangan Cataleya juga terangkat.

“Aku pijitin ya?”

“Nggak, nggak usah.” Aku buru-buru berdiri. “
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ita Novianti
lanjutannya dong k
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Pertemuan Pertama Yang Berkesan

    Aku mengambil kacamata hitam yang kugantung di depan baju tepat di bagian dada lalu membingkai wajahku untuk menangkis serangan cahaya matahari begitu turun dari pesawat.Indonesia ternyata jauh lebih panas dari yang diceritakan Mama dan Papa padaku. Setidaknya itu yang kurasakan saat ini.Sembari kakiku berjalan, mataku mengedar mencari-cari sosok Devanka, sahabatku, yang katanya akan menjemput.Lima belas menit menunggu dia tidak kunjung datang, padahal janjinya tidak akan telat. Aku bisa saja sendiri tapi Devanka mewanti-wanti agar menunggunya sampai datang.Ini bukanlah kunjungan pertamaku. Tahun-tahun sebelumnya aku juga pernah ke Indonesia, tapi hanya dalam waktu yang singkat. Sedangkan kedatanganku kali ini untuk waktu yang cukup lama. Ada project yang harus kukerjakan di sini.Awalnya Mama melarang mengambil project itu. Mama yang sangat menyayangi dan memanjakanku sejak kecil menahan sekuat yang bisa dilakukannya agar aku tidak berangkat. Tapi Papa memberi pengertian pada Mam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Cataleya

    Tante Zoia mendelik ketika pagi ini aku mengatakan tidak bisa tinggal di rumahnya. Begitu pun dengan Om Javas yang tidak setuju aku keluar dari rumah mereka.“Apa salahnya tinggal di sini? Om dan Tante nggak akan ngelarang atau mengekang kamu kok. Om kan juga pernah muda.”“Bukannya gitu, Om, tapi sayang aja kalo fasilitas dari mereka nggak dimanfaatin,” jawabku mengemukakan alasan sambil nyengir.Om Javas dan Tante Zoia akhirnya hanya bisa mengesah pasrah karena aku begitu teguh dengan pendirianku.“Ya sudahlah, jaga diri baik-baik. Kalo lagi nggak sibuk jangan lupa main ke sini.”“Baik, Om.”“Kalo butuh mobil bawa aja. Mobilnya Kaka ada tuh yang lagi nganggur. Pilih aja maunya yang mana.”“Sekali lagi makasih, Om, tapi aku dikasih mobil juga, sayang kalo dianggurin.”Selain apartemen, Alan juga meminjamkan salah satu mobilnya padaku untuk memudahkan transportasi selama di sini. Bodoh namanya kalau sampai kutolak.Suara klakson di depan pagar mengalihkan perhatian kami. Aku, Om Javas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Model Pertama Fai

    Kami tiba di apartemen tempatku tinggal selama di Indonesia. Hunian itu berwarna putih bersih. Furniture yang mengisinya rata-rata juga berwarna aman."Aku nggak tahu kamu suka warna apa jadi kupilihkan saja warna-warna netral," kata Cataleya saat kami melewati sofa abu-abu lalu dia menuntunku mengikutinya. Dia mengajakku room tour mengitari setiap sudut apartemen."Ada satu kamar di sini, kamar mandi di dalam, dapur yang menyatu dengan ruang makan dan balkon." Bersama dengan kata terakhirnya kaki kami tiba di kamar. Lalu Cataleya membuka pintu balkon. Seketika udara segar menyergap masuk.Aku dan Cataleya berdiri di pinggir pembatas balkon memandang keramaian jalanan di bawah sana. Dari ketinggian lantai dua puluh semuanya tampak bagai kotak-kotak kecil."Fai, apa ada yang kurang?" Cataleya bertanya padaku sembari memutar tubuhnya menghadap ke arah kamar. Aku ikut melakukan hal yang sama."Sudah cukup," jawabku. "Kamu suka apartemennya?""Suka sekali." Aku mengacungkan jempol. Satu-

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Batin Yang Tersiksa

    CATALEYAFai mengantarku pulang. Tadi aku menemaninya tidak hanya ke apartemen tapi juga studio. Setelahnya kami makan siang, mengunjungi kantor manajemen model milik Alan, jalan-jalan berkeliling Jakarta, hingga terasa hari sudah sore. Aku tidak tahu entah kenapa waktu begitu cepat berlalu saat bersama Fai. Atau mungkin ini hanya perasaanku saja karena keasyikan."Baru pulang kamu?" Langkahku terhenti tiba-tiba ketika aku memasuki rumah lalu melintas di ruang tengah."Iya, Ma," jawabku pada Mama Nuri, ibu mertuaku.Mama Nuri geleng-geleng kepala sembari melirik jam dinding. Aku ikut melempar mata ke arah yang sama. Baru jam lima sore tapi respon Mama Nuri seakan aku pulang jam dua belas malam."Dari mana saja?" tanyanya lagi menginterogasi dengan tatapan tegasnya."Dari kantor Alan, Ma.""Ngapain sih pakai keluyuran kalau nggak ada tujuan yang jelas?""Tadi Alan meminta aku mengantar fotografer yang baru sekalian memberitahu dia mengenai pekerjaanya." Aku menjawab apa adanya."Hany

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Layani Dia Dengan Baik

    CATALEYAPagi ini aku jalani tidak berbeda dengan hari-hari lainnya. Seperti yang kudengar dari kebanyakan orang, tinggal di rumah mertua senangnya hanya sementara. Sisanya adalah penyiksaan batin.Seperti pagi ini. Saat aku bantu-bantu menyiapkan sarapan, Mama Nuri kembali menyinggung masalah kehamilan. Awalnya memang membahas masalah lain. Mulai dari rutinitas sehari-hari sampai pada makanan. Lalu entah mengapa topik obrolan bergeser begitu saja.Aku hanya diam mendengarkan saat mertuaku itu berceramah. Tapi entah mengapa apapun sikap yang kutunjukkan selalu terkesan salah di matanya. Aku diam salah, menjawab kata-katanya lebih salah lagi.“Jangan cuma diam, Leya! Mama sudah capek-capek bicara dari tadi, apa kamu nggak dengar?”“Dengar, Ma,” jawabku pelan.“Jangan cuma dengar, tapi lakukan apa yang Mama katakan. Sekali-sekali kamu yang harus agresif. Jangan cuma menerima. Mama malu semua teman Mama nanya kapan kamu akan hamil. Masa kalah dari orang yang baru nikah dua minggu!”“Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Cataleya Yang Sexy

    FAITerbiasa ada Mama selama tinggal di Amerika membuatku sedikit kewalahan. Biasanya apa-apa Mama yang melayani. Mama menyediakan segala kebutuhanku hingga hal-hal paling kecil. Sedangkan aku tinggal terima beres.Pagi ini aku terbangun dengan perut keroncongan. Saat melangkahkan kaki ke ruang belakang di saat itulah aku menyadari jika tidak ada apa-apa di sana. Tidak ada yang bisa kulahap untuk mengganjal perut yang kosong.Cataleya memang sudah menyiapkan semuanya. Tapi mungkin dia lupa menyediakan makanan untukku.Eh, tapi itu kan bukan termasuk kewajibannya. Tidak ada di dalam kontrak kerja kami bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kelangsungan perutku.Aku kembali ke depan. Nanti saja sarapan di luar. Kalau tidak salah lihat di sekitar studio banyak penjual makanan. Aku akan mampir di sana atau di drive thru. Terserahlah. Yang penting bisa mengisi perut.Baru saja akan membelokkan kaki ke arah kamar, dentingan suara bel menahan langkahku. Aku berbelok untuk membuka pintu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Bergenggaman Tangan

    Aku keluar dari kamar mandi sepuluh menit kemudian. Sengaja mandi kilat agar dia tidak terlalu lama menunggu. Walau aku tidak tahu dia ada tujuan apa ke studio atau hanya sekadar ingin menemaniku.Cataleya sedang duduk sendiri di sofa. Wajahnya tenggelam di layar gawai. Saking asyiknya dia tidak tahu kedatanganku."Leya ..." Aku memanggilnya.Cataleya mengangkat wajahnya menatapku lalu berdiri sambil menyampirkan tas di pundaknya.Kami keluar dari apartemen menuju basement tempat mobil diparkir.Aku pikir kami akan menggunakan kendaraan masing-masing. Tapi aku tidak melihat mobil Cataleya."Mobil kamu di mana?" tanyaku ingin tahu."Aku nggak bawa mobil, tadi pake taksi. Ke studio pake mobil kamu aja."Cataleya masuk ke mobilku setelah kubukakan pintu. Aku nggak punya clue apa-apa mengenai perempuan ini selain tahu bahwa dia adalah istri Alan."Kamu sudah lama nikah sama Alan?" tanyaku mengawali perjalanan."Sudah enam bulan," jawabnya."Lumayan baru ternyata, masih mesra-mesranya."Ca

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Permintaan Yang Absurd

    FAIIni adalah hari keempat belas aku berada di Indonesia. Sejauh ini pekerjaanku lancar. Aku betah di sini. Apalagi rekan-rekan satu team begitu solid. Selain itu ada Cataleya yang sering mengisi waktuku dan menemaniku ke mana-mana. Aku mulai terbiasa dengan kehadirannya. Walau aku sering tidak tahan saat berada bersamanya. Bukan apa-apa. Terlalu dekat dengannya membuatku takut tidak bisa mengendalikan diri. Nggak munafik, Cataleya sangat menarik. Dia begitu menggoda tanpa perlu menjadi penggoda. Aku jamin laki-laki normal manapun tidak akan kebal dari pesonanya.Pukul setengah tujuh malam aku mengakhiri sesi pemotretan model terakhir hari ini.Beberapa photo props terlihat tersebar di setiap sudut studio. Aku membiarkannya. Nanti tugas Tyo membereskannya.Aku akan langsung pulang setelah ini lalu tidur sampai besok. Sebetulnya Devanka mengajak jalan tapi kutolak karena tubuhku lebih butuh untuk diistirahatkan.Pintu studio terbuka sesaat setelah aku menyimpan kamera ke dalam tas. Al

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Bercinta

    FAI“Aku numpang ke kamar mandi ya?” ucapnya meminta izin.“Silakan, Leya,” jawabku lalu beranjak dari sisi pintu agar Cataleya bisa lewat.Aku membereskan kamera yang Cataleya letakkan di tempat tidur. Aku harap setelah ini dia segera pergi agar aku juga bisa beristirahat dan menenangkan diri. Keberadaannya di sekitarku adalah bahaya besar. Aku khawatir tidak mampu mengendalikan diri lalu melanggar aturan yang telah kubuat untuk diri sendiri.Sambil menunggunya keluar dari kamar mandi, aku memijit-mijit pundak yang terasa pegal. Tidak hanya karena lelah, namun juga karena posisi tidur yang salah.“Fai …” Suara lembut itu terdengar bersamaan dengan sentuhan yang sama lembutnya di bahuku. Telapak tangannya menempel di punggung tanganku.Aku menoleh dan mendapati Cataleya di dekatku.“Capek ya?” tanyanya.“Cuma pegal dikit,” jawabku sembari menyingkirkan tangan dari bahu yang otomatis membuat tangan Cataleya juga terangkat.“Aku pijitin ya?”“Nggak, nggak usah.” Aku buru-buru berdiri. “

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Tanpa Sehelai Benang Pun

    Cataleya membingkai senyum lalu mulai bergerak melepaskan gaun hitam yang membungkus tubuhnya. Dengan sekali tarikan pelan gaun tersebut menumpuk di kakinya.Aku masih mampu bertahan saat melihat Cataleya tampil hanya menggunakan bra dan celana dalam yang juga berwarna hitam.Lalu dengan perlahan tangan lembut nan gemulai itu kembali bergerak. Cataleya menggerakkannya ke belakang punggung untuk membuka kait bra. Tapi dia tidak berhasil karena sesaat kemudian meminta bantuanku."Fai, bantuin dong, tolong bukain, kayaknya ada yang nyangkut."Cataleya melangkah menghampiriku lalu memutar tubuhnya membelakangiku.Awalnya ragu, tapi kemudian aku melakukannya. Aku mengumpulkan rambut panjang Cataleya menjadi satu lalu menyampirkan ke depan dadanya. Setelahnya aku mulai melepas pengait bra hingga bagian kiri dan kanan saling terpisah."Done, Leya.""Thanks, Fai," jawabnya pelan sembari menyingkirkan sepotong bra yang tadi membalut dadanya.Tanpa kuduga Cataleya memutar tubuhnya menghadap p

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Come On

    FAI Sudah dua hari aku tidak bertemu dengan Cataleya. Aku tidak tahu dia di mana dan kenapa tidak muncul di studio. Aku tidak ingin terlalu memikirkannya. Mungkin dia sibuk.Dua hari ini aku juga disibukkan dengan rutinitas harianku. Sama seperti Cataleya, Alan juga tidak menghubungi. Mungkin dia berubah pikiran lalu membatalkan rencana photoshoot istrinya.Sambil bersiul aku membawa langkah setelah keluar dari lift yang membawaku tepat ke lantai dua puluh. Malam ini rencananya aku akan VC-an sama Mama yang katanya sudah kangen berat padaku.Tiba-tiba sesuatu membuat langkah dan siulanku terhenti. Seseorang sedang berdiri tepat di depan pintu unit apartemenku. Seorang wanita lebih tepatnya.Cataleya!Dia benar-benar datang, padahal aku pikir suaminya membatalkan rencana tersebut secara sepihak.Menggunakan little black dress, Cataleya terlihat begitu anggun. Penampilannya menghipnotisku sehingga aku tidak mampu bergerak kemana-mana. Seluruh atensiku tersedot hanya untuk memerhatikanny

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Permintaan Gila Suamiku

    CATALEYASuara pintu dibuka terdengar saat aku bersiap untuk tidur. Alan muncul dengan wajah lelah. Aku mengurungkan niat menarik selimut lalu duduk untuk menyambutnya."Tumben baru pulang jam segini?" tanyaku setelah melihat jam dinding."Sibuk banget hari ini makanya baru pulang." Alan menjawab sembari membuka satu per satu kancing kemejanya. "Kenapa belum tidur?" Alan balik bertanya."Rencana tadi mau tidur," jawabku.Alan menarik langkahnya mendekatiku lalu duduk di pinggir ranjang tepat di dekatku. Dia membawa wajahnya mendekati mukaku. Sejurus kemudian bibirnya menyentuh dahiku, mendaratkan sebuah kecupan singkat.Aku mengusap dada polosnya lalu menaikkan pandangan. Mata kami bertemu di titik yang sama. Alan pasti mengerti jika saat ini tatapanku begitu penuh damba.Lalu dengan perlahan tanganku turun mencari sesuatu. Begitu menemukannya, aku meremas dari balik celana. Tapi tidak ada reaksi apa-apa. Dia bergeming meski aku membangunnya.Aku belum putus asa. Tanganku menyelinap m

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Galau

    Aku sudah cukup sering memotret banyak perempuan tanpa busana. Tanpa satu helai benang pun yang melekat pada tubuh mereka. Semua itu dilakukan demi tujuan komersial karena mereka berprofesi sebagai model. Namun, ketika permintaan serupa datang dari Alan, wajar kalau aku jadi berpikir panjang. Apa maksudnya memintaku memotret istrinya dalam keadaan tanpa busana?Aku menggaruk pelipis bingung. Sementara Alan menunggu jawabanku.“Gimana, Fai?” desaknya menuntut.“Boleh aku tahu apa alasannya?”“Alasan apa?” Alan membalas pertanyaan dengan pertanyaan.“Aku nggak ngerti kenapa kamu minta aku buat nge-shoot Leya tanpa busana?”Sempat terpikir olehku jangan-jangan Alan berpikiran untuk menjual foto-foto istrinya. Tapi kemudian pikiran itu terbantahkan dengan sendirinya. Tidak mungkin Alan yang kaya raya tega menjual istri sendiri.“No reason needed. Aku dan Leya melakukannya hanya untuk koleksi pribadi, nggak lebih. Jadi kamu nggak usah khawatir, aku nggak akan menjual foto-foto itu. Hanya o

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Permintaan Yang Absurd

    FAIIni adalah hari keempat belas aku berada di Indonesia. Sejauh ini pekerjaanku lancar. Aku betah di sini. Apalagi rekan-rekan satu team begitu solid. Selain itu ada Cataleya yang sering mengisi waktuku dan menemaniku ke mana-mana. Aku mulai terbiasa dengan kehadirannya. Walau aku sering tidak tahan saat berada bersamanya. Bukan apa-apa. Terlalu dekat dengannya membuatku takut tidak bisa mengendalikan diri. Nggak munafik, Cataleya sangat menarik. Dia begitu menggoda tanpa perlu menjadi penggoda. Aku jamin laki-laki normal manapun tidak akan kebal dari pesonanya.Pukul setengah tujuh malam aku mengakhiri sesi pemotretan model terakhir hari ini.Beberapa photo props terlihat tersebar di setiap sudut studio. Aku membiarkannya. Nanti tugas Tyo membereskannya.Aku akan langsung pulang setelah ini lalu tidur sampai besok. Sebetulnya Devanka mengajak jalan tapi kutolak karena tubuhku lebih butuh untuk diistirahatkan.Pintu studio terbuka sesaat setelah aku menyimpan kamera ke dalam tas. Al

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Bergenggaman Tangan

    Aku keluar dari kamar mandi sepuluh menit kemudian. Sengaja mandi kilat agar dia tidak terlalu lama menunggu. Walau aku tidak tahu dia ada tujuan apa ke studio atau hanya sekadar ingin menemaniku.Cataleya sedang duduk sendiri di sofa. Wajahnya tenggelam di layar gawai. Saking asyiknya dia tidak tahu kedatanganku."Leya ..." Aku memanggilnya.Cataleya mengangkat wajahnya menatapku lalu berdiri sambil menyampirkan tas di pundaknya.Kami keluar dari apartemen menuju basement tempat mobil diparkir.Aku pikir kami akan menggunakan kendaraan masing-masing. Tapi aku tidak melihat mobil Cataleya."Mobil kamu di mana?" tanyaku ingin tahu."Aku nggak bawa mobil, tadi pake taksi. Ke studio pake mobil kamu aja."Cataleya masuk ke mobilku setelah kubukakan pintu. Aku nggak punya clue apa-apa mengenai perempuan ini selain tahu bahwa dia adalah istri Alan."Kamu sudah lama nikah sama Alan?" tanyaku mengawali perjalanan."Sudah enam bulan," jawabnya."Lumayan baru ternyata, masih mesra-mesranya."Ca

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Cataleya Yang Sexy

    FAITerbiasa ada Mama selama tinggal di Amerika membuatku sedikit kewalahan. Biasanya apa-apa Mama yang melayani. Mama menyediakan segala kebutuhanku hingga hal-hal paling kecil. Sedangkan aku tinggal terima beres.Pagi ini aku terbangun dengan perut keroncongan. Saat melangkahkan kaki ke ruang belakang di saat itulah aku menyadari jika tidak ada apa-apa di sana. Tidak ada yang bisa kulahap untuk mengganjal perut yang kosong.Cataleya memang sudah menyiapkan semuanya. Tapi mungkin dia lupa menyediakan makanan untukku.Eh, tapi itu kan bukan termasuk kewajibannya. Tidak ada di dalam kontrak kerja kami bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kelangsungan perutku.Aku kembali ke depan. Nanti saja sarapan di luar. Kalau tidak salah lihat di sekitar studio banyak penjual makanan. Aku akan mampir di sana atau di drive thru. Terserahlah. Yang penting bisa mengisi perut.Baru saja akan membelokkan kaki ke arah kamar, dentingan suara bel menahan langkahku. Aku berbelok untuk membuka pintu.

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Layani Dia Dengan Baik

    CATALEYAPagi ini aku jalani tidak berbeda dengan hari-hari lainnya. Seperti yang kudengar dari kebanyakan orang, tinggal di rumah mertua senangnya hanya sementara. Sisanya adalah penyiksaan batin.Seperti pagi ini. Saat aku bantu-bantu menyiapkan sarapan, Mama Nuri kembali menyinggung masalah kehamilan. Awalnya memang membahas masalah lain. Mulai dari rutinitas sehari-hari sampai pada makanan. Lalu entah mengapa topik obrolan bergeser begitu saja.Aku hanya diam mendengarkan saat mertuaku itu berceramah. Tapi entah mengapa apapun sikap yang kutunjukkan selalu terkesan salah di matanya. Aku diam salah, menjawab kata-katanya lebih salah lagi.“Jangan cuma diam, Leya! Mama sudah capek-capek bicara dari tadi, apa kamu nggak dengar?”“Dengar, Ma,” jawabku pelan.“Jangan cuma dengar, tapi lakukan apa yang Mama katakan. Sekali-sekali kamu yang harus agresif. Jangan cuma menerima. Mama malu semua teman Mama nanya kapan kamu akan hamil. Masa kalah dari orang yang baru nikah dua minggu!”“Tapi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status