Alexander Johnson harus mati-matian menahan gejolak gairah yang sengaja Adelia sulut. Lucunya ia tidak bisa berbuat banyak untuk melayangkan protes kepada gadis itu. Atau ia akan kembali tersiksa jika tak di sapa Adelia.
Di sebelahnya Adelia duduk dengan tenang tanpa rasa bersalah, menatap layar datar di hadapannya untuk sekedar meneliti pekerjaannya yang masih tersisa.
Penampilan Adelia siang ini cukup membuat Alex menderita. Pasalnya pakaian yang terlampau mini menampilkan lekukan tubuh Adelia yang terlihat menggairahkan di mata Alex. Dan sayangnya laki-laki itu tidak bisa menyentuh Adelia barang sedikit saja.
“Apakah hari ini kamu tidak punya pekerjaan?”
“A-aku ... tidak ada,” ucap Alex gugup.
Astaga! Untuk pertama kalinya Alexander Johnson gugup di depan seorang wanita. Dan ini sungguh memalukan!
Adelia menarik sudut bibirnya karena merasa menang bisa membuat Alex menjadi seperti itu.
“Aku ingin makan malam di luar malam in
Dalam kehidupan Alex tiga tahun terakhir hanya terisi dengan beban-beban pekerjaan yang menguras otak dan waktunya. Semua itu ia lakukan hanya untuk melupakan sebuah kenangan pahit dalam kisah percintaannya. Dan sejak kehadiran Adelia malam itu, hati Alex yang lama tak terjamah oleh cinta menjadi ribut setelah bertemu dengan gadis mabuk yang jatuh di pelukannya. Alex masih mengingat dengan jelas bagaimana hatinya berdebar kencang hanya dengan menatap kedua bola mata bening Adelia di dalam kamar hotel di California. Dan malam ini, gadis yang sempat merajuk dan marah karena berita dari salah satu media, terengah-engah setelah mendapatkan pelepasannya. Penampilan yang acak-acakan, bibir membengkak dan kedua pipi merona, hanya sebagian yang tampak setelah Alex memuja dan memberinya sentuhan. Laki-laki yang masih berpakaian formal tampak menyunggingkan senyuman di bibirnya ketika bibir Adelia melirihkan namanya. “Felix,” “Baga
Seorang wanita berusia lima puluh tujuh tahun duduk di sofa, salah satu unit apartemen di California, menunggu seseorang yang lama tak pulang ke rumah. Klik ... Wanita itu menoleh ke arah pintu saat mendengar kunci pintu terbuka. Di sana menampilkan sang putra yang masuk dengan seorang wanita yang bergelayut manja di lengan putranya. “Richard!” seru Charlotte Andromeda. “Mommy?” Richard segera menghampiri Charlotte bersama Gracia. Richard melayangkan lirikan agar Gracia duduk di sofa lain. “Kenapa Mommy tiba-tiba ke sini?” Charlotte tersenyum masam. “Kalau Mommy tidak ke sini, kamu tak akan pernah pulang ke rumah lagi. Kenapa? Kamu tidak mengijinkan Mommy datang? Iya?” ucap Charlotte dengan wajah memerah. Bagaimana tidak! Putra kesayangannya sudah lama tak pulang ke rumah. Dan saat ia menyelidiki, ternyata Richard tinggal di apartemen dengan seorang wanita dan sering keluar masuk kelab malam. “Bukan begitu,
Drrt .... drrt ... drrt ... Jenny yang baru saja membuka mata mengulurkan tangan untuk meraih ponselnya. “Halo, Jim. Bagaimana?” >> “Semua bersih, gadis itu benar-benar tidak punya catatan buruk di mana pun, bahkan dia menjadi salah satu karyawan terbaik di salah satu perusahaan di California.” “Lalu?” >> “Dia bertemu Mr. Johnson di salah satu kelab malam, dan Mr. Johnson membawanya ke Palace Hotel, dan tidak ada apa pun yang terjadi di sana, berdasarkan rekaman CCTV yang berada di lorong kamar hotel, di mana Mr. Johnson membawa gadis itu masuk.” “Mana mungkin?” Jenny memijit pelipisnya. >> “Saya yakin, Nona. Semua bukti sudah saya kirimkan ke surel Anda, dan saya jamin keasliannya.” “Baiklah. Tapi ... kamu harus ingat! Jangan ada yang tahu apa yang kamu lakukan, termasuk Kakak dan Daddy.” >> “Saya akan selalu ingat, Nona.” Setelah sambungan telepon terputus, Jenny mem
“Makan dulu, Nak,” bujuk Maria kepada Alex yang kini duduk di luar ruangan ICU, di mana Adelia terbaring. Alex tak merespon ucapan Maria yang sudah ke sekian kalinya. Laki-laki dengan tampilan kusut dan berantakan itu bahkan tak memedulikan keadaannya saat ini. Yang ia pedulikan hanya Adelia yang sedang berjuang di antara jurang kehidupan. Vonis yang diucapkan Dokter kemarin, membuat dunia Alex runtuh dan hancur. Alex yang biasa berdiri dengan tegap, tegas dan arogan, kini tak lebih dari lelaki yang menyedihkan. Selama dua hari ini, ia tak beranjak dari depan pintu ruang ICU, menunggu Adelia bangun dan pulang bersamanya ke rumah. Mungkin semua itu hanya mimpi yang Alex inginkan, karena sampai hari ini, Adelia tidak menunjukkan perkembangannya. “Kapan Adelia bangun, Mom ?” lirih Alex yang kini berada di samping Maria. “Sabar ya, Sayang. Adelia pasti bangun. Dia, wanita yang kuat. Mommy yakin sebentar lagi dia akan bangun. Kamu tidak boleh menyi
Alexander Johnson tak henti-hentinya mengembangkan senyuman ketika semalam dokter menyatakan ada perkembangan pada Adelia. Bahkan gadis yang kini masih dibantu beberapa alat- alat kedokteran itu, sudah bisa membuka kedua matanya. Alex pun di izinkan untuk masuk kembali menemani Adelia dengan memakai pakaian steril. “Selamat pagi, Baby,” sapa Alex yang kini sudah duduk di kursi yang tersedia, dan menggenggam salah satu tangan Adelia. Adelia mengerjapkan kedua matanya saat mendengar satu suara familiar tapi terasa asing baginya. ‘Dia siapa?’ gumamnya dalam hati. Adelia yang masih kesulitan berbicara hanya menggerak-gerakkan kedua bola matanya. “A-aku merindukanmu, Baby. Ayo segera bangun dan kita menikah!” ucap Alex antusias, mengingat Jenny sudah mengiyakan. Senyum di bibir Alex mengembang sempurna. “Kamu tahu, Jenny sudah menerima kalau kita menikah. Semalam, dia sudah memanggilmu ‘Kak Delia’. Ah, nanti aku minta dia masuk
“Ini tempat tinggalku?” Alex yang baru saja selesai menaruh koper milik Adelia di dalam kamar menoleh ke arah pintu. “Iya, Baby. Tepatnya tempat tinggal kita,” jawab Alex tenang. “Apakah kita sudah tinggal bersama?” tanya Adelia. Alex mengangguk. Diraihnya lengan Adelia dan membawa gadis itu duduk di atas tempat tidur. “Istirahatlah, Baby. Nanti aku akan menceritakan hal lainnya padamu. Bagaimana?” bujuk Alex. Adelia menatap kedua bola mata biru Alex sejenak sebelum mengangguk. Alex segera membantu Adelia berbaring dan menarik selimut sebatas dada. “Kamu mau ke mana?” tanya Adelia mendapati Alex menjauh. “A-aku akan beristirahat di luar. Kamu bisa memanggilku jika butuh sesuatu,” ucap Alex menahan perasaannya. “Apakah selama kita tinggal bersama kita selalu tidur terpisah?”Pertanyaan Adelia membuat Alex terkesiap dan refleks menggelengkan kepala. “Tidak. Kita selalu tidur bersama, di atas tempat tidu
“Kamu benar mengizinkan aku pergi sendiri?” tanya Adelia untuk ke sekian kalinya. “Iya, Baby. Untuk apa aku berbohong?” jawab Alex lembut. Sejak Alex memberitahu perihal kerelaannya membiarkannya pergi sendiri, Adelia tak henti-hentinya bertanya untuk meyakinkan bahwa memang benar adanya. Alex pun dengan sabar menjawab setiap pertanyaan yang sama tanpa mengeluh. “Aku sudah menyiapkan pesawat pribadi agar kamu bisa lebih nyaman. Selain itu untuk penginapan juga telah siap,” ucap Alex bangga. Adelia menarik sudut bibirnya sekilas. “Terima kasih.” “Hanya terima kasih?” pancing Alex. Adelia mendongak. Tanpa Alex duga sebuah kecupan Adelia berikan untuknya, membuat Alex semakin melebarkan senyumannya.Adelia bingung kenapa dirinya bisa melakukannya, ia hanya mengikuti dorongan hati yang menuntun untuk itu. “Kita akan ke rumah Mommy sebelum kamu berangkat, besok,” Alex merengkuh pinggang Adelia
“Apa kamu bilang? Adelia berangkat ke California?” tanya Tommy memastikan. Alex mengangguk. “Kamu gila atau begok sih!” pekik Tommy geram. Bagaimana bisa sahabat songongnya ini membiarkan Adelia yang baru saja sembuh untuk bepergian jauh tanpa dirinya? Bukankah kejadian kemarin harus menjadi pelajaran untuknya? Alex mengusap kasar wajahnya. Kedua tangannya merambat mengacak-acak rambutnya menjadi kusut masai. “Mau bagaimana lagi, Tom?” desah Alex kesal. “Kalau dia bahkan tidak mengizinkan Gue ikut pergi!” “Dan kamu nggak berusaha membujuk dia? Iya?” desak Tommy beruntun. Ada apa dengan sahabatnya ini? Kenapa semakin lama menjadi lemah? Ke mana sifat pemaksa yang selama ini dia miliki? Alex memejamkan matanya lelah. Semalaman ia tidak tidur dengan benar karena cemas memikirkan Adelia. Meskipun Vivi melaporkan semua aktivitas Adelia hingga gadis itu terlelap. Tapi, tetap saja berbeda.