Bukan hal yang mengherankan jika Lucia lebih banyak diam ketimbang bertanya lebih jauh. Karena hanya mendengar namanya saja, ia sudah tahu siapa yang berada di hadapannya.
Johnson, nama marga yang sangat tersohor di Benua Amerika karena kejayaannya.
Oleh karena itu, permohonan yang diucapkan Gabriel beberapa saat lalu, membuat Lucia harus berpikir keras. Ada ketakutan tak kasat mata melihat bagaimana masa lalu yang bersinggungan adalah bukan hal yang baik.
Apa yang akan dikatakan oleh keluarga Johnson jika mengetahui siapa Daddy dari putrinya? Dan dengan cepat pikiran wanita paruh baya itu mendapat jawaban menurut versinya sendiri.
Takut dan gelisah.
Jelas saja menjadi satu hal yang membuat Lucia mati-matian bertahan untuk bungkam. Dan ketika hari ini terjadi, ia menyadari satu kesalahan terbesar yang ia sembunyikan dari putrinya selama ini. Menceritakan siapa jati diri Daddy-nya.
“Nyonya ... ijinkan saya melamar putri Anda untuk saya
Dua hari berlalu sesudah pertemuan Gabriel dan orang tua Becca yang tak menemukan kata sepakat. Sejak itu pula, Gabriel belum menghubunginya.Selain karena disibukkan oleh pekerjaan kantor, ia harus menghadiri peresmian salah satu pusat perbelanjaan yang sudah selesai dibangun.Dan kini, laki-laki yang sejak kemarin tak beranjak dari kantor sudah duduk di kursi kebesarannya. Meneliti kembali, menelaah dokumen lain dengan tujuan cepat-cepat menyelesaikannya.Sejak hari di mana ia meminta restu kepada keluarga, ia belum mengatakan apa pun.Bahkan, ketika beberapa pesan masuk ke ponselnya. Ia mengabaikan itu semua.Terdengar helaan napas keluar dari bibir Gabriel. Selesai menelaah semua dokumen itu, ia menyandarkan tubuhnya. Memejamkan mata. Memikirkan kembali cara untuk meluluhkan hati calon mertuanya.Ah, apakah tidak berlebihan jika ia mengatakan calon mertua? Tentu saja tidak. Dibalik perjanjian di atas nominal itu, ada dorongan kuat dari d
Darah di dalam tubuh Becca berdesir tatkala bibir hangat Gabriel mendekat. Tepat di dekat telinganya.Dalam posisi seperti itu, katakan wanita waras mana yang masih bisa bertahan untuk berdiri tegak kala ada satu embusan napas yang menggelitik lehernya yang terekspos.Menjadi prestasi terbaik bagi gadis bergaun merah itu tidak pingsan dalam waktu dekat. Apalagi ketika tangan besar nan hangat itu menyentuh pundaknya yang polos.Ah, ada rasa warna-warni yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata biasa. Semuanya terjadi begitu saja.Dan bertahan untuk masih tetap waras membuat gadis itu melirihkan sebuah nama. Namun, kenyataan yang terjadi bukan seperti yang ia pikirkan.Laki-laki yang berada di belakangnya jelas masih seratus persen sadar. Bahkan lebih dari kata sadar. Karena memang ia bukan orang yang baru saja menikmati cairan beralkohol atau sejenisnya.“S-sir ...?” cicit Becca melirih. Dan itu menjadi kesalahannya. Karena li
“Are you, Okay?” Tangan Gabriel menepuk punggung gadis itu perlahan. Menimbulkan kenyamanan yang selalu dirindukan olehnya.Zeline mengangguk. Mengendurkan pelukannya ia menatap dalam pada wajah laki-laki kedua yang berada di hatinya itu dengan wajah berbinar.“Bagaimana kabarmu?”“Aku baik,” jawab Gabriel singkat.“Kau semakin tampan,” puji Zeline lugas. Seperti itulah dia yang selalu berkata terang-terangan.“Apa tak ada pujian lain yang lebih menarik? Tidak bertemu denganmu selama setahun ternyata tak ada yang berubah.” Gabriel menggelengkan kepalanya, geli.Bibir Zeline mengerucut. “Bahkan kau tidak membalas sedikit pujian untukku?”Lagi-lagi Gabriel menggeleng. “Tapi ... ada sesuatu yang ingin kukenalkan padamu.” Gabriel memberi jarak dengan Zeline. Kemudian beralih meraih tangan Becca yang masih terpaku.“Siapa?” tanya Ze
“Jadi pelayan ini yang kau pilih ketimbang Zeline yang jelas-jelas bermartabat?”Gabriel seketika menoleh ke arah di mana sumber suara itu berasal. Tepat tak jauh darinya, seorang laki-laki bersetelan formal perlahan mendekat.Ia yang tak lain adalah Albert. Teman sekaligus rekan bisnis dalam tiga tahun terakhir.Albert memindai penampilan gadis yang di samping Gabriel. Ia terkesima untuk beberapa saat. Namun, secepat mungkin ia mengendalikan dirinya.“Jaga mulutmu, Albertus Dominic!” desis Gabriel diiringi dengan tatapan tajamnya.Sudut bibir Albert tertarik ke atas. Membentuk seringai remeh kepada gadis di dekat teman sekaligus rekan bisnisnya itu.“Ck. Hanya untuk membela jalang ini ... kau bisa berkata seperti itu padaku?” Kepala Albert menggeleng seolah ini adalah hal paling lucu. “Kau sangat keterlaluan, Gabriel!”“Bahkan untuk membela seorang pengemis di jalanan pun, aku aka
Semenjak semalam, Gabriel memikirkan soal membawa Becca ke atas altar tanpa membawa restu orang tua. Jujur saja, bisikan William tentang hal itu membuat dirinya tak bisa tidur nyenyak. Jangankan tidur, mau beraktivitas pun terasa berat.Seperti pagi ini, Gabriel hanya duduk melamun. Menatap ke arah dinding kaca yang menampilkan pemandangan pusat kota, pikirannya berkelana jauh ke mana-mana. Dan yang lebih parah, ia mengabaikan setumpuk dokumen di atas mejanya.Sejujurnya, ia pernah memiliki pemikiran itu. Namun, selalu ia urungkan mengingat nasehat sang mommy yang terpatri di benaknya.Helaan napas panjang berembus ke sekian kali tanpa menemukan apa pun. Tak ada petunjuk ataupun hal yang bisa ia pakai untuk pertimbangan.“AARRGHH!”Gabriel menggeram seraya mengacak-acak rambutnya yang semula rapi menjadi berantakan. Tak sampai di situ, ia juga melonggarkan dasi yang terasa mencekik. Pun dengan kedua lengan kemeja yang turut menjadi sasa
Kedatangan Alexander Johnson pagi ini membuat mood Gabriel semakin memburuk. Bagaimana tidak, saat hatinya masih dipenuhi berbagai kegelisahan, pria paruh baya itu semakin menambah beban pikirannya.Tangan Gabriel mengepal. Ada segumpal emosi yang seketika melingkupi dirinya. Dan sedetik kemudian, kepalan itu melayang ke atas meja. Hingga menimbulkan suara berdebum.Beruntung ruangannya kedap suara sehingga, Algio yang masih sibuk dengan dokumen untuk persiapan meeting siang ini tak terganggu.“Sial! Kenapa Daddy selalu seperti ini padaku?” Napasnya terengah-engah seperti habis berlari ribuan kilometer. Ia terduduk kembali di kursi kebesarannya. Memejamkan mata.Berusaha mengusir bisikan nakal, Gabriel mulai membuka matanya yang semula terpejam. Ia sedikit membayangkan bagaimana jika mommy-nya tahu tentang pertengkaran tadi.“Pasti Mommy akan kecewa padaku.” Begitu mudahnya ia berpikir seperti itu. Ia tak ingin memulai, tapi
Dalam desakan keinginan yang menggebu, terkadang akal sehat menjadi hal terakhir yang lambat untuk dikendalikan. Karena, saat semua kenyamanan yang bergelung dengan kehangatan menyatu, berpikir jernih sudah menjadi hal yang tak perlu lagi dilakukan.Semua hal itu hanya akan bermuara pada satu kenikmatan yang memberikan kebahagiaan.Rasa gelisah, bingung, dan sederet kata yang hampir memiliki makna yang sama itu hilang. Digantikan dengan rasa bahagia yang membuncah.Itulah yang terjadi pada dua anak manusia yang terhanyut dalam pagutan liar di atas sofa. Kesenangan yang berasal dari manusia berbeda jenis kelamin itu memiliki kesamaan, sehingga atas dasar itu, mereka saling memberi dan menerima.“Ahh ...”Adalah Becca yang kemudian mendesah pasrah ketika bibir tebal Gabriel menyusuri telinganya. Turun ke leher, dan bermain-main di sana.Bibir tebal itu bergerak menjilat sesuka hati. Menambahkan gigitan dan isapan kecil
“Ma-maksud Anda ... pelayan baru yang sekarang bersama Tuan Gabriel?” tanya Rose yang masih bertahan di dalam kesakitan.“Ya. Dialah orangnya. Gadis sok suci yang sekarang memilih menjadi simpanan.”Hal itu membuat Rose terkejut. Apa hebatnya wanita itu dibanding dirinya? Bahkan setaunya, dia tidak mau melayani laki-laki. Namun, mengapa malah sekarang menjadi rebutan para pria kaya? Dan apa tadi yang ia dengar? Menjadi simpanan? Oh my God!Rose tidak paham dengan pikiran mereka. Namun, hal itu dimanfaatkan olehnya untuk mendapat keuntungan.“A-aku bisa membantu ... ji-jika Tuan menginginkannya,” cicit Rose susah payah.“Membantu?”“I-iya, Tuan.” Kedua mata Rose mengerjap. Berharap tawarannya itu diterima oleh laki-laki yang ternyata sangat terobsesi pada Rebecca.Cengkeraman di leher Rose mengendur. Dan kesempatan itu dimanfaatkannya untuk kembali merayu laki-laki pemilik nam