Setelah mengantarkan sang ibu, Ray terlebih dulu pergi mengunjungi rumah sakit di mana Alfonso berada.
"Sendirian? Istrimu tak ikut?" Maxwel bertanya ketika Ray masuk ke ruangan.
"Sudah sampel untuk DNA?" Ray balik bertanya, mengalihkan topik.
"Sepertinya aku tak perlu memeriksa lagi" tutur Ray, mengeringai misterius.
Max mengernyit, menghampiri Ray yang berdiri di dekat jendela.
"Apa yang sudah kamu ketahui?" tanya Max, penuh selidik.
"DNA kalian sedang dicocokkan. Tadi saat paman Arthur menghubungi, aku langsung melakukan apa yang kamu ingin." Max menyilangkan
Ray langsung memanggil Maxwel saat kondisi Leticia tak kunjung stabil. Dokter itu pun tak lupa membawa Jessy, sahabat Leticia yang notabenenya tahu sejarah wanita itu.Jessy menyarankan agar Ray memanggil psikiater, dan hal itu langsung dilakukan. Setelah memeriksa, Leticia didiagnosa mengidap PTSD (post-traumatic stress disorder), atau yang biasa disebut gangguan stress pasca trauma.Ray tertegun. Hatinya hancur, sehancur-hancurnya~Tak ada yang lebih penting dari Leticia-nya saat ini. Fokus Ray seluruhnya dicurahkan untuk sang istri, Leticia sungguh butuh dukungan agar terlepas dari segala tekanan dan peristiwa yang membuatnya seperti ini.Hal itu berlangsung selama berhari-hari, hingga Ray
Ketika Leticia berjalan dalam lorong rumah sakit, tiba-tiba seorang pria membekap mulut wanita itu dengan kencang. Kedua tangan Leticia dikunci hingga dia tak bisa berontak.Mata Leticia terbelalak ketika mendapati Daniel, sang mantan muncul di belakangnya. Sosok bertubuh tinggi itu menggiring Leticia secara paksa ke luar gedung rumah sakit."Lepaskan aku, Bajingan!" Leticia meronta-ronta saat Daniel mendorong ke dalam mobil.Daniel tertawa sinis saat menjambak rambut Leticia. "Sungguh waktu yang tepat bisa bertemu denganmu, aku sudah lama mencarimu, wanitaku."Kedatangan Daniel ke Ragusa tak lain untuk menghadiri rapat pemegang saham luar biasa di VR Group, perusahaan nomor satu di Ragusa. Saat Da
Ketika pandangan Leticia semakin gelap, tiba-tiba dia mencengkeram pegangannya di leher Ray dengan begitu kuat."Arrghhh, sakit …." Leticia menjerit histeris saat gumpalan daging keluar dari area kewanitaan, perutnya keram hebat bagai diaduk-aduk.Ray dengan tak berdaya menyeka keringat yang bercucuran di wajah Leticia yang semakin pucat. Dia merasakan cairan hangat menembus gulungan selimut hingga terasa mengalir di paha Ray. Tanpa perlu Leticia memberitahu, Ray tahu itu pasti darah. "Sayang, maaf." Ray menggigit bibir, tak sanggup lagi menahan air mata, memegang pipi wanita dengan sayang. Leticia-nya, Istrinya, wanitanya, ibu dari anak-anaknya, kini terkulai tak sadarkan diri di atas lahunan Ray. Ray tertunduk dengan bahu yang bergetar, memeluk erat wanita dalam pangkuannya. Dia pria kuat, berjiwa tangguh yang tegap berdiri saat diterjang badai, dihantam ombak. Namun, Ray rapuh bagai butiran pasir yang tersapu ombak saat dihadapkan dengan situasi seperti ini.
"Aaarrrrgh!" Daniel kembali memekik hingga menangis.Ray menghunus belati di paha kiri Daniel, menekan dan memutar hingga bisa merasakan ujung pisau telah menembus tulang."Apakah rasanya nikmat, Tuan Daniel?" Ray tersenyum miring."Cepat bunuh aku!" Daniel tak tahan lagi dengan siksaan Ray.Ray berdiri, melepas tali yang mengikat dada Daniel ke kursi besi. Dia mendesis, "Sssttt, aku masih ingin bermain-main. Ah, apa kau ingat pernah menyayat dada Leticia? Sepertinya kau harus merasakan bagaimana dia merasakan luka itu."Srek!"Aaarrgh! Kumohon cepat bunuh aku!" Daniel menjerit histeris
Ray menghela napas panjang, memejamkan mata beberapa detik. Dia meraih dagu Leticia agar menoleh menatapnya. Tampak jelas binar kesedihan terpancar dari mata Leticia, tetapi wanita itu tidak menangis."Kita takkan bercerai," jawab Ray, penuh penolakan.Leticia tersenyum miris. Apa pria itu berencana menghabiskan waktu dengan wanita yang tidak dia cintai? Dari awal, Leticia jelas bisa merasakan bahwa Ray terlalu mengasihani dirinya.Apa hidup Leticia sebegitu menyedihkan? Jika pun Ray terlalu baik hati. Tentu saja pria itu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Leticia tahu betul siapa Cheryl, putri bungsu paman Alfonso, yang notabenenya adalah wanita baik-baik.Tidak seperti dirinya, semua orang kini tahu bahwa Leticia pernah menjadi wanita simpanan. Sekarang lebih parah lagi, Daniel telah menyentuh dan menodainya. Tentu saja pria seperti Ray tak pantas memiliki wanita sampah sepertinya."Aku tak bisa berumah denganmu, tolong hargai kep
Leticia tak tahu bahwa Ray langsung pergi saat dia masuk ke pengadilan. Ketika selesai mendaftar perceraian, Leticia mencari Ray ke parkiran. Sayangnya~ dia hanya menemukan sopir yang menunggu dia kembali."Ray mana?" tanya Leticia pada pak sopir."Tuan kembali ke kediaman, Nyonya," jawab sopir saat membukakan pintu mobil.Leticia tercenung beberapa detik sebelum masuk mobil. Dia pikir Ray masih menunggu, tadinya dia ingin menikmati hari terakhir bersama pria itu sebelum mereka benar-benar berpisah.Akhirnya Leticia menghubungi Ray, di dering ketiga panggilan itu langsung terhubung. Dia bertanya, "Ray, apa kamu sibuk?""Kenapa?" Suara Ray terden
Leticia malam ini benar-benar menjelma menjadi wanita penggoda, wanita yang hanya akan menggoda satu pria. Yaitu, Vanderson Raymondo, suaminya~ Lelakinya~ Pria satu-satunya yang mengisi relung hati terdalam."Ray," bisik Leticia dengan sensual.Bisikan Leticia membuat darah Ray berdesir semakin hebat. "Ya, Istriku sayang. Aku mendengarmu."Belaian lembut Ray di punggung Leticia membuat wanita itu semakin mendamba, memuja, dan merindu~"Reservasi tempat terbaik untuk membuat kenangan indah sebelum kita berpisah. Aku ingin makan malam dan pergi ke club bersamamu, hanya bersamamu, suamiku~" kata Leticia, menggoda seperti wanita liar.Detik be
Tiba di depan kamar presidential suite. Leticia sedikit ragu apakah akan melakukan hal itu bersama Ray."Kenapa, umm?" tanya Ray sambil mengulurkan tangan ketika masuk ke kamar hotel.Leticia mengembuskan napas panjang sebelum menjawab, "Tidak, aku hanya …."Ucapan Leticia terhenti saat Ray memeluknya dengan erat."Kamu ragu? Kamu yang mengajakku menghabiskan malam sebelum kita berpisah. Apa sekarang kita akan pulang, umm?" Ray berbisik dengan lembut.Embusan napas Ray begitu hangat membuat debar jantung Leticia menjadi tak karuan.Wanita itu menengadah, melingkarkan lengan di leher pria berwajah tampan di hadapannya.