Semenjak semalam, Gabriel memikirkan soal membawa Becca ke atas altar tanpa membawa restu orang tua. Jujur saja, bisikan William tentang hal itu membuat dirinya tak bisa tidur nyenyak. Jangankan tidur, mau beraktivitas pun terasa berat.
Seperti pagi ini, Gabriel hanya duduk melamun. Menatap ke arah dinding kaca yang menampilkan pemandangan pusat kota, pikirannya berkelana jauh ke mana-mana. Dan yang lebih parah, ia mengabaikan setumpuk dokumen di atas mejanya.
Sejujurnya, ia pernah memiliki pemikiran itu. Namun, selalu ia urungkan mengingat nasehat sang mommy yang terpatri di benaknya.
Helaan napas panjang berembus ke sekian kali tanpa menemukan apa pun. Tak ada petunjuk ataupun hal yang bisa ia pakai untuk pertimbangan.
“AARRGHH!”
Gabriel menggeram seraya mengacak-acak rambutnya yang semula rapi menjadi berantakan. Tak sampai di situ, ia juga melonggarkan dasi yang terasa mencekik. Pun dengan kedua lengan kemeja yang turut menjadi sasa
Kedatangan Alexander Johnson pagi ini membuat mood Gabriel semakin memburuk. Bagaimana tidak, saat hatinya masih dipenuhi berbagai kegelisahan, pria paruh baya itu semakin menambah beban pikirannya.Tangan Gabriel mengepal. Ada segumpal emosi yang seketika melingkupi dirinya. Dan sedetik kemudian, kepalan itu melayang ke atas meja. Hingga menimbulkan suara berdebum.Beruntung ruangannya kedap suara sehingga, Algio yang masih sibuk dengan dokumen untuk persiapan meeting siang ini tak terganggu.“Sial! Kenapa Daddy selalu seperti ini padaku?” Napasnya terengah-engah seperti habis berlari ribuan kilometer. Ia terduduk kembali di kursi kebesarannya. Memejamkan mata.Berusaha mengusir bisikan nakal, Gabriel mulai membuka matanya yang semula terpejam. Ia sedikit membayangkan bagaimana jika mommy-nya tahu tentang pertengkaran tadi.“Pasti Mommy akan kecewa padaku.” Begitu mudahnya ia berpikir seperti itu. Ia tak ingin memulai, tapi
Dalam desakan keinginan yang menggebu, terkadang akal sehat menjadi hal terakhir yang lambat untuk dikendalikan. Karena, saat semua kenyamanan yang bergelung dengan kehangatan menyatu, berpikir jernih sudah menjadi hal yang tak perlu lagi dilakukan.Semua hal itu hanya akan bermuara pada satu kenikmatan yang memberikan kebahagiaan.Rasa gelisah, bingung, dan sederet kata yang hampir memiliki makna yang sama itu hilang. Digantikan dengan rasa bahagia yang membuncah.Itulah yang terjadi pada dua anak manusia yang terhanyut dalam pagutan liar di atas sofa. Kesenangan yang berasal dari manusia berbeda jenis kelamin itu memiliki kesamaan, sehingga atas dasar itu, mereka saling memberi dan menerima.“Ahh ...”Adalah Becca yang kemudian mendesah pasrah ketika bibir tebal Gabriel menyusuri telinganya. Turun ke leher, dan bermain-main di sana.Bibir tebal itu bergerak menjilat sesuka hati. Menambahkan gigitan dan isapan kecil
“Ma-maksud Anda ... pelayan baru yang sekarang bersama Tuan Gabriel?” tanya Rose yang masih bertahan di dalam kesakitan.“Ya. Dialah orangnya. Gadis sok suci yang sekarang memilih menjadi simpanan.”Hal itu membuat Rose terkejut. Apa hebatnya wanita itu dibanding dirinya? Bahkan setaunya, dia tidak mau melayani laki-laki. Namun, mengapa malah sekarang menjadi rebutan para pria kaya? Dan apa tadi yang ia dengar? Menjadi simpanan? Oh my God!Rose tidak paham dengan pikiran mereka. Namun, hal itu dimanfaatkan olehnya untuk mendapat keuntungan.“A-aku bisa membantu ... ji-jika Tuan menginginkannya,” cicit Rose susah payah.“Membantu?”“I-iya, Tuan.” Kedua mata Rose mengerjap. Berharap tawarannya itu diterima oleh laki-laki yang ternyata sangat terobsesi pada Rebecca.Cengkeraman di leher Rose mengendur. Dan kesempatan itu dimanfaatkannya untuk kembali merayu laki-laki pemilik nam
Derap langkah santai, seorang laki-laki bersetelan formal menjadi pusat perhatian para karyawan, yang kebetulan baru saja memasuki area tersebut.Para karyawan itu saling berbisik melihat ketampanan dengan senyum yang tersungging di bibir lelaki itu.“Wah, andai saja CEO kita seperti dia. Pasti gue nggak akan gemeteran kalau pas papasan sama beliau,” celetuk salah satu karyawan.“Lo bener. Apalagi Mr. Dominic. Yang sangat bersikap lembut kepada semua wanita. Lo nggak tau sih kalau gue pernah di sapa oleh dia.” Satu karyawan lain menyetujui ucapan temannya.“Dah lah. Pokoknya, apa pun yang terjadi, Mr. Johnson itu CEO idaman sejuta umat,” timpal yang lain.“Ck. Susah kalau ngomong sama orang yang sudah bucin mendarah daging.”“Ha ha ha ....”“Hush! Jangan kenceng-kenceng ketawanya!”Para karyawan itu kemudian memasang wajah polos ketika sang pria tampa
Aku akan menjemputmu sore nanti.Satu pesan di aplikasi online yang baru saja masuk membuat Becca masih betah memandangi layar ponselnya. Tanpa sadar seulas senyum tipis tersungging ketika mengingat siapa pengirim pesan itu.“Becca.”Panggilan dari wanita paruh baya di dekat pintu kamar tak lantas membuat gadis yang masih berkutat dengan ponselnya itu menoleh. Rupanya si gadis itu masih melamunkan sesuatu.Dahi Lucia mengernyit tatkala putri semata wayangnya tak merespons dirinya. Ia pun memutuskan untuk menghampiri dengan langkah pelan, sambil mengintip dari belakang.“Aneh. Tidak biasanya ia seperti ini,” batin Lucia.Ketika jarak Lucia semakin dekat, bertepatan dengan menolehnya kepala Becca dan membuat mereka terkejut.“Astaga Mama! Apa yang Mama lakukan?” Ia mengusap dadanya yang berdebar hebat. Apa-apaan mama-nya ini. Bisa-bisanya masuk ke kamar dengan mengendap-endap seperti itu.Wanit
Semenjak perdebatan dengan Mamanya pagi tadi, Becca mengurung diri di kamar. Pikirannya melayang memikirkan semua fakta yang baru saja ia ketahui.Rasa sakit mengoyak hati ketika tahu jika sang ayah masih hidup dan berada tak jauh darinya, yang sampai saat ini belum pernah bertemu dengannya.Mengapa Daddy setega ini? Mengapa harus memperlakukan Becca dan Mama seperti ini?Begitulah pertanyaan itu berputar di benaknya. Sampai pada akhirnya ia dijemput oleh Gabriel.Dan di sinilah mereka sekarang. Berada di salah satu ruang ganti, di butik langganan keluarga Johnson.“Apa kau baik-baik saja?” tanya laki-laki yang sejak sepuluh menit yang lalu berada di belakang Becca. Ia mengernyit kala gadis itu tak merespons pertanyaannya.“Becca?”Hening. Layaknya patung manekin yang tak bernyawa, gadis berambut ikal itu masih diam dengan tatapan kosong.Alih-alih memanggil kembali, Gabriel bergerak maju, menyusupkan ke
Layaknya satu janji yang tak pernah dipikirkan sebelumnya, laki-laki bermata biru itu mengucapkan dengan kesungguhan. Dengan tiba-tiba tanpa ada rencana sebelumnya.Maka dari itu, bukan hal salah bila akhirnya gadis yang berada di pelukan Gabriel seketika tersanjung. Merasa disayangi. Merasa berharga dan merasa dicintai.Dalam hidupnya selama ini, ia tak pernah sekalipun mendapat perhatian seperti ini dari laki-laki. Karena pada saat ia bersekolah hingga masuk ke perkuliahan, Lucia tak memperbolehkannya dekat dengan lawan jenis.Dan pada ketika hari ini ia mendapatkan dari laki-laki yang memeluknya, ia merasa bahagia. Hatinya membuncah, ada setitik rasa menyeruak begitu saja.Tak ada hal lain yang bisa membuatnya merasa nyaman. Bahkan teramat nyaman. Akan tetapi, hanya karena pelukan laki-laki dengan kasih sayang ini, semuanya terasa berbeda.Pada akhirnya ia memberanikan diri, menggeliat sesaat. Bergerak, mendongak. Menatap dalam pada kedua bola m
Untuk satu perintah dengan ketegasan membuat Becca tersihir. Tak bisa mengatakan apa pun lagi, selain menurut. Ia mulai memejamkan mata kala kedua tangan hangat Gabriel melepaskan kemeja yang melekat di tubuhnya.Kemeja terhempas, menyisakan bra dan kain segitiga berwarna merah muda. Untuk beberapa saat lamanya, laki-laki bermata biru itu terpana pada pemandangan di pangkuannya ini. Ada getaran yang menggebu, menuntun tangannya mulai menyentuh kedua payudara itu bersamaan.Kesiap tertahan keluar dari bibir tipis Becca yang sudah memejamkan mata. Hal itu memacu ego Gabriel untuk bergerak, meremas dengan sensual dan penuh penghayatan.‘Sial! Aku tidak akan bertahan jika gadis ini pasrah begitu saja.’Adalah kedua tangan Gabriel yang tidak cukup puas dengan adanya penghalang bra di sana. Tangan itu kemudian menjalar ke belakang punggung untuk melepas kaitan bra sialan yang mengganggu kesenangannya.Bra terlepas, menyusul sehelai kemeja yan